syukur, Ruslan tahu dimana biasa anak-anak nongkrong, Koco sedang main kartu, saat Ruslan menceritakan Agus, Koco menelan ludah, ia buru-buru pinjam motor, mengajak Ruslan menemui seseorang,
selama diperjalanan, Ruslan hanya kepikiran dengan sorot mata Lastri, licik.
"Agus iku ngilmu tapi loro" (Agus itu ngilmu tapi sakit) "kalau tahu ada Gundik'colo, ya mending ngalah, gak usah ngelawan gitu to, wong pintar aja pikir-pikir kalau adu ilmu sama yg model begituan" sahut Koco, ia menambah kecepatan motor, menembus rumah wargasesampainya disana, Koco buru-buru mengetuk pintu, namun, si pemilik rumah sepertinya tidak ada, rumah kayu itu ditutup rapat, Ruslan menatap kesana kemari, kepalanya sakit sekali, Agus seperti dipelet terang-terangan sama mbak Lastri, tapi apa ya bisa, Agus kepelet semudah itu
Koco terus memanggil, namun, tetap tidak ada jawaban, Ruslan yg sudah tidak sabar ikut mengetok pintu, saat, dibelakangnya, terdengar seseorang "cari siapa le" (mencari siapa dek)
Koco dan Ruslan berbalik, ia melihat lelaki tua dengan sak berisikan rumput, menatap mereka
Ruslan ingat dengan lelaki tua itu, ia suka mencari rumput di kebun jati, tapi, bila di ingat lagi, cari rumput kenapa harus malam seperti ini, apalagi, rumput yg dia ambil dari kebun jati tempat Ruslan melihat..
"malam pak" Koco memberi salam, mencium tangannya, Ruslan, diam
Koco menceritakan semuanya, lelaki tua itu hanya berdiri di ambang pintu, ia mengintip ke jendela, "pirang atus pocong iki sing ngejar awakmu le" (ini berapa ratus pocong yg ngejar kamu nak)
Koco ikut melihat jendela namun ia tidak melihat apapun, namun Ruslan, melihatnya.
"kamu pulang saja, teman kamu sudah gak bisa ditolong" sahut lelaki tua itu kepada Ruslan, namun, Koco mencoba bilang, "tapi mbah, yg dulu juga mbah kan yg nolongin"
"beda kasus itu le" kata si lelaki tua, "kalau yg ini, temanmu sejak awal disukai sama cah gendeng iku"
"cah gendeng mbah?" tanya Koco,
"apalagi kalau gak gendeng tuh bocah, aku tau perjalanan hidupnya sampai dia jadi begitu, saya sih bisa kalau adu ilmu, tapi ya, Gundik'colo ini" lelaki tua itu tertawa, ia melempar pocong yg Ruslan lihat dengan tulang ayam, "saya bisa mati"
"lalu bagaimana mbah?" tanya Koco,
"temanmu itu ilmunya juga lumayan, dia pasti ada alasan kenapa mau, kalau dipelet sih, gak yakin aku, pasti ada yg dia sembunyikan" kata si mbah, sekarang, ia melempar apapun kearah pocong diluar rumah, Ruslan bingung, seperti ia sengaja
Koco sudah tidak bicara lagi, namun kemudian, Ruslan mengatakan apa yg seharusnya ia katakan dari tadi,
"mbah bilang tadi tahu perjalanan hidupnya, mbah kenal sama mbak Lastri?"
setelah Ruslan mengatakan itu, lelaki tua itu berhenti bermain sama pocong di depannya, ia diam
"ia saya kenal dia" lelaki tua itu kini duduk, ia menutup pintu setelah meludahi pocong yg mau masuk ke rumah, "guru saya yg membantunya menjadi Gundik'colo seperti sekarang, namun itu semua, atas dasar keinginannya sendiri"
"Lastri, sebenarnya, seusia sama saya"
"kalian ada rokok" sahut lelaki tua itu,
Ruslan memberi tanda pada Koco, Koco langsung tahu maksud Ruslan, ia meraba saku celana, mengeluarkan sebatang rokok, memberikannya pada lelaki tua itu, ia menghisap rokok sebelum mengatakannya
"Lastri bukan yg pertama di kampung ini"
"maksudnya mbah" tanya Ruslan,
"Lastri bukan Gundik'colo pertama di sini, karena, dulu, sudah ada Gundik'colo juga sebelum Lastri"
Koco beringsut mundur, Ruslan apalagi, lehernya meremang, merinding, satu Gundik'colo saja sudah gak waras, ini, malah sudah ada sebelumnya
"lalu, bagaimana akhir Gundik'colo sebelumnya mbah?" tanya Ruslan, Koco hanya bisa menelan ludah, di rumah kayu itu, mendadak, hening, sepi sekali, bahkan, api petromax bergoyang tidak normal, lelaki tua itu tampak berpikir sebelum
"Lastri ada di depan, sebaiknya kalian kembali"
lelaki tua itu berdiri, ia membuka pintu, jauh di sana, mbak Lastri berdiri di teras rumah, matanya kosong melihat kearah pintu, lelaki tua itu menatap Ruslan dan Koco,
"saya tidak bisa membantu banyak, temanmu, dia sudah ada di rumah, masalah ini, coba selesaikan dengannya"
Ruslan melirik ketika ia berpapasan dengan Lastri yg kemudian masuk ke rumah lelaki tua itu, ia mendengar Lastri menggumamkan sebuah nama, "Pornomo", jadi, nama lelaki tua itu adalah Pornomo, untuk apa, Lastri masuk ke rumahnya, apakah ada sesuatu yg mau mereka bicarakan
"Edan!! aku jek gak percoyo, Gundik'colo jek onok, mese onok 2 pisan nang deso iki, gendeng" (Parah!! aku masih gak percaya, Gundikcolo masih ada, malah ada 2 lagi di desa ini, Gila) kata Koco di atas motor,
Ruslan, hanya berucap "nyocot!!"
Koco diam, setelah Koco mengantar Ruslan, ia kembali ke rumah itu, melewati kebun jati sendirian, dari jauh, rumah itu sudah bisa dilihat, pintunya terbuka, tepat ketika Ruslan melewati pintu, ia melihat Agus, tengah duduk seperti menunggunya..
"tekan ndi?" (darimana?)
"cari rokok gus"
Agus hanya mengangguk, seakan tidak mau mendebad Ruslan, ia masuk ke kamar, sebelum masuk, Agus mengatakannya, "awakmu turu nang sebelah yo, aku kepingin turu ijen" (kamu nanti tidur di kamar sebelah ya, aku ingin sendirian)
Ruslan tidak menjawab, Agus berbeda, berjam-jam sudah berlalu, Ruslan masih belum bisa memejamkan matanya, lantas, ia tiba-tiba merasa harus tahu, apa yg ada di dalam rumah itu, apa yg di jaga sampai yg jaga harus perempuan seperti itu,
Ruslan beranjak dari ranjang, lantas, ia berpikir untuk memeriksanya saja, ia melewati kamar Agus, berjalan pelan-pelan, saat, Ruslan merasa ada yg salah, ia kembali, membuka gorden yg menutupi kamar Agus, disana, Ruslan terhenyak, melihat Agus duduk bersila di atas ranjang, di depannya, darah berceceran,
Agus memuntahkan darah dengan mata terpejam
"he cok koen lapo cok" Ruslan mendekati Agus, menepuk2 pipinya, namun, Agus seperti tidak sadarkan diri,
Ruslan kebingungan, lantas ia buru-buru mengambil segelas air ke dapur, meminumkannya pada Agus, namun, ia terus memuntahkannya, tiba2, terdengar suara Lastri berteriak, Agus belum juga sadar, namun diluar, pintu depan digedor-gedor dengan keras, suara Lastri berteriak seperti orang tengah marah
Ruslan mendekati pintu,
"BUKAK!!" "BUKAK GOBLOK!!"
Ruslan pun membuka pintu, Lastri langsung masuk, ia berjalan pincang, dengan tangan menyeret parang Ruslan langsung menyusul Lastri, namun, Lastri keluara dari kamar dengan sendirinya, menyeret Agus, ia menjambak rambutnya yg panjang, Agus masih muntah darah, Ruslan mencoba menahan Lastri, namun, tatapan matanya, membuat Ruslan ngeri sendiri, "Mundur koen!!" (mundur kau!!)
"mbah isok diomongno apik apik mbah, gak usah gowo parang nggih" (mbah bisa dibicarakan baik baik mbah, tidak perlu pakai parang ya) ucap Ruslan,
Lastri berhenti, ia menatap Ruslan, menghunuskan parangnya, "mbah"
"mbak maksud kulo, mbak" (maksud saya mbak)
Lastri menyeret lagi sampai di pintu rumah, Lastri melemparkan Agus, menyeret kakinya sampai ke perkarangan antara rumah Lastri dan rumah tempat tinggal mereka
Ruslan yg tidak tahu harus apa dengan situasi ini, lari masuk rumah, ia mengambil pisau di dapur, ia kembali, melihat Lastri sudah menghunus parang yg Lastri pegang, terhunus di leher Agus,
Ruslan sudah gemetar, kalau sampai Agus di gorok, ia akan buat perhitungan, namun, rupannya, Lastri menjambak rambut gondrong Agus, lalu memotongnya dengan parang, Agus terjerembab jatuh ke tanah, ia berhenti muntah darah
Ruslan mendekati Lastri, menatap segumpal rambut yg ia pegang,
"kancamu kandanono, nang kene, ilmune gak onok apa-apane, mene nek wes sadar, gowoen nang mbah Pornomo"
(temanmu kasih tahu, disini ilmunya gak ada apa2 nya, kalau sudah sadar, bawa dia ke mbah Pornomo)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemah Layat ( TAMAT )
TerrorCerita diambil dari akun twitter @SimpleM81378523 jika ingin membaca langsung di akunnya, silahkan ⬇ Lihat SimpleMan (@SimpleM81378523): https://twitter.com/SimpleM81378523?s=09 Jangan lupa like dan tinggalkan comment