Mulai

1.9K 34 1
                                    

Teng... Teng... Teng... bel sekolah memecah lamunanku.

"Mau langsung pulang?" tanya Andi teman sebangku ku. Walaupun jarak antara rumahnya dan rumahku lumayan jauh, tapi dia biasanya selalu memberiku tebengan. Yah bukan tanpa alasan, karena kebanyakan tugas dia aku yang mengerjakan, ulanganpun aku jadi bank jawabannya. Walaupun aku gay , aku sama sekali gak menaruh perasaan dengannya. Entah perasaan suka, cinta bahkan nafsu sekalipun. Karena dia bukan tipeku.

"Kamu duluan aja Ndi" jawabku.

"Latihan lagi?"

Aku mengangguk tanpa memberikan suara.
Aku ini sebenarnya sedikit bingung, walaupun di antara murid lain aku tergolong murid yang lumayan berisi otaknya, tapi sungguh masih banyak murid yang jelas - jelas lebih cerdas dariku.

Bukannya aku tak senang diikutkan lomba design web ini, cuma ya aku mikir kenapa bukan mereka yang iq nya lebih tinggi dariku, lagian aku ini orangnya malas.

Sebenarnya aku menerimanya juga karena permintaan langsung dari Pak Ari. Dia kepala jurusanku, selain orangnya tampan dia juga nyerempet - nyerempet ke tipeku. Hanya saja dia bersih dari kumis dan jenggot. Aku sangat menyayangkannya. Lagian dia sudah punya istri juga, hehe...

Yah, alasan utamanya dia guru yang paling dekat denganku. Jadinya aku agak sungkan untuk menolaknya.

"Ya sudah, aku pulang dulu" Andi pamit untuk pulang dulu.

Aku bangkit dari tempat dudukku. Dan saat aku keluar dari kelas, ada Dina dari kelas sebelah tiba - tiba memanggil namaku berulang kali dengan nada yang meninggi.

"Heerrrriiiiiii....!!!!!!!"

"Opo?" jawabku agak risih.

"Elu di cariin pak Ari tuh, katanya suruh keruangannya"

"Loh, bukannya ke lab ya?"

"Mana aku tahu, aku cuma di suruh bilang itu" jawabnya ketus sambil menyilangkan tangannya.

"Yo wes , iya. Lu tuh kenapa si kalau sama gue mesti galak? Santai kan bisa" aku memang nggak nyaman kalau dia sedang berbicara denganku karena dia yang nggak santuy.

"Ee-anu. Ee-elu tuh lelet! Lama! Jadinya mesti harus di galakin"

"Heleh, apa hubungannya lelet sama galak, lu aja, lagian mana ada temen gue yang kaya lu"

"Ya.. Ya.. Ya.. Karena gue bukan temenlu" jawabnya sambil mengalihkan pandangan.
"Udah ah sana, gue mau pulang dulu.. Byee!!"

'Yah kalah debat langsung kabur' batinku.

Disaat murid - murid lain berjalan ke gerbang sekolah, aku malah menjauhinya.

"Permisi pak" sambil mengetuk pintu, padahal pintunya udah dibuka, ya basa basi aja buatku.

"Eh, kamu Her, sini masuk. Ada yang mau Bapak bicaraain sama kamu" dia juga mempersilahkanku untuk duduk.
"Jadi gini Her, hari ini kamu libur latihan dulu"

"Loh, kenapa pak?, lombanya gak jadi? Atau saya diganti sama murid lain?" kataku antusias.

"Duh kamu ini, ada - ada saja. Lombanya tetep jadi, dan kamu nggak akan diganti sama murid lain", aku langsung lesu
" kamu itu kenapa Her? Kok gak semangat gitu sama lomba ini?

"Saya seneng - seneng aja si pak sebenarnya buat ikut lomba ini, tapi kenapa saya yang dipilih pak?"
"Maksut saya, kenapa di antara murid - murid lain yang lebih cerdas dari saya, malah saya yang dipilih", lanjutku.

" owalah, kamu nggak PD ya?", tanyanya. Aku hanya mengangguk.
"Gini, Her... Kamu dipilih buat ngewakilin sekolah ini , sebelumnya sudah dirapatkan dengan semua guru dan sudah disetujui sama kepala sekolah"
"Dan untuk alasan kenapa kamu yang dipilih, itu karena gini, lomba ini bukan soal masalah cerdas tok. Tapi juga ngandelin kreatifitas, nah menurut bapak dan guru - guru yang lain, ya kamu itu yang paling cocok", aku hanya diam mendengarkan.
" mulai sekarang, kamu harus semangat ya, dan jangan lupa PD"

'Andai saja bapak belum punya istri'
khayalanku dalam hati

"Iya pak... Saya bakal berusaha semampu saya"
"Oh iya pak, saya sudah boleh pulang?" lanjutku.

"Eh masih ada yang mau bapak omongin. Selain hari ini libur, mulai besok kamu akan mulai latihan lagi jam 1"

"Maaf pak, saya jadi nggak ikut pelajaran dong?" aku menyela 'betapa bahagianya aku'

"Iya, bapak tadi sudah omongin ini dengan guru - guru yang lain"

"Lalu pulangnya jam berapa pak? Masih seperti biasa pas latihan , atau lebih awal?"

"Nah untuk itu, nanti jadi urusan pelatihmu"

"Pelatih?" , tanyaku tak maksut dengan perkataan Pak Ari.

"Iya, mulai besok bapak nggak akan ngelatih kamu lagi, nanti ada pelatih lain yang ngelatih kamu"

"Siapa pak?" , tanyaku kepo.

"Ya besok kamu tahu" , jawabannya membuatku penasaran.

"Ya udah kalau gitu saya pamit pulang dulu ya, pak?" saya keluar sambil menyalami guruku.

***

*hemm apakah pelatih ini? Hohoho tidak segampang itu ferguso, lihat saja,...

*maaf typonya

' Memulai itu mudah'

Cinta Pertama Dan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang