Sekuat apa pun memberontak, Leon akan tetap kalah bila berhadapan dengan air mata ibunya, dan penyakit jantung ayahnya. Tadinya dia sudah menghilang dari Jakarta, meninggalkan rumah orang tua dalam usaha menolak perjodohan yang mereka rencanakan. Namun, ketika kakaknya, Cindy, mengirim pesan lewat sosial media, mengatakan bahwa ayah mereka masuk ICU, laki-laki berusia tiga puluh tahun itu segera kembali ke ibu kota. Meninggalkan gemerlap dunia malam, yang semakin hari semakin digilainya.
“Ayolah, Nak, terima saja perjodohan ini.” Siska, ibu Leon, memohon pada anak bungsunya. Air matanya mengalir deras, sesekali terisak dan terbatuk. Siska bukan ratu drama, dia hanya terlalu khawatir melihat suaminya tergeletak tak berdaya di ranjang rumah sakit, dengan alat bantu kehidupan menempel di sana-sini. Wanita itu tak tega melihat laki-laki tangguh yang selama ini berdiri kokoh menaungi keluarga, kini bahkan napasnya dibantu oleh sebuah selang. Jujur … Siska sangat takut kehilangan lelaki yang sudah menemani selama 30 tahun lebih.
“Memangnya kalau aku bilang iya, Papa bisa langsung buka mata, gitu?” tukas Leon, merasa kesal karena terus-terusan dipaksa untuk menikah dengan seseorang yang bahkan tak ia kenal. Dirinya tak bisa membayangkan, bila harus hidup seatap dengan wanita asing. Apalagi jika wanita itu ternyata agresif dan suka menyentuh laki-laki berbadan kekar sepertinya. Membayangkan hal itu, membuat Leon bergidik ngeri.
“Iya, Nak, iya,” jawab Siska bersemangat. “Ayo, Nak, bilang sama Papa kalau kamu setuju menikah sama Jasmine.”
Oh, iya, namanya Jasmine. Nama yang tak sudi diingat oleh Leon.
“Leon … ayolah, Dek, terima aja. Kasihan Mama dan Papa. Dari kecil, mereka selalu nurutin apa mau kita. Sekarang waktu mereka tua, mereka cuma minta satu hal ini. Kenapa kita nggak menurutinya?” bujuk Cindy lembut. Dia tahu bagaimana kerasnya Leon, dan tidak akan berhasil dengan sebuah bentakan. Karena itu, Leon hanya bisa luluh oleh ibu dan kakaknya. Karena Farhan, ayahnya, tidak bisa berlaku lembut seperti kedua wanita itu.
“Iya, iya, iya. Aku akan nikah sama cewek itu. Puas?” Leon setengah memekik, lantas mengusap wajah kasar. Dia frustrasi sekarang, benar-benar frustrasi. Jika harus menikah, tentu saja pilihannya bukan Jasmine atau gadis lain. Dia akan lebih memilih Mario, Johan, atau Alex.
Siska memeluknya erat sambil menangis, mulutnya tak henti mengucap terima kasih. Mereka beranjak mendekati ranjang Farhan, lalu membisikkan kabar bahagia itu. Tentu saja bahagia untuk mereka, tetapi tidak untuk Leon. Dia membenci keputusan itu.
“Pa … ayo bangun, Pa. Kita harus melamar Jasmine, karena Leon sudah setuju. Ayo, Pa, bangun. Papa harus jadi wali Leon nanti,” bisik Siska, menahan air mata. Berulang kali wanita berkerudung merah jambu itu terisak, sambil menyeka air matanya.
“Ayo, Pa, bangun. Kita harus ngasih kabar ke Jasmine, dan segera datang melamar. Ayo, Pa. Katanya pengin dapet menantu yang salihah kayak Jasmine?” Cindy ikut menimpali, sambil mengusap punggung tangan ayahnya.
Kedua wanita itu lantas mendelik pada Leon yang belum juga mau membuka suara. Dipelototi seperti itu, tentu saja membuat Leon gusar. Dia berdecak keras, lalu mengacak rambutnya.
“Iya, Pa, aku mau nikah sama Jasmine. Bangunlah, Pa,” kata Leon akhirnya, mengalah pada keadaan. Sedingin apa pun hubungannya dengan Farhan, Leon tidak pernah membencinya. Justru ada cinta kasih yang sangat besar, untuk laki-laki yang setia menjaga keluarga itu.
Tidak ada keajaiban seperti di drama. Farhan masih terpejam hingga beberapa saat, hingga azan subuh menggema keesokan hari. Orang pertama yang dia cari adalah Leon, putra kebanggaannya.
“Aku di sini, Pa,” sahut Leon, berdiri di samping ranjang ayahnya.
Pria itu tampak mengembus napas lega, lalu matanya kembali terpejam.
![](https://img.wattpad.com/cover/205140422-288-k855652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Gay
RomanceBagi Jasmine, wasiat terakhir ayahnya sebelum wafat adalah harta yang paling berharga untuk dijaga. Oleh karena itu, dia selalu menjaga hati untuk suami masa depan yang selalu diceritakan ayahnya. Namun, pada saat takdir mempertemukan mereka, ternya...