2

27.2K 752 38
                                    

Krist masih betah duduk di atas pangkuan Singto, wajahnya tersembunyi didalam ceruk leher Singto. Kedua tangan masih melingkar di balik jas yang dikenakan Singto. Mereka tengah berada disebuah restoran yang sudah disewa oleh Singto sepenuhnya.

"Tuan Sing, Tuan perdana menteri sudah tiba..." Ujar seseorang setelah membungkuk hormat.

"Apa kau tidak ingin turun?" Tanya Singto,

Krist menatapnya dengan wajah menggemaskan, bahkan Singto sudah ingin sekali menerkamnya sekarang, "Haruskah?" Suaranya membuat Singto harus mengeratkan genggaman tangannya.

Sebelah tangan Singto  bergerak kesamping, mengarahkannya kepada seorang pengawalnya. Sang pengawal menyodorkan sebuah selimut dengan kedua tangannya sembari membungkuk. Singto melebarkan selimut itu, menggunakannya untuk menutupi Krist yang ada dalam pelukannya.

Seorang pria paruh baya memasuki ruangan itu di antarkan oleh pengawal Singto yang sebelumnya.

"Selamat datang tuan... Aku sudah menunggumu.... Maaf aku tidak bisa berdiri untuk menyambutmu...." Singto menunjukkan senyumnya, senyum tipis yang jarang sekali orang lihat.

"Silakan duduk...." Singto melanjutkan kalimatnya, mempersilahkan pria yang tak lain adalah seorang perdana menteri Thailand itu.

"Tidak masalah, bisa bertemu denganmu saja sudah menjadi suatu kehormatan...." Pria tersebut duduk diseberang Singto.

"Hahahaa...." Singto tertawa, namun tidak begitu dengan ekspresi matanya, "Anda terlalu merendah...."

"Jadi, bisakah kita langsung ke intinya? Karena kura-kura kecilku tengah merajuk..." Singto mengucapkannya sembari menepuk bahu Krist yang berada di balik selimut, ia tidak perduli dengan sekitarnya, yang ia butuhkan hanya berada didalam pelukan Singto.

"Hahahaaa.... Aku suka caramu... Tentang penjualan produk di wilayah Asia itu, bisakah aku memesan beberapa barang dalam waktu dekat? Aku memerlukannya untuk pesta di akhir bulan ini..."

"Produk Asia? Apa yang anda inginkan? Maksud saya tentang kriteria yang telah anda tetapkan..."

"Hmmmm.... Seperti tahun lalu.... " Lelaki itu tersenyum, senyum yang sulit di artikan.

"Ah, tahun lalu..." Singto kembali mengingat tentang pesanan perdana menteri tahun lalu, "Choi, ambilkan history nya!" Perintah Singto pada seorang pengawal dengan wajah oriental khas wilayah Jepang.

Lelaki bernama Choi itu memberikan sebuah buku yang sudah terbuka, menunjukkan sebuah foto seorang gadis yang menjadi pesanan tahun lalu oleh perdana menteri itu.

Singto melepaskan foto itu, "Apakah dia masih ada?" Menunjukkan selembar foto itu kepada sang perdana menteri.

"Hmmm... Aku menyimpannya di tempat yang aman. Terkadang dia menemaniku ke pesta..."

"Jika anda memesan yang baru, kemana anda akan meletakkan yang lama?" Tanya Singto sembari menempelkan kembali foto itu ketempat semula.

"Sebenarnya, ini untuk putraku, bukan aku. Sebentar lagi, usianya menginjak 25 tahun akhir bulan ini..."

"Aaaahhh..." Singto seolah mengingat sesuatu, "Kado?" Singto menganggukkan kepalanya seolah ia mengerti, "Akan saya siapkan yang terbaik..." Singto menunjukkan senyumnya.

Setelah pembicaraan kecil dan basa basi yang tidak perlu, lelaki itu pergi lebih dulu meninggalkan Singto yang masih duduk dengan tenang. Singto menarik selimut yang menutupi tubuh Krist, menunjukkan Krist yang terlelap.

"Choi, siapkan mobil!" Singto menggunakan suara yang sedikit berbisik, namun masih bisa didengar oleh Choi sang anak buah.

Beberapa menit setelah Choi meninggalkan ruangan, Singto mencoba berdiri,  menggendong Krist seperti gendongan koala. Krist masih terlelap bahkan saat keduanya sudah memasuki mobil.

"Choi, bukakan pintunya..." Gumam Singto saat menyadari jika mobil sudah berhenti didepan rumahnya.

Lelaki bernama Choi itu membantu Singto membuka pintu mobil, pintu rumah dan juga pintu kamar keduanya.

Singto membaringkan Krist dengan lembut, ia menunjukkan kasih sayangnya saat menidurkan Krist di atas tempat tidur.
.
.

Seperti pagi - pagi biasanya, Krist akan bangun pagi begitu jam menunjukkan pukul 6 pagi. Ia berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diri dan bersiap menuju sekolah dimana ia menjadi siswa tingkat 3 menengah atas.  Meskipun dia anak yang tergolong nakal, tapi Singto selalu mengatakan padanya jika pendidikan nomor satu.

Singto masih tertidur saat Krist sudah selesai menggunakan selesai bersiap dengan seragamnya, ia hanya perlu sarapan lalu berangkat sekolah.

"Daddy? Daddy tidak mau bangun? Daddy? Daddy tidak mau menemaniku sarapan?" Krist menggoyangkan tubuh Singto, mencoba membangunkannya.

"Daddy harus ke Jepang pagi ini. Baby berangkat sendiri na pagi ini...."

"Temani Kit sarapan Daddy...." Singto selalu menemaninya makan jika keduanya di rumah, kenapa pula pagi ini dia harus makan sendiri jika masih ada Singto disini?

"Daddy masih mengantuk... Makan sendiri naa~" Singto bergerak memunggungi Krist.

Dengan wajah kesalnya Krist bangun dari duduknya, "Aku benci Daddy!" Teriaknya sebelum membanting pintu kamar.

Singto merasa sangat lelah pagi ini, lagipula satu jam lagi di harus terbang ke Jepang untuk mengurus sesuatu. Krist berjalan menuju dapur sembari menghentakkan kakinya keras-keras, membuat beberapa maid tahu betul jika mood Krist pagi ini tengah buruk. Ia duduk di salah satu kursi, mengambil segelas air putih dan mengabaikan gelas susu yang sudah disiapkan untuknya.

Krist langsung berangkat setelah sarapan dengan segelas air putih. Ia mengabaikan roti yang sudah disiapkan dan juga tidak menyentuh susu yang sudah ada di gelasnya. Seorang sopir mengantarnya, kali ini Choi mengantar Krist karena sekalian persiapan untuk penerbangan Singto ke Jepang.

"Jam berapa anda pulang tuan muda?" Tanya Choi saat keduanya sudah berhenti didepan sekolah.

"Tidak perlu menjemput. Aku ada urusan nanti..." Krist menjawabnya sebelum keluar dari mobil. Moodnya benar-benar buruk karena untuk pertama kalinya Singto mengabaikannya yang ingin sarapan bersama. Biasanya, Singto akan menemani Krist untuk makan, entah Singto ikut makan atau tidak.

Krist masuk ke dalam kelas dengan wajah cemberutnya, Earth dan Godt mendatanginya dengan senyuman. Keduanya adalah teman dekat Krist, mereka tentu tau apa yang terjadi dengan mood Krist pagi ini. Tapi mereka hanya belum mengetahui penyebabnya, dan tugas pagi ini untuk keduanya adalah mencari tahu penyebab itu lalu menghilangkannya.

"Apa yang terjadi sayang?" Godt meletakkan tangannya ke bahu Krist, duduk di kursi sebelah Krist yang kosong.

"Daddy mu tidak memberikan susunya?" Earth memberikan tebakannya.

"Dia tidak menemaniku sarapan, dan aku tidak ingin makan sendiri" keluh Krist kepada kedua temannya.

"Jadi, kau belum sarapan?" Tanya Godt dan Krist mengangguk lemah untuk menjawabnya, "Mari kita ke kantin sekarang!" Godt mencoba berdiri dari duduknya.

"Aku yang akan mentraktir mu..." Bisik Earth.

"Aku akan memberikan apapun yang kau mau..." Bisik Godt lagi.

"Apapun?" Tanya Krist, sepertinya mood Krist mulai membaik.

"Apapun!" Earth mengucapkannya dengan semangat.

"Mari berpesta setelah pulang sekolah!" Krist bangun dari duduknya, sembari berteriak dengan semangat.

"Pesta?" Godt menatap ke arah Earth, "Sore hari?" Earth menatap ke arah Godt ragu.

"Ayolah! Kalian yang mengatakan akan memberikan apapun!" Krist menatap ke arah Godt dan Earth bergantian.

"Entah mengapa perasaanku tidak baik dengan hal ini..." Gumam Earth didekat Godt, Godt mengangguk setuju dengan pernyataan Earth barusan.
.
.
.
.
.

TEBECEH

yang minat, open grup line bokev gay boleh kirim pesan.

Sex With Love (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang