Part 2

9.5K 197 22
                                    

Malam itu, masih awal dari segalanya. manakala Agus sudah terlelap dalam tidurnya, Ruslan mengintip dari jendela kamarnya, disana, jauh ditempat rumah tempat perempuan itu tinggal, ia tengah berdiri tepat di jendelanya, tengah menatap tempat Ruslan mengintip.

"Asu koen Gus, gara2 lambemu, aku gak isok turu"
(Anj*ng kamu gus, gara2 mulutmu, semalam gak tidur aku) sahut Ruslan
mengejar Agus yg sudah menyampirkan tasnya, bersiap menemui Koco yg sudah menunggu diluar rumah, beberapa kali Agus melirik Ruslan, senyumannya mengembang

"sing ngongkon awakmu gak turu iku sopo"
(yg nyuruh kamu gak tidur itu siapa)
sahut Agus, cengengesan, sampai didepan, Agus membuka kain yg ia gunakan untuk menutupi makanan, ketika kain dibuka, Ruslan melompat, melihat makanan semalam, dipenuhi belatung yg memakan saripatih

bau busuk langsung menusuk hidung Agus dan Ruslan.

"bosok"
(busuk) ucap Agus,
"ayo wes, kawanen"
(yasudahlah, kesiangan kita)

Agus dan Ruslan melangkah keluar, tepat di depan rumah, tiba-tiba, mereka berhadapan dengan perempuan itu, ia menunduk, mengucap "monggo" Agus ikut menunduk, kemudian, melewatinya.

Ruslan yang sedari tadi memperhatikan, melihat gelagat mata perempuan itu yg mengikuti sosok Agus yg terus berjalan cepat, di sudut bibirnya, perempuan itu tersenyum, namun, Agus tidak tahu akan hal itu.

"he, gus, wong iku mau ngguyu loh ndelok awakmu, gak wedi ta"
(gus, orang tadi senyum loh lihat kamu, gak takut)

"tresno paling ambek aku"
(suka kali sama aku) sahut Agus, tertawa-tawa

"gak wedi di senengi ambek ngunu iku" (gak takut kamu di sukai yg seperti itu)

"gak, iku ngunu jek menungso kok"
(gak lah, bagaimanapun, dia masih manusia kok)

lama mereka berjalan di bawah kebun pohon jati, sampailah mereka di jalanan setapak, menuruni jalan utama, sebelum melihat Koco dan semua teman-temannya, Agus dan Ruslan bertegur sapa, sebelum memulai pekerjaannya.

Ruslan masih kepikiran ucapan Agus semalam, semuanya berputar dalam kepalanya, mulai dari tanah layat, pocong sampai Gundik'colo, semua itu, tidak asing baginya, kecuali,  masih ada perempuan seperti itu di jaman seperti ini.

seujujurnya, ia takut sekali, namun Agus, aneh

hari mulai petang, Agus dan Ruslan kembali, manakala ia mau melewati jalan ke pohon jati, kebetulan, mereka berpapasan dengan seorang lelaki tua pencari rumput, lelaki itu, melihat Agus dan Ruslan bergantian.

"kalian yg tinggal di rumah Lastri"

"iya" kata Agus,

"kalian sudah tahu, ada apa disana" ucap lelaki tua itu lagi, ia kali ini hanya melihat Agus,

"iya bapak, saya tahu" sahut Agus,

"yowes" katanya, "jangan sembrono yo le" si lelaki tua pergi, melewati Agus,

dari jauh, siluet hitam perempuan itu terlihat di ujung jalan Ruslan yg pertama melihatnya, manakala saat Agus melihatnya, perempuan itu berjalan pergi, Agus dan Ruslan hanya berpandangan, lalu melanjutkan perjalanan ke rumah.

"aneh gak seh"
(aneh gak sih) kata Ruslan
"wong iku koyok golek molo"
(perempuan itu kaya cari masalah sama kita)

Agus hanya mendengar Ruslan bicara, saat sampai di tanah terbuka, Agus melirik rumah besar itu, meski sama-sama terbuat dari kayu, namun, kesan ngeri saat melihatnya tidak dapat dikesampingkan, hal yg sama, seakan setiap hari, rumah itu menunjukkan tajinya kepada Agus. Agus membuka pintu, ia tidak lagi melihat makanan diatas meja, semua sudah di bersihkan

"aku adus dilek yo"
(aku mandi dulu ya) kata Agus
ia menuju dapur, dibelakangnya ada pintu lagi, disana ada sumur tua, Ruslan, memilih merokok di teras, rokok yg ia rampas dari Koco, manakala ketika Ruslan menikmati kepulan asap rokok di teras rumah, Ruslan melihat sesuatu mengintip dari balik kebun pohon Jati

Ruslan mendelik, ia tidak salah lagi, yg mengintip itu pocong,

"Jancok!!" ucap Ruslan, melipir masuk ke rumah, menuju tempat Agus mandi
kebetulan, Agus baru selesai, ia melihat Ruslan, rokok dimulutnya mengepul tanpa ia sentuh

"pocongan ya" kata Agus, sembari mengeringkan rambutnya "itu di kamar mandi ada dua"

Ruslan mengikuti Agus
"pindah ae loh Gus, gak sreg aku nang kene"
(pindah aja yuk, gak tenang aku)

saat itulah, Agus mengintip Rumah besar itu dari jendela, matanya seperti tengah mengawasi,

"gini, Rus" kata Agus serius, ia tidak pernah seserius ini, "Tanah tapal biasanya dipakai oleh orang kaya atau gak orang berpengaruh, sekarang pikir, kira-kira ada apa ya di rumah itu"

"ya mungkin dulunya tanah ini tanah tapal, tapi belum di bersihkan, ya kali, dikira aku gak tau, ngebersihan tanah kaya gini sih gak sembarangan dan jarang orang mau, bahkan orang ngilmu kaya kamu, gak bakal mau bersihin kan" kata Ruslan, ia masih melihat Agus yg masih mengawasi

"tau aku maksudmu Rus" kata Agus, sekarang ia duduk, "gunanya perempuan itu apa coba" "udah di tanah tumbal, eh di jaga sama Gundik'colo lagi, aku penasaran, yg punya siapa ya, aku jadi pengen tahu" Agus mengedipkan mata melihat Ruslan, saat itu Ruslan menyadarinya.

"Cok" kata Ruslan yg baru sadar arah pembicaraan Agus, "koen kate nyolong opo sing gok jeroh omah iku ya" (kamu mau mencuri sesuatu yg ada di dalam rumah itu kan) "Gila kau, itu perempuan gak sembarangan ya, cari mati kamu" Ruslan tak sanggup bicara lagi,

"bukan aku, kita"

"Matamu gus" "awakmu dewe ae, pantes, ket pertama wes disuguhi barang gak bener ambek sing nduwe omah" (Matamu, kamu aja, pantas, dari awal, sudah dikasih sesuatu yg gak masuk akal sama yg punya rumah)

"Halah" Agus tertawa, "gak lah, aku yo gak gendeng" (aku juga gak segila itu)

"aku itu cuma penasaran aja, kerjaan itu perempuan jagain apa, atau gak, ngapain dia, kalau pocongan yg dibelakang kamu kan, cuma bisa ngelihatin kita, gak bakalan ngapa-ngapain, nah, masalahnya tuh perempuan juga ngawasi kita, pasti ada sesuatu" sahut Agus,

Ruslan, diam.

"Gus boleh tanya" Ruslan mencoba untuk tenang, Agus mengangguk, "kata orang, tanah tumbal kalau dijaga pocong, tanahnya, ditanami kain kafan dari orang yg meninggal, itu betul?"

Agus mengangguk,

"dan kain kafan yg meninggal'pun gak sembarangan, harus jumat kliwon, betul?"

Agus mengangguk lagi,

"berarti, berapa banyak, kain kafan yg ditanam di dalam tanah ini?" Ruslan menunggu Agus bicara

Agus tampak berpikir, "seratus kayanya"

Ruslan menelan ludah, "ada seratus pocong disini gus"

"iya" kata Agus, "di luar, masih banyak yg berdiri lihatin kita"

Ruslan berdiri, ia menyesap rokok, tinggal 2 batang lagi, saat Agus meminta sebatang, Ruslan menolak

"Matamu, aku yo penasaran dadine, opo yo sing onok gok jeroh omah iku"
(Matamu, aku kok jadi penasaran juga, apa ya yg disembunyikan disana)

"mau lihat gak" sahut Agus,

"oke"

Lemah Layat ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang