Dia Harus Tau

4 0 0
                                    


"mohon bersabar menungguku menata hati dan maafkan aku jika waktunya ku menyerahkan cinta, hatiku tidak bisa utuh seperti sediakala"

***

Motor Nara berhenti tepat disebuah rumah berpagar putih, tanpa menunggu waktu lama Celesta langsung saja mendorong pagar itu, meninggalkan Nara yang masih sibuk menata rambutnya yang berantakan.

"Tata"panggil Nara

Celesta berbalik dengan tatapan bertanya. "apaan sih?"

"itu helm-nya mau di pake terus sampe dalem?"

"ish nyebelin, nih"Celesta melepas benda tersebut dan memberikannya pada Nara.

Nara terkekeh. "dibilangin malah marah-marah, dasar cewek". Celesta tidak memperdulikan ucapan laki-laki itu, ia langsung saja masuk ke dalam rumah. Baru selangkah masuk kedalam, mereka berdua sudah disambut oleh Rere yang bersandar di dinding sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"oh bagus ya, ternyata ngaret karena pacaran dulu"ucap Rere

"ih apaan sih, aku sama dia ga pacaran"ucap Celesta

"belum, kita belum pacaran tapi nanti pasti pacaran kok, iya kan Ta?"Nara merangkul pundak Celesta dan langsung di lepas oleh sang gadis.

"dasar cowok gatel"Celesta berjalan menjauhi Nara yang sekarang menatapnya dengan tatapan menggoda.

"eh Nara denger ya, sebelum lo ngedeketin Tata lebih jauh, buang dulu tuh gebetan lo yang banyaknya kaya semut di pohon"ucap Rere

"gebetan yang mana? Gue ga ada gebetan, itu mah mereka aja yang terlalu percaya diri bilang diri mereka gebetan gue"

"terserah lo deh"

***

"ih kok gambar paru-parunya gitu banget sih, Ta"ucap Bian

"ini udah bener kok"

"itu terlalu bulet tau"

"ya gimana dong, aku ga bisa gambar"

"minta tolong sama Nara tuh, dia jago kalo soal gambar"

"kamu aja yang ngomong"

"dih, kan itu tugas kamu gambar paru-paru ya kalo mau minta tolong orang, kamulah yang ngomong"

"Bian gendut"

"eh body shamming"

Celesta hanya menjulurkan lidahnya sambil berdiri untuk menghampiri Nara yang sedang sibuk dengan tugasnya. "Nara" panggil Celesta yang hanya di balas dengen deheman.

"Nara, kata Bian gambar paru-paru aku jelek"

"terus?"tanya Nara tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas

"ya kamu aja yang gambar"

"punyaku aja belum selesai"

"ya udah kalo ga mau gambarin"Celesta hendak berdiri namun di cegah oleh Nara

"kan aku Cuma bilang punyaku belum selesai bukan aku ga mau gambarin punya kamu, ambekan amat sih"Nara mencubit pipi Celesta dengan gemas. "ih Nara sakit"

"biarin aja abisnya kamu bikin aku gemes sih"

"Nara lepas"

"ga mau"

"WOY KALO MAU PACARAN JANGAN DIRUMAH GUE, SANA PULANG"teriak Rere tepat dibelakang mereka, hingga membuat Celesta dan Nara melonjak kaget

"Rere suara lo ngalahin speaker masjid tau ga"ucap Nara sambil mengusap-usap telinganya

"tau ih, lagian siapa juga yang lagi pacaran orang aku Cuma minta tolong ke Nara kok"ucap Celesta

"halah, awas ya kalian kalo jadian beneran, gue minta traktiran seminggu pokoknya"

"siap"ucap Nara yang langsung di hadiahi sebuah pukulan oleh Celesta

"ih KDRT nih Tata"ucap Bian

Celesta menggeram kesal. "Bian ga usah ikut-ikutan deh, sebel aku mah"

"lucu deh kalo lagi kesel"dengan tidak sopannya Nara mengusap kepala Celesta dengan lembut membuat desiran halus di dada gadis itu, sudah lama ia tidak merasakan ini.

"tuh kan pacaran mulu"ucap Rere

"Re daripada lo berisik mending bikinin gue kopi deh, gue ngantuk"ucap Nara

"emangnya gue mba-mba warkop, lagian lo mah demen banget sama kopi Nar"

"buruan"

"iya iya, Tata mau minum apa?"tanya Rere

"air putih dingin aja"Rere mengangguk lalu melangkah ke dapur untuk membuatkan minum. Celesta terdiam, pikirannya melayang pada laki-laki yang sekarang entah sedang melakukan apa. Kopi mengingatkan ia pada sosok itu, Nugi sangat menyukai kopi dan bercita-cita ingin menjadi barista, cita-cita yang selalu Celesta dukung tanpa bertanya alasannya. Namun kini, Celesta membenci segala sesuatu yang berbau kopi, tepatnya ia membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan laki-laki itu.

"Ta, ini kamu warnain punya aku terus aku gambarin punya kamu"ucap Nara yang membuyarkan lamunannya.

"eh iya sini"

"kenapa ngelamun sih?"

"aku benci kopi"ucap Celesta tiba-tiba

"kenapa?"

"orang yang dulu aku sayang suka banget sama kopi, tapi orang itu nyakitin aku. Aku ga mau lagi bersinggungan sama hal-hal yang orang itu suka, semua itu nyakitin aku Nar"

"RERE GUE GA JADI MINUM KOPI"teriak Nara

"DIH UDAH GUE BIKIN"balas Rere dari dapur.

"buat gue aja Re"ucap Bian sambil beranjak menuju dapur

"kenapa ga jadi?"tanya Celesta

"aku ga mau bersinggungan sama hal yang nyakitin kamu, sekalipun aku sangat menyukainya"

"Nar boleh aku tanya sesuatu?"

"apa?"

"kamu beneran suka sama aku?"

"kalo aku ga beneran, ngapain aku cape-cape ngeluluhin hati kamu dengan berbagai macam cara meskipun sikap kamu yang jutek-jutek gemesin gini"

"kamu harus tau Nar alasan aku pindah sekolah karena ngehindari laki-laki yang sampe detik ini masih sangat aku cintai, sekalipun kita pacaran nanti aku ga yakin bakalan cinta sama kamu"

Nara terdiam. "aku bakalan berusaha lebih keras bikin kamu jatuh cinta, aku ga akan nyakitin kamu seperti dia nyakitin kamu, Ta"

"mantanku dulu juga bilang kaya gitu tapi mana buktinya dia tetep nyakitin aku"

"potong kuping aku kalo sampe aku nyakitin kamu sama seperti dia"

"sok jagoan banget"

"aku ga tau masalah kalian kaya apa, mungkin masalah yang sangat besar sampai buat kamu akhirnya lari kesini. Tapi pegang janjiku Ta, aku ga akan nyakitin kamu meskipun kamu ga cinta sama aku, aku mau jadi tempat kamu cerita semua hal yang kamu alamin, jangan pernah ngerasa sendiri karena aku bakalan tetep berdiri disamping kamu"

Mata Celesta berkaca-kaca, ia bisa melihat ketulusan dari mata cokelat itu, mata milik Nara sama persis seperti miliknya. "makasih dan maaf"

"cie terharu, aku udah cocok kan ngegantiin Mario Teguh"

"ih Nara mah merusak suasana"

Nara terkekeh. "tapi untuk semua kata-kataku, aku serius untuk ngelindungin kamu jadi jangan pernah ragu ya Ta" Celesta mengangguk.

Mungkin ini memang sudah saatnya Celesta melupakan Nugi, menjadikan Nara sebegai penawar lukanya. Perlahan saja, tidak perlu terburu-buru karena ada laki-laki baik itu yang selalu siap untuk menunggunya.

.

.

.

.

Bersambung.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang