Ini chapter panjang, rehat dulu kalau lelah baca.
.
.
—Horrific Highway And Bloody Streets—
❝Sisi yang gelap, rupanya kehadiran menjadi bagian dari prosesi petaka.❞
⊷ ◕ ⊶
Menyesap minumannya sedikit demi sedikit, bibir Ryu seolah tak pernah lepas dari sedotan hingga sanggup membuat Jungkook tertawa melihatnya. "Apa minuman itu sebegitu nikmatnya hingga sedotan harus sampai kau gigit, Ryumi-ssi? Itu, kan, hanya lime squash."
Ryu terkekeh, rikuh sendiri. Lima belas menit lalu, tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa, Jungkook sungguh bagai menyelamatkan hidup dan mati. Ini berlebihan tetapi urat malu Ryu akan sungguhan tercabik bila membiarkan dirinya jadi pusat atensi. Tadi Jungkook membantunya untuk mendapatkan peniti, agaknya pria itu mencari ke badan reservasi hingga layanan kamar.
Sebelum akhirnya Ryu masuk ke toilet dengan langkah kecil rapat-rapat—Ryu melihat Jungkook merayap kesana-kemari menanyai satu persatu orang yang ada. Tersanjung? Oh, tentu saja.
Jungkook berdeham lumayan keras, memecah fragmen lengah. "Kau gemar melamun, ya, rupanya."
Tidak nyaman sekali dengan gaun beritsleting jebol. Ritsleting gaunnya tak bisa kembali dikatupkan jadi satu. Macam terdedah, entah kemana juga pengait di sana. Ini sangat memengaruhi kenyamanannya.
"Tidak, hanya—tak punya topik?" Ryu tertawa pelan.
Jungkook ikut mengembangkan tawanya, manis sekali hasilkan ceruk di pipinya. "Kau benar juga."
Mungkin lebih mudah ketika harus menanam lobak di halaman belakang rumah Nagi bersama ibu, atau lebih baik membajak tanah di ladang desa daripada mencari topik pembicaraan. Sulit sekali. Alhasil, ia lebih memilih alihkan pandang. Sejujurnya Ryu sibuk menunggu Suga, netranya sudah sedari tadi terlihat menggelinding jamahi setiap sudut. Tetapi tak kunjung juga temukan tulang ekor pria itu.
"Mencari Suga?" Jungkook memecah hampa.
Ryu alihkan pandang guna menatap Jungkook, mengangguk.
"Suga pasti akan sibuk. Apa lebih baik kau kuantar pulang saja?" Jungkook menawarkan.
Ryu menggeleng, memangnya Suga memperbolehkan? Suga bosnya, tapi mengatur-atur macam ibu Ryu. Bila dilanggar, pria itu pasti akan mengamuk. Dasar aneh.
"Tidak perlu. Lagipula kami pergi bersama jadi harus pulang bersama juga. Dia bosku."
"Lalu kau akan menunggu di sini? Berlama-lama? Suga akan sibuk dengan tamunya. Akan ada banyak kolega yang dia sambut." Tampaknya ada kekecutan dalam sirat paras Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultra-Suga
Fanfiction𝑩𝒍𝒂𝒄𝒌-ü𝒓𝒂 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔, 𝑺𝒆𝒗𝒆𝒏 𝑫𝒆𝒂𝒅𝒍𝒚 𝑺𝒊𝒏𝒔: 𝑳𝒖𝒔𝒕 𝑨𝒏𝒅 𝑬𝒏𝒗𝒚 Lulusan sarjana psikologi namun malah berujung bekerja menjadi sekretaris pribadi atas desakan sahabatnya. Sedangkan terlibat one night stand dengan bosnya sen...