Pandangan politik dan agama
Pandangan agama Albert Einstein dan Pandangan politik Albert Einstein. Albert Einstein bersama istrinya Elsa Einstein dan para pemimpin Zionis, termasuk calon Presiden Israel Chaim Weizmann, istrinya Vera Weizmann, Menahem Ussishkin, dan Ben-Zion Mossinson ketika tiba di New York City pada 1921.
Pandangan politik Einstein mendukung sosialis medan mengkritik kapitalisme, yang dijelaskan dalam esainya seperti "Mengapa Sosialisme?". Einstein kerap ditawari dan dipanggil untuk memberikan penilaian dan pendapat mengenai masalah yang umumnya tidak terkait dengan fisika atau matematika. Ia secara lantang menganjurkan gagasan pembentukan pemerintahan global demokratis yang akan memeriksa kekuatan negara-bangsa dalam kerangka kerja federasi dunia. FBI menyusun dokumen rahasia mengenai Einstein pada tahun 1932, dan pada saat kematiannya, berkas FBI Einstein setebal 1.427 halaman. Einstein sangat terkesan oleh Mahatma Gandhi. Ia dan Gandhi saling berkirim surat dan menyebutnya "teladan bagi generasi yang akan datang" dalam salah satu suratnya.
Einstein mengungkapkan mengenai pandangan rohaninya dalam beragam tulisan dan wawancara. Einstein menyatakan bahwa ia bersimpati terhadap Tuhan panteistis dalam filosofi Baruch Spinoza. Ia tidak memercayai Tuhan personal yang mengurusi nasib dan perilaku umat manusia, pandangan yang ia anggap naif. Tetapi, ia mengakui bahwa ia bukanlah seorang ateis, lebih suka menyebut dirinya seorang agnostik, atau "orang tidak beragama yang sangat religius." Saat ditanya apakah ia percaya pada kehidupan setelah kematian, Einstein menjawab, "Tidak. Dan satu kehidupan sudah cukup bagi saya."
Einstein umumnya berhubungan dengan kelompok humanis nonreligius dan Budaya Etis di Britania Raya dan AS. Ia menjabat sebagai dewan penasihat First Humanist Society of New York, dan menjadi anggota kehormatan Rationalist Association, yang menerbitkan majalah New Humanist di Britania Raya. Dalam peringatan ulang tahun ketujuh puluh lima New York Society for Ethical Culture, Einstein menyatakan bahwa gagasan Budaya Etis mewujudkan konsepsi pribadinya mengenai apa yang paling berharga dan bertahan dalam idealisme agama. Menurut pandangannya, "Tanpa 'budaya etis' tidak akan ada keselamatan bagi umat manusia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Histori: Kehidupan Si Jenius Abad 20 "Albert Einstein"
Fiksi SejarahKalian semua pasti sudah tahu dengan sosok ilmuwan satu ini. Ya, dialah Albert Einstein Albert Einstein adalah fisikawan teoretis kelahiran Jerman yang mengembangkan teori relativitas, satu dari dua pilar utama fisika modern (bersama mekanika kuantu...