Ringkasan chapter lalu : Setelah bangun pagi Jeno dapat telepon dari Yeeun dan Renjun ngambek ngambek manja. Nah habis itu baikan mereka dansa bersama + minum-minum dipesta kru film dan terjadilah kekhilafan.
***
Huang Renjun terbangun dengan rasa nyeri yang menghinggapi pinggangnya. Pemuda itu mencoba meregangkan tubuhnya—kebiasaan Renjun tiap bangun pagi—meski sulit dan terasa sakit.
Sisi ranjang di sebelahnya nampak kosong, tidak terlihat adanya Jeno, bahkan bekas-bekas pakaian pria itu yang semalam ada di lantai kamar tidak terlihat.
Renjun mencoba bangkit meski dengan susah payah, untuk berjalan ke kamar mandi. Saat berhasil berdiri, ia merasakan cairan kental milik Jeno yang ditembakkan masuk semalam mengalir keluar dari lubang senggamanya, membuat wajah Renjun memanas. Ia berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi.
Di kamar mandi pun, tidak nampak keberadaan Jeno. Di mana lelaki itu?
Renjun memutuskan untuk mandi saja, mengenyahkan ingatan tentang semalam yang membuat pipinya bersemu. Ia ingat betul semalam Jeno menyatakan perasaan sayang padanya.
Hati Renjun terasa berbunga-bunga. Pemuda manis itu kelewat senang mengingat pernyataan Jeno tersebut. Ya, Renjun tidak bisa menampik fakta bahwa ia memang jatuh cinta kepada Jeno. Dan mengingat pria itu menyatakan cinta juga untuknya, bukankah merupakan hal yang terbaik?
Apakah setelah ini ia dan Jeno akan menjadi sepasang kekasih? Dada Renjun berdebar dengan rasa senang.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya dengan susah payah—terutama membersihkan sperma Jeno dari lubang senggamanya—Renjun pun keluar dari kamar mandi dan berpakaian.
Renjun duduk diranjangnya menunggu Jeno barangkali pemuda itu kembali. Tetapi duduk diam begini membuat Renjun tak tahan. Ingatan tentang semalam terus berputar bagai kaset rusak di kepalanya.
Mengingatnya membuat pemuda manis itu ingin membenamkan kepalanya hingga masuk ke dalam bantal.
Pasti Jeno sudah melihat wajahnya yang paling jelek semalam. Renjun jadi semakin malu membayangkan ekspresi wajahnya yang benar-benar kacau semalam.
“Harusnya aku menutup wajahku,” gerutunya pelan.
Renjun melirik jam dindingnya. Masih pukul 7 pagi. Harusnya ia bangun nanti saja saat Jeno sudah kembali ke kamarnya. Renjun mencoba bersabar sedikit lagi dan menunggu Jeno datang.
Tidak mungkin bukan, Jeno meninggalkannya setelah melakukan seks?
Renjun ingat betul Jeno berkata ia mencintai pemuda itu semalam.
Namun, hingga jam dinding menunjuk keangka 8, pria itu belum juga menampakkan diri.
Ah, mungkin Jeno sedang syuting? Namun Renjun tidak bodoh untuk tidak mengingat hari ini mereka tengah rehat dari proses syuting.
Atau ia terkunci di luar tak bisa masuk kamar Renjun? Bukankah ada hal yang dinamakan mengetuk pintu?
Renjun memainkan ujung bajunya. Entahlah, ia merasa seperti seorang pelacur sekarang. Ditinggalkan setelah puas dipakai. Ia merasa seperti seorang lelaki murahan yang bisa ditiduri oleh pria yang telah menikah semaunya.
Rasa bersalah, rasa dikhianati, serta kepatah hatian menguasai diri Renjun, membuat air mata pemuda itu mengalir keluar.
Ia merasa bodoh.
Dengan dalih rasa cinta, ia mau ditiduri oleh Jeno begitu saja. Ia rela keperjakaannya direnggut oleh pria yang telah menikah.
Bahkan mungkin ucapan dari bibir Jeno semalam hanya kebohongan saja. Memang Jeno pernah merasakan hal yang sama dengan yang ia rasakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream [Jeno x Renjun] 🔞
FanfictionHuang Renjun dan Lee Jeno adalah dua orang aktor yang tengah naik daun. Ketika mereka disatukan dalam sebuah film bertema gay yang mengharuskan mereka menjadi sepasang kekasih, akan kah rasa itu terbawa menjadi nyata? Atau kah hanya sekedar khayal s...