Gadis itu berdiri di hadapan cermin, menyisiri surainya yang memanjang. Setelah selesai merapikan rambutnya ia lalu memoles wajahnya. Menatap kosong pada cermin rias di hadapannya.
Cantik.
Cantik.
Wanita terhormat.
Semua orang berkata begitu padanya.
Wanita itu menghela nafas berat. Kenapa ia kini merasa tiap pujian itu bagai bumerang baginya?
Harga dirinya hancur.
Ia merasa wajahnya bagai tercoreng arang.
Wanita itu terdiam sebentar menatap foto-foto yang tersebar di atas meja riasnya, tetapi dengan cekatan, jari-jari kurusnya kembali meraih maskara dan mengaplikasikannya pada bulu matanya yang lentik.
Seolah tidak ingin lama berkubang dengan pikirannya.
“Permisi, Nyonya. Anda sudah siap?”
Yeeun berdecak kesal. “Sebentar lagi, Will.”
Ia kembali memfokuskan dirinya untuk berias. Seiring dengan merahnya lipstik yang ia pulas, ia tersenyum kecil.
Sebuah senyuman yang penuh arti tentang dalamnya harga diri itu terkoyak.
***
“Fokus, Jeno! Fokus!” Bentak Taeyong. “Berhenti menatap Renjun, dia tidak akan kemana-mana!” Taeyong mendengus kesal.
“Harap fokus semuanya. Ingat, ini syuting hari terakhir kita,” ucap Ten memperingatkan.
Jeno mengangguk penuh sesal. “Maafkan aku.”
“Ayo mulai lagi ya?” Ajak Taeyong.
“Camera?”
“Rolling!”
“Take sepuluh, scene 198, 3 .... 2.... 1.... action!”
Jeno berdeham.
Woo Seok menerawang menatap ke depan. Ombak menyapu jemari kakinya membuat pemuda itu merasa tenang.
Di sebelahnya, Sang Chul mengenggam tangan Woo Seok. Mereka berdua menyaksikan matahari terbenam bersama-sama.
“Lalu kau akan pulang malam ini?” Sang Chul menoleh menatap Woo Seok.
“Tidak tanpamu, sayang.” Woo Seok tersenyum pada pemuda itu.
“Aku tidak berani bertemu orangtuamu...”
Woo Seok berdecak kesal. “Kau tidak berani menemui orangtuaku namun kau berani memukuliku, calon suamimu, Sang Chul?”
Sang Chul merengut lalu memukuli tangan Woo Seok. “Itu dua hal yang berbeda!”
Woo Seok tertawa kecil. “Baiklah, baiklah. Maaf,” Ia menautkan jemari mereka kembali. “Jangan khawatir. Percaya padaku. Kau percaya padaku bukan?”
Sang Chul tersenyum kecil. “Aku percaya padamu.”
Woo Seok mendekatkan wajahnya pada pujaan hatinya. Senyuman tak luntur dari wajahnya. Dengan berani, ia mengecup kening Sang Chul.
Renjun terkesiap. Ia memejamkan mata. Ciuman ini tidak ada dalam script. Ini jelas improvisasi Jeno sendiri.
Ten tersenyum kecil. Senang melihat inisiatif Jeno sendiri. Taeyong malah begitu serius menatap adegan di hadapannya. Ia nampak begitu puas.
“Cut!” Teriak Taeyong.
Pria kurus itu lalu berdiri. Ia bertepuk tangan. Applause itu diikuti oleh Ten dan seluruh kru. Mengapresiasi kedua aktor mereka yang selaras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream [Jeno x Renjun] 🔞
FanficHuang Renjun dan Lee Jeno adalah dua orang aktor yang tengah naik daun. Ketika mereka disatukan dalam sebuah film bertema gay yang mengharuskan mereka menjadi sepasang kekasih, akan kah rasa itu terbawa menjadi nyata? Atau kah hanya sekedar khayal s...