• Chapter 01 | Dia kembali •

2.5K 152 8
                                    

Bandara Internasional Soekarno-hatta menjadi sangat menyebalkan menurut seorang gadis berambut kecokelatan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandara Internasional Soekarno-hatta menjadi sangat menyebalkan menurut seorang gadis berambut kecokelatan itu. Belum lagi dengan orang yang berlalu-lalang di depannya, tambah pusing saja. Sebenarnya yang paling menyebalkan seseorang yang terlambat datang untuk menjemputnya. Bisa dihitung, sudah hampir satu jam dia menunggu di sini setelah mendarat sekitar pukul 6 pagi tadi.

Gadis itu mendudukkan dirinya di salah-satu bangku panjang di Bandara. Matanya memindai setiap orang yang ada di sana. Berharap jika orang itu segera datang. Namun, tampaknya itu akan sia-sia.

“Mama ke mana, sih? Katanya gue bakalan di jemput.” Gadis itu berdecak sebelum kembali bermonolog.
“Lyra Ayudia Maheswari, sepertinya hidup lo akan bertambah berat,” tambahnya meracau sehingga orang-orang yang kebetulan berada di sekitar menoleh kearahnya.

Gadis yang menyebut namanya Lyra Ayudia Maheswari itu memutuskan untuk membuka ponsel, berharap sang Mama membalas pesannya atau setidaknya membaca saja, tetapi nihil. Ia pun memutuskan untuk berselancar di media sosialnya. Memang apa yang bisa dia lakukan selama duduk di sini? Andai saja orang yang sedang dia tunggu tidak berjanji untuk menjemputnya, mungkin sejak tadi dia sudah pulang sendiri naik taxi.

Tiba-tiba saja telinga gadis itu berdengung saat mendengar suara gebrakan yang cukup keras di sampingnya. Dengan cepat badannya yang masih duduk itu menyerong untuk melihat. Betapa kesalnya gadis itu saat melihat satu dari tiga koper miliknya terseret mengenaskan di lantai. Matanya semakin melotot saat sadar jika koper itu berisi oleh-oleh dari Jerman.

Oh shit!” umpatnya dengan suara kecil. Dengan keadaan misuh-misuh, dia pun membereskan kopernya.

“Lain kali lebih hati-hati, Mas. Barang saya bisa aja rusak.”

Sementara pemuda yang tampak sepantaran dengannya itu diam mematung. Netranya menatap Lyra dalam. Membuat gadis itu tambah kesal saja.

“Mas, minta maaf, kek,” dumelnya sendiri.

“Nona Lily!” Kemunculan pria lain di belakang pemuda itu, membuat fokus Lyra teralihkan.

“Pak Joko?” beo-nya saat melihat pria paruh baya yang merupakan supir di rumahnya itu datang sendiri.

“Bapak mau jemput Nona Lily. Ini barang-barangnya, ya, Non? Biar Bapak bawa,” ujar pria itu menarik koper di sampingnya.

“Mama di mana? Di mobil?” tanya Lily yang langsung lupa pada kejadian tidak mengenakkan barusan. Namun, melihat raut wajah pak Joko yang tampak kebingungan menjawab pertanyaannya, membuat Lyra seketika paham.

“Saya tunggu di mobil aja,” kata Lyra dengan wajah masam. Namun, dia masih sempat melihat pemuda tadi yang masih mematung. Jika di lain kesempatan, dia tidak mau bertemu dengan orang seperti itu lagi. Tidak memiliki sopan santun. Setelah menjatuhkan barang orang lain, malah berdiri seperti patung.

Dua Sisi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang