04. Drunk

199 77 70
                                    

—Get Drunk For The Pen—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Get Drunk For The Pen—

Bila malam tiada miliki skandal, bukan hanya diriku yang tidak akan membencimu dan kamu mungkin juga tak akan memperlakukanku dengan buruk.

⊷ ◕ ⊶

Hari ini mereka rapat evaluasi, sekaligus sedikit  membahas untuk awal proyek baru dengan JeiKoo, hanya sedikit, sisanya sudah dijadwalkan untuk dibahas dipertemuan selanjutnya yang mungkin akan dekat dengan hari ini. Entah, Suga juga belum memastikan.

Beberapa karyawan membungkuk hormat sebelum keluar dari ruang rapat, sedang Suga hanya fokus menunduk membaca ulang sebuah berkas yang masih terdedah lebar di utara dadanya. Kacamata yang bertengger ia naikkan sedikit untuk kembali dipangkal hidung.

Di tengah keseriusannya memeriksa berkas. Suga lagi-lagi melirik Ryu. Sekretarisnya itu kini menunduk, hendak mulai mencatat dalam buku kerjanya. Entah apa, Suga pun tidak tahu, tetapi wanita itu terlihat fokus. Beberapa kali juga membalik kertas dalam bukunya untuk memeriksa dan mencatat lagi pada lembar baru.

Ruangan perlahan kosong. Suga mengangkat kepala dari berkasnya, alih-alih demi melihat suasana.

"Untuk mitra kita, Jeikoo―apakah ada tambahan untuk persiapan dokumen pengantar, Pak?"

Suga diam, tak menjawab. Dia malah mengambil pulpen Ryu. "Mengapa kau mencatat?"

Ryu merasa kebingungan dengan pertanyaan Suga, kepalanya meneleng sedikit. "Saya, kan, sekretaris Bapak?" ucap Ryu sedikit tak paham dan setengah polos tak memahami maksud asli Suga.

"Kau pura-pura tidak tahu kalau sedari tadi saya memerhatikanmu?" Suga, mulut buayanya mulai mengambil alih.

"Maaf, Pak?" Apa Ryu tidak salah dengar? Ryu mengerjap dua kali lantaran tak kunjung paham dengan kalimat itu. "Tetapi itu sudah bagian dari tugas saya." Ryu kembali menjawab dengan tandas.

"Tidak usah sok polos."

Ryu makin bingung, hal apa yang membuat pria ini marah?

"Tetapi bukankah memang itu tugas saya? Membantu semua pekerjaan Anda dan menyusunnya serunut mungkin perencanaan harian. Saya hanya bersikap profesional."

Suga geram. Ia sedikit menoleh ke arah pintu ganda yang terdedah lebar, memastikan para karyawannya sudah keluar dan jauh dari area ruang rapat. Kini Suga berdiri, tangan kanannya menopang di atas meja, sedangkan tangan kanannya mencengkeram sandaran kursi Ryu, membuat si wanita mundur tatkala Suga mencondongkan wajahnya.

"Kau mulai lupa? Saya tidak suka ada yang melanggar." Suga menatap lamat-lamat lurus pada mata Ryu, "Katakan lagi hal yang membuatku marah—sekali lagi—dan aku tidak akan menunda apapun untuk memberimu hukuman meski dalam keadaan pintu yang tak tertutup itu."

"Tunggu sebentar, rasa-rasanya saya pernah mendengar bapak menyuruh saya profesional untuk tidak melibatkan kejadian di antara kita dengan dunia kerja? Perlu saya ingatkan?" Ryu coba lebih berani.

Ultra-SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang