Ruslan mengangguk, "nggih mbah" sahutnya, "eh, nggih mbak" Ruslan mengkoreksi ucapannya, kini ia menatap rambut yg masih ada ditangan Lastri, ia pergi, menjauh dengan kaki pincang,
Ruslan menggendong Agus kembali ke rumah. entah apa yg terjadi, Ruslan masih tidak mengerti
ditemani Koco, Agus dibawa ke rumah lelaki tua itu, ia sudah sadar, namun, ia seperti orang ling lung, wajahnya pucat, bahkan, Rusalan sudah mengajaknya bicara sejak tadi pagi namun, Agus hanya diam
mbah Pornomo hanya duduk memandangnya, ia menunjukkan kain kafan putih,
mbah Por, membuka kain kafan putih itu, didalamnya, ada segumpal rambut, Ruslan langsung tahu, itu adalah rambut Agus,
"nekat!!" ucap mbah Por, tanpa mengatakan apa2 lagi, mbah Por langsung menghantam kepala Agus, sebelum menekan hidungnya, tiba-tiba darah hitam keluar darisana,
mbah Por langsung menyesap hidung Agus, Ruslan dan Koco hanya bisa melihat kejadian itu, mereka tidak mau berkomentar, setelah selesai, mbah Por mengambil batok kelapa, memuntahkan isi mulutnya,
disana, ditengah-tengah genangan darah hitam kental, ada segumpal daging busuk
mbah Por membuang ludah sebelum membersihkan mulutnya dengan sapu tangan, ia meletakkan rambut hitam dan kain kafan di batok kelapa, membakarnya, dan tercium aroma yg wangi,
wangi sekali sampai Ruslan dan Koco bingung,
mbah Por kemudian meminumkan air putih, Agus sadar, "piye" tanya mbah Por, "wes ngerti sopo sing nduwe lemah kui" (kamu sudah tahu siapa yg punya tanah itu)
Agus hanya diam, keringatnya mengalir deras, bibirnya gemetar,
"sudah lihat juga, Gundik'colo yg lain?" mbah Por masih bertanya,
Agus mengangguk
mbah Por berdiri, ia diam, kemudian mendekati Agus lagi, "boleh aku melihat apa yg kamu lihat"
Agus mengangguk
Ruslan dan Koco masih diam, ia melihat mbah Por, mencium tangan Agus seakan ia meminta restu, suasana menjadi hening, sangat hening sekali, Ruslan dan Koco, merinding
seperti tersedak, mbah Por melompat mundur, dibibirnya keluar darah, ia merangkak, seolah mau memuntahkan sesuatu, Agus dan yang lain sontak menolong mbah Por, memijat lehernya
mbah Por terus memukul dadanya, dan keluarlah gumpalan daging yg sama, daging colo' berlumurkan darah
"artine opo toh mbah?" tanya Ruslan,
"sing nduwe lemah, kate teko, njupuk opo sing kudu di jupuk" (yang punya tanah mau datang, mengambil apa yg harus dia ambil)
"nopo niku mbah?" (apa itu mbah)
mbah Por tampak berpikir, "Lastri"
"co" kata mbah Pur, "awakmu eroh omahe pak RT, budalo mrono, ngomong'o, Balasedo'ne teko" (kamu tahu rumah pak RT kan, bilang sama dia, Balaseda' mau datang)
Ruslan melihat wajah mbah Por, ia tidak pernah segelisah ini, sedari tadi, mbah Por hanya mengelus janggutnya
mbah Por melihat keluar rumah, lalu menutup pintu rumahnya, "melok aku" (ikut saya)
Ruslan dan Agus berdiri, ia berjalan di belakang mbah Por yang melangkah masuk ke salah satu kamar,
di kamar itu, Ruslan banyak melihat benda2 yg tidak asing lagi, bawang putih di pasak,
cabai di ikat dengan benang, sampai kembang bertebaran di meja, mbah Por langsung mempersilahkan mereka duduk, saat mereka duduk, tiba-tiba mbah Por memukul-mukul kepalanya, seperti orang kebingungan, bahkan, ia menghantam rahangnya, dan secara tiba2, menarik paksa giginya.
entah gigi mana yg ia ambil, namun, Ruslan dan Agus merasa ngilu melihat itu di depannya, darah masih mengalir dari bibir mbah Por, namun, bukannya merasa kesakitan, mbah Por seperti tertawa terbahak-bahak melihat giginya tanggal
" Edan "bisik Ruslan, yg ditanggapi agus, ia setuju
berpikir bahwa semua itu selesai, adalah kesalahan besar, mbah Por lagi-lagi, menekan gigi bawah yg berada tepat di tengah dengan kedua tangannya, matanya tengah menatap Ruslan, dengan nafas tersenggal-senggal, mbah Por menarik paksa, hingga darah mengalir deras dari bibirnya.
menyaksikan hal gila seperti itu, membuat Agus dan Ruslan tidak tahan, ia mendekati mbah Por, namun, mbah Por tak menghiraukan mereka, ia seperti orang yg sudah kesetanan, dan benar saja, giginya berjatuhan dengan luka robek yg membuat Ruslan memalingkan wajah,
mbah Por tertawa
dengan serampangan, mbah Por mengumpulkan gigi yg berjatuhan itu, membungkusnya dengan daun pepaya di atas meja, cipratan darah masih dapat dilihat oleh Ruslan dan Agus, entah apa yg mau ia lakukan, Ruslan tidak mengerti, karena setelahnya, mbah Por menelan daun pepaya itu bulat2
"ben, nek ajor mesisan ajor" (biar saja, hancur sekalian hancur)
Agus dan Ruslan tidak mengerti maksud ucapannya, karena setelahnya, mbah Por mengambil sebilah keris yg di gantung di atas tembok kayu, menyampirkannya di pinggul, sebelum pergi, mbah Por berpesan agar mereka tetap di rumah ini.
"tengah malam saya kembali, saat itu juga, kalian akan saya bawa masuk ke rumah Lastri, agar kalian bisa tahu apa yg ada di dalam sana, dan" mbah Por tampak memandang Agus, "dia datang malam ini nak"
Agus pucat, Ruslan bisa melihatnya
"onok opo seh asline gus" "bar koen ambek aku wes duluran mbok diceritani, asline opo sing mok wedeni" (ada apa sih sebenarnya gus, kamu sama aku udah saudaraan harusnya kamu cerita sebenarnya apa yg bikin kamu takut)
"nang jero omah iku Rus, onok, onok" (di dalam rumah itu ada)
Agus seperti tidak bisa mengatakannya,
"jancok onok opo seh?" (sialan ada apa sih sebenarnya)
"nang jero omah iku onok" (di dalam rumah itu ada)
"Ranggon"
Ruslan yg mendengarnya hanya melotot pada Agus, "taek!!" (Tai) kata Ruslan, "pantes ae sing jogo model ngunu"
"Lastri sing ndudui awakmu opo piye" (Lastri yg ngasih tahu kamu apa gimana) "modelan Ranggon, gak bakal di duduno ambek sing jogo, nyowo gus, taruhane, opo awakmu ndang sing" (model barang seperti itu tidak boleh di perlihatkan sama yg jaga, nyawa itu Gus taruhanya, apa jangan2)
"aku gak sengojo ndelok Rus" (aku gak sengaja lihat Rus)
Ruslan hanya duduk pasrah, matanya melihat keatas, "kadang aku mikir, awakmu iku pinter wes tak anggep masku dewe, eh, kadang koen goblok tenan koyok wergol, asu!!" (kadang aku mikir kamu itu pinter, sampai tak anggap abang sendiri, tapi kadang kamu bodohnya gak ketulungan, mirip Wergol, anj*ng!!)
tidak beberapa lama, terdengar suara ketukan keras sekali, selain keras, suara ketukan itu tanpa jedah, membuat Agus dan Ruslan melihat ke pintu.
"sopo iku gus?" (siapa itu gus)
Agus dan Ruslan mendekat, ketukan itu tidak berhenti-henti sebelum, "Rus, iki aku Koco!!"
seketika Ruslan langsung membukanya, "Edan!! suwene mbukake!!" (gila!! lama sekali bukanya) sahut Koco emosi,
"koen mbalik to" (kamu balik ya)
belum Koco cerita, Ruslan dan Agus melihat apa yg ada di depan pintu. disana, berdiri pocong tepat di depan rumah, ia melihat Ruslan dan Agus, dengan tenang, agus menutup pintu, perlahan, dan sosok itu tidak terlihat lagi.
Koco tidak tahu, namun Ruslan, merasa ada yg salah sama desa ini. tepatnya, saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemah Layat ( TAMAT )
TerrorCerita diambil dari akun twitter @SimpleM81378523 jika ingin membaca langsung di akunnya, silahkan ⬇ Lihat SimpleMan (@SimpleM81378523): https://twitter.com/SimpleM81378523?s=09 Jangan lupa like dan tinggalkan comment