24

36 1 0
                                    

Saat korelasi antara daun yang gugur dan hati yang patah sangat erat.

Harusnya tak apa untuk bilang bahwa kamu sedang tak baik-baik saja.

Harusnya tak apa untuk bilang bahwa kamu sedang kecewa berat.

Saya tahu semua tak akan selesai dengan berterus terang.

Saya pun tahu yang kamu perlukan bukan seseorang yang hanya bisa memberi kata-kata motivasi.

Saya tahu seberapa tulus rasa itu dari caramu menahan sakit,

Saya tahu seberapa rumit perasaan itu dari caramu mencoba untuk tegar,

Saya tahu!
Saya paham!

Namun, tolong.
Sekali saja!
Dengarkan saya!
Senyum palsu itu sia-sia, Nona.

Kamu bilang, "Aku tak apa"
Kamu bilang, "Aku ikhlas"
Kamu bilang, "Aku mengerti"
Kamu bilang, "Aku kuat"

Semuanya palsu, kan? Semua itu dusta, kan?

Kamu harus berdosa demi melihat orang di sekitarmu tak lagi risau,
Tapi hatimu sendiri terluka.
Menyangkal semua pengakuan tak benar itu.

Demi apa pun,
Kali ini saya pun tak bisa membenarkan.

Membuat orang lain baik-baik saja tak berarti dirimu yang harus berakhir menahan luka, kan?

Jangan naif, Nona.
Jangan!
Percuma!

Jika kamu lupa,
Sakit hatimu tetap tak bisa begitu saja sembuh, kan?

Lihat saya!
Cari mata saya!
Berapa banyak arti tatapan saya yang sama dengan milikmu?

Saya tak mencari pembelaan.
Saya tak mencari pembenaran.
Saya bukan sengaja mengutarakan pengakuan.
Jadi tolong pahami, sekarang saya hanya memberi pernyataan
Mengingatkan dengan raga terkuat saya,
Pertama kali dirimu rapuh,
Adalah kali keseribu hati saya lumpuh.

Kamu tak sendiri.
Ada saya.
Ada orang lain.
Ada perempuan lain.
Ada hati remuk yang lain.

[].


05/11





Empat Likur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang