BM 4 (Nilai)

19 2 0
                                    

POV Chintya

Disiang hari yang sedikit berawan aku menunggu anakku di depan sekolahnya.

Dengan tampang lesu aisyah menghampiriku. Aku berjongkok dan memegang pipinya. "ada apa sayang?" tanyaku kepadanya.

"Bun, nilai ulangan aisyah hari ini jelek."

"memang kenapa kalau jelek sayang? Aisyah sudah belajar kan? Jadi kalau jelek yasudah, yang penting aisyah sudah lakukan yang terbaik. Apapun hasilnya terima ya sayang, jika bagus pertahankan, jika jelek perbaiki lagi. Aisyah jangan sedih sayang" ucapku tersenyum.

"Bunda gak marah?" tanyanya polos.

"kenapa bunda harus marah sayang?" tanyaku lagi.

"Biasanya orang tua teman-teman aisyah selalu marah-marah pada anaknya jika nilai anaknya jelek bund" jawab aisyah bingung.

"Sayang, lalu setelah marah-marah apa yang terjadi? Memangnya nilai akan berubah jadi bagus?" jawabku yang dijawab gelengan kepala oleh aisyah.

"Marah akan membuat mental anak menjadi turun sayang, anak-anak akan tertekan dan itu tak seharusnya dialami.

Semua orang tua memang menginginkan nilai anaknya bagus, tapi saat nilai anaknya jelek sadarkah orangtua bahwa anaknya jauh lebih tertekan daripada mereka.

Kesuksesan orang tidak harus dinilai dengan nilai sayang, banyak orang nilai bagus tapi kerjaan gak ada.

Banyak orang bahkan yang tak sekolah lebih sukses daripada orang yang bersekolah. Jadi aisyah jangan sedih ya sayang, perbaiki saja nilai aisyah." Jelasku kepada anakku.

"Bunda sudah terlalu sakit sayang ditekan harus nilai bagus dulu. Padahal bunda sudah lakukan semaksimal mungkin. Jadi bunda ingin aisyah gak pernah rasakan tertekan karena nilai." Gumamku dalam hati.

"Gitu ya bund, iya sih bund. Temen aisyah selalu ketakutan, dan aneh kalau nilai mereka jelek. Ah tapi bund aisyah memang tak suka pelajaran matematika, tapi mulai sekarang aisyah mau kok bund les matematika agar nilai matematika aisyah bagus" ucap aisyah semangat.

Aku tersenyum lalu berkata "gak perlu sayang, bunda tau aisyah suka menggambar daripada matematika.

Lanjutin aja les menggambar aisyah, gak perlu ditambah les matematika sayang. Belajar yang serius saja kalau matematika ya sayang. Bunda tau kamu bisa nak"

"Teman-teman aisyah selalu les jika nilai mereka jelek bund." Tanyanya padaku.

"Ayo masuk mobil dulu baru bunda jelasin dijalan sayang" jawabku.

Aisyah pun masuk mobil dan kita segera menuju kantor suamiku.

"Aisyah sayang, teman-teman aisyah yang les karena nilai jelek itu apa senang menjalani les'nya sayang?" tanyaku yang dijawab gelengan kepala oleh aisyah.

"Itu yang bunda gak mau aisyah rasakan sayang.

Kasihan teman-teman aisyah, mereka sudah tertekan karena nilai mereka jelek, dan tambah lagi kena marah, tambah lagi mereka harus les pelajaran yang tidak mereka sukai.

Seharusnya mereka tidak lakukan itu kepada anak mereka, seharusnya mereka tanyakan apa yang anak mereka sukai.

Dan kembangkan kesukaan dan bakat anak mereka, bukannya malah mengharuskan anak mereka menyukai hal yang tidak disukainya. Apa mereka gak tau itu menyiksa anak mereka" gerutuku kepada aisyah.

Aisyahpun tertawa mendengarnya lalu kemudian memelukku erat dan berkata "makasih bunda. Bunda adalah bunda terhebat. Tak ada yang bisa mengerti anaknya kecuali bunda, bahkan bunda mengerti sampai hal sekecil itu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baitul MuslimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang