8.

7 0 0
                                    

"Sadwa jujur sama Mba tadi malem kamu diberi apa sama Mas Gun?"

"Ngga di kasih apa apa kok"

"Jujur Sadwa"

"Beneran Mba"

"Kamu kira kamu bisa bohongin Mba? Mba bisa baca pikiran kamu ya Sadwa. Kamu lagi bohongin Mba kan?"

"Sadwa mau berangkat sekolah. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab semua.

"Panca juga mau berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam"

Kebetulan Sadwa dan Panca satu sekolahan. Panca mengejar Sadwa menggunakan sepeda miliknya.

"Sadwa!!" Teriaknya saat ditengah tengah persawahan.

"Apa?"

"Kamu dapet uang kan dari Mas Gun?"

"Jangan sotau!"

"Ngaku kamu. Kalo engga nanti aku bilangin sama Mba Dian"

"Iya deh"

"Berapa?"

"Cukup buat lunasin seragam"

"Ohh ya udah"

Sadwa tercengang diatas sepeda kecil miliknya. Kakaknya tidak marah? Tidak iri pula?

"Mas Panca belum bayar sekolah juga ya?"

"Udah"

"Kapan?"

"Jangan kepo kamu"

"Ya kan Sadwa cuma nanya"

"Kamu ngga usah mikirin Mas. Kamu pikirin sekolah kamu aja. Nanti kalo kamu udah dikasih uang sama Mba Dian buat bayar seragam, jangan buat macem-macem. Kasih ke Mba Nofi aja. Biar biaya sekolah Mba Nofi cepet lunas"

"Kata Mas Gun uangnya buat beli peralatan sekolah kita bertiga Mas"

"Terserah kamu kalo emang ngga kasian sama Mba Nofi"

Sadwa mulai berpikir. Ia malu jika diejek, berarti Mba Nofi juga merasakan hal yang sama saat disekolahannya. Tandanya ia memang harus melakukan apa yang Panca sarankan.

"Iya Mas, Sadwa kasian sama Mba Nofi"

"Tapi emang Mas Panca ngga butuh uang juga buat bayar buku buku Mas?" Tanya Sadwa.

"Engga"

"Kok engga? Aku kemarin denger kalo kelas 9 dapet buku paket panduan ujian. Dan itu mahal Mas. Emang Mas ada uang?"

"Ada"

"Dari mana?"

"Kamu jangan kepo deh. Masih kecil, masih kelas 7, masih bau bau anak SD. Hahaha"

Panca pun melajukan sepedanya lebih cepat seraya menertawakan Sadwa. Sadwa pun mengejar kakaknya yang menyebalkan.

😭


Gunawan sedang termenung di kamarnya. Dia bingung, dia harus jujur pada Dian tentang kejadian tadi malam namun hatinya merasa begitu berat. Berat karna dia tak sanggup jika Dian akan meninggalkannya.

Gunawan pun tak berniat untuk berangkat ke Rumah Sakit hari ini.

09:50

Sudah pukul segini Gun belum menjemput Dian. Dian pun masih setia duduk di kursi panjang depan rumahnya.

Tiba-tiba ada laki-laki yang memarkirkan motor besar didepan rumahnya.

"Kamu Dian??" Tanyanya sambil menunjuk kearah Dian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RindianiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang