4

50 11 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Hingga sampai pada hari ini, dimana Lardo dan Angel resmi bertunangan. Seminggu yang lalu Lardo sudah melaksanakan Ujian begitu juga dengan Abi.

Abi adalah orang terkahir yang mengetahui mengenai pertunangan adiknya dengan Lardo. Awalnya Abi tidak terima karena dia tau bahwa adiknya tidak menginginkan hal ini. Abi tidak akan membiarkan siapapun membuat adiknya menangis, sekalipun itu orang tuanya.

Angel menerima dengan lapang dada setelah Papanya memberi penjelasan pada malam itu. Ia merasa bahwa ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanan kedua orang tuanya selama ini. Walau disisi lain dia sangat sedih ketika menghadapi kenyataan bahwa masa mudanya tidak akan lama lagi.

"Woy. Nglamun aja nih Princessnya abang. Kenapa Ngel ?"

"Abangg ih. Enggak kok, Angel gak kenapa napa. Angel Cuma lagi mikir aja, nanti kalau Angel udah nikah terus tinggal sama suami. Angel bakalan jarang ketemu Papa, Mama, Abang juga. Apalagi abangg juga bakalan mimpin perusahaan Papa yang diBali. Sedih deh Angel"

"Uluu uluu...adik abang satu – satunya, yang paling abang sayang. Abang gak akan biarin kamu kesepian. Walau jauh kita masih bisa kan Video Call tiap hari. Hahaha"

"Abangg bisa aja. Tapi nanti kalau Angel sudah jadi Istri, Angel harus bisa ngurus rumah sendiri, ngurus suami"

"Hmm. Ngel, sebenarnya abang kurang setuju dengan ini. Kamu masih belum lulus SMA, Ngel"

"I know, bang. Tapi aku gak apa apa kok. Anggap aja ini balas budi Angel sama Papa Mama"

"Tap..."

"Sayang. Ternyata kamu disini. Ayo kedepan, banyak rekan kerja Ayah mau ketemu sama kamu" tiba – tiba Lardo datang dan meraih tangan Angel untuk ikut dengannya. Angel tersenyum pada Kakaknya lalu berdiri mengikuti Lardo.

"Alardo. Kenapa aku punya felling yang gak bagus ya sama dia" gumam Abi setelah Lardo dan Angel tak lagi terlihat olehnya.

Acara sudah selesai. Semua tamu undangan sudah pulang, kini tersisalah keluarga Pradipta dan Max. Mereka dengan merencanakan tanggal pernikahan putra putrinya.

"Jadi, Angel. Apa kamu tidak keberatan jika menikah sebelum kamu lulus sekolah ? Kamu masih bisa lanjutkan sekolahmu. Namun alangkah baiknya saja jika kalian segera menikah"

"Lardo sih ngikut aja gimana kata Ayah. Angel juga pasti tidak keberatan. Lagian dia sudah naik kelas 3. Kurang lebih satu tahun untuk Ayah bisa bersabar menimang cucu"

Uhukk

"Sayang. Kamu tidak apa – apa ?" tanya Lardo sambil memegang bahu Angel.

"Ekhem. Aku baik – baik saja. Emm Ayah, yang dikatakan Lardo benar. Angel tidak keberatan jika harus menikah sebelum hari kelulusan" jawab Angel dengan senyumannya.

Angel tau kedua orang tua dan kakaknya tidak setuju dengan hal ini. Namun, Angel juga tau akibatnya jika membantah perkataan Tuan Max, calon Ayah mertuanya itu.

"Anak pintar. Tuan Pradipta bagaimana dengan anda sendiri. Apakah tidak keberatan ?"

Sejenak Pradipta saling pandang dengan Istrinya. Belinda mengangguk walau matanya sudah memerah menahan air mata. Ia tau bagaimana perasaan Istrinya saat ini. Anak yang paling disayanginya akan segera dinikahi oleh seorang lelaki. Yang mana Belinda sendiri tidak yakin jika putrinya akan baik – baik saja nantinya. Hanya tuhan yang tau.

Sejauh ini Angel sudah banyak belajar untuk semakin dewasa. Sebentar lagi dia tidak bisa lagi manja – manja. Tidak bisa lagi merengek minta sesuatu. Hidupnya akan berubah. Apalagi jika dirinya tinggal dirumah Lardo. Tidak akan ada lagi Angel yang telat bangun pagi hingga diteriaki sang Mama. Angel yang kalau makan harus makanan kesukaannya. Angel yang tidak mau kesusahan.

"Kali ini putri Papa benar benar menjadi Princess"

"Papa ngangetin Angel deh. Apa tamunya sudah banyak ?"

Pradipta memandang putrinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Putri kecilnya yang sangat ia manja. Kini sudah dewasa dengan balutan gaun pengantin. Tak terasa air mata mengalir begitu saja di pipinya.

"Papa jangan menangis. Lihat putrimu ini sebentar lagi akan menikah. Apa Papa tidak senang ?" Angel mencoba untuk menghibur Papanya. Walau jauh dilubuk hati Angellah yang sangat hancur hari ini.

"Ya, ini adalah air mata bahagia Papa. Papa hanya tidak menyangka, rasanya baru kemaren Papa membantumu berjalan hingga lari"

"Hahaha. Papa, tentu saja hidup itu perlu perubahan. Tidak mungkin kalau Angel tetap jadi bayi Papa" tawa Angel begitu menenangkan hati sang Papa. Pradipta tersenyum lalu mencium kening Putrinya lama.

"Nona Angel. Sudah tiba saatnya untuk keluar" ucap salah satu maid yang bertugas.

"Ayo Princess. Gandeng lengan Papa" pinta Pradipta dengan menyerahkan lengannya untuk digandeng sang Putri. Angel tersenyum, Papanya terlihat sangat tampan dan gagah.

Pintu ruangan yang amat sangat besar dan kokoh terbuka lebar. Menampilkan sosok seorang gadis yang sangat cantik tengah menggandeng lengan Papanya yang terlihat gagah. Semua mata tertuju pada dua insan yang tengah berjalan lambat diiringi lagu. Lardo sudah menunggu diatas Altar tersenyum memandang calon istrinya.

"Cantik. Tapi ibuku ingin aku membalaskan dendamnya. Kita lihat saja nanti, Angel" gumam Lardo dalam hati.

Kini Angel dan Papanya sudah tiba didepan Lardo. Pradipta menyerahkan tangan putrinya pada Lardo.

"Kuserahkan putriku padamu Alardo Maxiliem. Aku mempercayakan putriku untuk kau jaga. Tolong beri dia kesejahteraan dan kebahagiaan sepanjang masa"

"Tentu saja Tuan Pradipta. Saya tidak akan mengecewakan anda" jawab lardo menerima tangan Angel dari Pradipta.

Kini tinggallah Lardo dan Angel di atas Altar. Semua mata tertuju pada dua insan yang akan dipersatukan oleh ikatan suci. Mereka terlihat seperti raja dan ratu. Gadis cantik dan lelaki tampan nan gagah, sungguh pasangan yang serasi. Semua yang menyaksikan disana bersama – sama berdoa untuk kesejahteraan rumah tangga Lardo & Angel.

"Angelin Salsabella Pradipta, aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum tuhan, dan inilah janji setiaku yang tulus"

Selesai mengucapkan janji pernikahannya. Lardo yang sejak tadi menatap manik mata Angel kini tersenyum. Angel membalas senyumannya dan giliran Angel mengucap janji.

"Alardo Maxiliem, aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum tuhan, dan inilah janji setiaku yang tulus"

Angel tersenyum setelah berhasil mengucap janji pernikahannya dengan Lardo. Kini seseorang memberikan sebuah kotak cincin. Lardo meraih tangan kiri Angel, memasangkan cincin pernikahan dijari manis Angel. Begitupun sebaliknya, Angel memasangkan cincin pada jari manis Lardo.

Mereka saling menatap dengan kedua tangan yang bertautan. Hingga Angel memutuskan untuk menutup mata ketika Lardo mencium bibirnya dengan sangat lembut. Ciuman pertama bagi Angel disaksikan oleh keluarga besar Pradipta dan Max.

Tepuk tangan meriah sontak mengiringi mereka. Acara pemberkatan sudah selesai. Banyak orang dari keluarga maupun rekan kerja Pradipta maupun Max yang memberi ucapan selamat kepada Lardo & Angel. Acara berlangsung dengan baik. Dan ini belum berakhir. Kisahnya dimulai dari sini.

~Devil in My Life~

Devil in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang