01. Sinful Night

291 91 8
                                    

—One Night Stand Becomes A Sinful Night—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—One Night Stand Becomes A Sinful Night—

Tenggelam di dalam diriku, dua kutub yang berbagi kehangatan dalam kegilaan malam penuh dosa.

          Kastok baju blouse yang tengah ia pegang kini sengaja dihempaskannya begitu saja hingga jatuh mencium lantai dengan mengenaskan. Ryu mengerang sembari memejam frustrasi, dijatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuk yang juga dibaginya bersama Einna. Wanita yang belum genap memanjat tali usia ke angka 23 tahun itu mulai berniat membuka mata, menatap langit-langit kosong setelah memejam kuat-kuat tadi.

Pikirannya setengah renyang, antara kecamuk semangat dan frustrasi yang terhimpun padat namun sulit diseruakkan. Memikirkan soal kemampuan dirinya yang dirasa masih sangat terbatas, mengingat ia adalah lulusan baru setelah beberapa bulan lalu menyelesaikan studinya. Lantas ia juga berpikir akan penampilannya yang masih jelas kurang menarik dibanding para wanita lain.

Ia diterima menjadi sekretaris setelah berhasil melewati interview dan masa training yang bahkan Ryu sendiri kala menjalaninya tak yakin bisa melewati.

Ia memegang kepalanya, mulai mengacak rambut panjangnya yang bahkan pengikat rambutnya itu telah mencapai pertengahan nyaris ke bawah rambut. Benar-benar terlihat kuyu. "Aku tidak pernah tahu kalau hari pertama kerja akan membuatku sefrustrasi ini, Kak Einn."

Einna yang sedari tadi menemani kawan sekamarnya memilah baju pun ikut berwajah kucam, kusut masai laiknya bantalan kubis sisa kemarin. Einna menoleh mendengar Ryu—teman sekamarnya selama dua tahun ini—mulai kembali mengeluh. Ikut berbaring di sebelah Ryu.

"Tidak apa-apa. Kau hanya panik. Kau punya kemampuan, wajahmu cantik, penampilanmu menarik, meski kau tidak dilatih secara khusus dengan konsentrasi target materi, namun kupikir kecepatan WPM*)-mu sudah sangat bagus. Kau cemas akan penampilan? Tidak, meski dengan piyama pun kau tetap terlihat menawan, Ryu. Dunia kerja tak seburuk yang kau pikirkan. Cobalah untuk tenang.."

Ryu menghela. Einna ada benarnya. Ia terlalu cepat panik, mudah sekali kalang-kabut, bahkan untuk suatu hal yang faktualnya miliki taraf sepele.

"Lalu, kau bagaimana? Apa sudah ada panggilan kerja?" Ryu kini menoleh, lontarkan pertanyaanya pada Einna yang bahkan tak ayal lebih cemas dari Ryu. Mungkin.

"Belum."

Sejujurnya Ryu merasa bersalah. Einna baru saja keluar dari pekerjaannya di perusahaan lama tempat ia bekerja. Alasan tidak cocok. Ryu pura-pura tidak tahu, meski sebenarnya ia tahu kalau alasannya masalah pribadi. Merasa bersalah ini, sebab Einna yang mencarikannya pekerjaan selepas lulus kuliah, lowongan mengisi posisi sekretaris di perusahaan Jepang. Kalau dipikir, padahal bisa saja temannya itu mengambil pekerjaan itu untuk dirinya sendiri, sebab Einna memang mendalami sekretaris, Einna lulusan administrasi perkantoran dan juga masuk universitas terbuka untuk mendalami profesinya (sedang Ryu hanya lulusan baru jurusan ilmu psikologi). 

Ultra-SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang