Terungkap

3 2 0
                                    


"tidak semua luka ada obatnya, begitupun luka di hatiku"

***

Sejak pulang dari sekolah Celesta mengurung dirinya di dalam kamar hingga malam, suasana hatinya sedang buruk dan ia tidak ingin berbicara dengan siapapun termasuk dengan Nino.

"Ta, makan dulu"panggil Nino.

"ga mau"

"cepetan keluar terus makan kalo engga abang dobrak nih pintunya"

"dobrak aja, kalo rusak abang kok yang harus benerin"

"ayolah kamu tuh udah dewasa ga pantes ngambek kaya gini"

"kaya abang ga pernah ngambek aja"

"kok kamu ngejawab mulu sih daritadi"

"ih abang, aku diem salah, aku ngejawab lebih salah. Abang mah lebih bawel daripada Ibu"

Nino menggeram kesal, perdebatan ini tidak akan selesai hingga subuh jika salah satu tidak ada yang mengalah. "iya abang emang bawel, abang salah kamu yang bener, sekarang ayo keluar terus makan"

"aku ga mau"

"Ta bukan cuma kamu yang ngerasa sakit abang juga, jadi ayo hadapin bareng-bareng kamu ga boleh egois"ucap Nino dengan lirih.

"aku ga egois"

"kamu egois kalo kamu ga mau keluar, kamu nyuruh abang hadapin ayah sendirian"

"pokoknya aku ga mau keluar"

"ok fix abang marah sama kamu, kalo misalkan besok pagi kamu ga liat abang dirumah itu artinya abang pergi ninggalin kamu"

Tak lama pintu dihadapan Nino terbuka, menampakan Celesta dengan mata berkaca-kaca. "abang tega ninggalin aku?"

"kamu juga tega ga mau nemenin abang"

"ya udah sana pergi biarin aku sendiri disini"

"ok bye" Nino hendak pergi meninggalkan Celesta, namun tangannya tertarik ke belakang.

"ih abang mah jahat"

"kan tadi kamu yang nyuruh abang pergi"

"yaa ga beneran"

"nih dengerin abang, jangan ngerasa beban hidup kamu lebih berat daripada orang lain karena masih banyak orang didunia ini yang punya masalah lebih besar. Yang harus kamu lakuin saat ini adalah sabar dan menata hidup lagi"ucapan Nino membuat air mata Celesta mengalir deras di pipinya. "jangan nangis dong"

"aku tuh sedih bang, biasanya orang yang bijak itu cepet matinya. Abang jangan terlalu bijak nanti cepet mati terus aku sama siapa tinggalnya"

"Ya Tuhan, punya ade kok gini banget, ya udah ayo makan"

Nino dan Celesta menuju ke meja makan, tepat dimana sang ayah sedang duduk sambil memainkan ponselnya. "meja makan tuh buat makan bukan buat chattingan sama selingkuhan".

Nino menyenggol lengan Celesta dengan kencang. "ga sopan kamu". Celesta mengendus sebal sambil menarik kursi untuk ia duduki.

"eh Tata udah mau keluar kamar, ini ayah udh beliin makanan tadi, cepet dimakan nanti keburu dingin" ucap ayah.

Mereka makan dalam diam hanya ada suara denting sendok dengan piring, sebenarnya Celesta tidak nafsu untuk makan namun ia tak ingin penyakit lambungnya kambuh dan menyusahkan Nino. Sudah banyak beban diatas pundak kakaknya itu, ia tak mau menambahkannya.

"Nino besok kamu kerja?"tanya Ayah memecah keheningan.

"kerja"

Ayah mendesah kecewa. "padahal ayah mau ajakin kalian jalan-jalan"

KISAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang