3

55 14 0
                                    

"Mah. Kita mau ketemu siapa sih. Angel capek tau pakai high heel kyak gini"

"Sabar ya sayang. Sebentar lagi mereka pasti datang"

Beberapa orang berbaju hitam memasuki ruangan dan mulai berjaga disekitar Café. Seorang pria dengan jas hitam di ikuti oleh pengawalnya keluar dari mobil Alphard miliknya.

Tak lama datang mobil Lamborghini Urus seharga kisaran 14 M. Sang pemilik keluar dari dalam mobil dengan setelan khas anak muda. Memakai jaket kulit berwarna hitam dengan T-shirt warna putih serta celana levis dan sepatu yang kelihatan mahal. Gaya rambut yang keren. Kulit putih serta mata yang tajam seperti elang.

"Sepertinya mereka sudah datang. Anak buah Max sudah terlihat"

"Ma. Sebenarnya ada apa. Kenapa mereka semua terlihat menyeramkan" bisik Angel ditelinga Mamanya. Angel menggenggam erat tangan sang Mama. Imajinasinya sudah sampai dimana – mana.

"Tenanglah Princess. Mereka tidak jahat. Mereka baik ingin menjaga kita dari orang jahat"

Angel mangut mangut dan mulai menenangkan dirinya.

"Rupanya sudah menunggu lama Tuan Pradipta dan Keluarga"

"Oh. Tidak Tuan Max. Kami belum lama sampai. Silahkan duduk"

"Hmm...jadi ini putrimu, Tuan Pradipta ?" tanya Max sambil menatap gadis cantik yang tengah menunduk sambil meremas ujung dressnya.

"Hey, sayang. Jangan menunduk. Lihat ada Tuan Max didepanmu" tegur Belinda pada putrinya.

Dengan keberanian yang cukup dimiliki oleh Angel. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang maksud oleh Mamanya.

"Hai manis. Kamu pasti belum mengenalku. Tapi tenang saja, kita akan saling kenal nantinya" goda Max kepada calon menantunya.

"Tuan Max. Dimana putra anda ?"

"Hahaha. Tenang saja Tuan Pradipta. Saya tidak akan melanggar perjanjian kita"

"Perjanjian ?" kini Angel angkat bicara. Sejak tadi dia bingung dengan apa yang mereka bicarakan. Putra ? perjanjian ?

"Sepertinya orang tuamu belum memberi tahumu ya, nak. Bersabarlah sebentar lagi kamu akan tau apa yang sebenarnya terjadi" jawab Max dengan seringaian tipis.

"Papa. Apa aku terlambat ? Maaf"

"Sedikit. Duduklah Lardo ini adalah Keluarga Tuan Pradipta"

"Oh ya. Selamat malam Tuan, Nyonya dan..Hai, siapa namamu. Sepertinya kita seumuran. Kamu cantik" sengaja Lardo menggoda gadis cantik yang duduk ditengah kedua orang tuanya.

"Sudahlah Lardo. Simpan dulu bualanmu itu. Kita akan membicarakan hal yang lebih serius"

"Jadi. Angel masih kelas 11 ya ?"

"I iiya Tuan"

"Haha. Panggil saja aku Ayah" seketika lawan bicara menatap bingung pada Max. Namun tak lama dia mengangguk setuju. Walau didalam otaknya kini sedang bertaburan tanda tanya.

"Jangan bingung kenapa aku menyuruhmu memanggilku dengan sebutan Ayah. Karena sebentar lagi kamu akan menjadi bagian dari keluarga besar Maxilime, Angel kamu dengar" keterkejutan Angel semakin menjadi. Ada apa ini. Bagian dari keluarga Maxilime. Bagaimana bisa ?

"Ayah. Jangan membuat calon istriku semakin bingung. Tolong gunakan kalimat yang membuatnya mengerti" kini Lardo mulai angkat bicara karena sang Ayah yang berbelit belit sejak tadi.

"Ca calon istri ? Papa Mama, ada yang ingin kalian sampaikan pada Angel ?" muak dengan kebingungannya sendiri dan juga Papa Mamanya yang sejak tadi diam membisu. Angel angkat bicara.

Devil in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang