03. The Devil

216 83 61
                                    

—The Real Devil—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—The Real Devil—

Dia punya cara temukan celah guna paksakan nafsunya.

⊷ ◕ ⊶

          Ryu tiba satu setengah jam lebih awal. Ia sungguh menjaga waktu tibanya demi kunci presensi kehadiran di mesin pencatat waktu karyawan tetap konsisten atas namanya. Hampir seminggu ini berjalan lumayan lancar, hadir tepat waktu, menyusun dokumen, mengawasi jadwal, hanya saja bosnya itu terlampau menegangkan. Mungkin tak ayal itu juga lantaran Ryu yang terlampau menjaga jarak.

Jika saja malam itu mereka tidak bertemu dan mengisi kemabukan dengan skandal ranjang, mungkin sampai hari ini akan biasa-biasa saja. Untuk urusan pekerjaan mungkin takkan serikuh ini.

Lift berdenting, si Tachibana merapikan sejenak blazer biru dongker yang ia kenakan. Memandangi penampilannya pada pantulan dirinya di sisi dinding lift. Ia pikir, seharusnya dirinya sudah mulai melirik konten tutorial merias wajah di SNS. Setidaknya untuk menunjang penampilannya. Ia sekretaris Seethe-Gu Corp., Japan. Tidak mungkin selamanya menjadi Ryu yang polos dan sederhana. Impresi pertama pada pekerjaan jatuh pada optimasi penampilan, kendati tak dapat langsung melejit pada skala maksimal.

Keluar dari lift, jejalkan langkah di atas lantai pualam bercak abu-abu yang mengilap. Terdapat persimpangan, belok ke kiri adalah tempat divisi penanganan bekerja, bila belok ke kanan adalah ruang rapat, sedangkan bila lurus satu sumbu arus dengan lift adalah tempat di mana ruangan Suga dan Ryu berada. Ryu menoleh sejenak, bilik-bilik karyawan masih sepenuhnya kosong, begitu pun juga komputer yang masih memajan datar tampilan yang hitam. Kembali melanjutkan langkahnya, mendorong pintu kaca. Inilah satu-satunya sekat yang setidaknya Ryu sukai. Bila memasuki daerah ruangan Suga di sini sangat terasa privasi dengan aroma semerbak kopi menguar manjakan penghidu.

Memasuki daerah ruangan Suga, suasana seakan berganti pada sisi berbeda.

Jika di luar bernuansa biru lembut. Tatkala memasuki daerah ruangan Suga, semua desain didominasi interior kayu, padu-padan perabot ulin tua yang eksklusif. Rasa tenang tempat ini memiliki aura yang beriringan bersama ambisi yang kuat.

Meja kerja Ryu ada persis di sebelah ruang kerja pribadi Suga. Sedang tak jauh di sana, lima meter jauh di depan meja Ryu ada sofa cokelat mudah yang melingkar sebagai tempat menunggu.

Jendela-jendela besar ruangan memajankan langit sembur pagi hari. Hamparan langit biru muda pamerkan keindahan, Chiba masih dibungkus sirat kabut tipis, membuat Ryu teringat rumah orang tuanya di daerah Nagi yang sejuk. Ryu selalu suka suasana ini. Seakan virtual nyata keindahan bumi Jepang dapat ia raup dalam sekali sudut rengkuhan. Segera meletakkan tas di meja. Ia melirik jam, lantas menoleh pada ruang kerja Suga. Tangannya sibuk membenahi peralatan dan juga map, namun pikirannya mulai melang-lang buana.

Ultra-SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang