PL, Bagian 04.

1.6K 276 17
                                    

Part 4.

Ali yang baru saja pulang kerumah dan melihat Prilly yang tertidur disofa ruang tamu pun menghela nafas panjang, tidak tega rasanya melihat istrinya menunggu kepulangannya, sampai ketiduran di sofa, padahal beberapa hari ini istrinya tidak lagi menunggunya di sofa, melainkan di kamar.

Dengan perlahan Ali mengangkat tubuh istrinya itu untuk di bawanya ke kamar, dengan susah payah Ali membuka pintu kamar dan kembali menutupnya menggunakan kaki.

Hari hati Ali merebahkan tubuh mungil istrinya di atas kasur dan menyelimutinya hingga batas dada.

Ali mengeryitkan dahinya saat sadar jika Prilly berdandan? Padahal biasanya istrinya itu hanya akan berdandan saat mau bepergian saja.

Ali suka Prilly apa adanya, jadi mau Prilly dandan atau tidak pun, bagi Ali tidak masalah sama sekali.

"Maafkan aku sayang." ucap Ali, ia mengecup pipi kanan, kiri, jidat lalu bibir Prilly.

Setelah lama memandangi wajah Prilly, Ali memutuskan untuk membersihkan diri. Dan setelag membersihkan diri dan menggunakan baju tidur. Ali keluar dari kamar, dia naik ke lantai atas, dimana anak anaknya berada.

Dengan pelan, Ali membuka pintu kamar anak anaknya. Mereka tidur hanya berdua, tidak mau di temani dengan babbysisternya.

Ali tersenyum dan berjalan mendekati Vano, ia mengusap rambut Vano yang sudah mulai memanjang. "Maafkan Papa sayang." ucap Ali, ia mencium kening putranya itu dengan sayang.

Lalu Ali pun beralih kearah Sherlin yang ada di kiri ranjang. Ia pun melakukan hal yang sama dengan apa yang dia lakukan pada Vano.

"Sebentar lagi, setelah urusan Papa selesai, kita akan main bareng lagi."

Setelah membenarkan selimut anak anaknya dan mencium kening Sherlin dan Vano, Ali pun keluar dari kamar mereka. Turun ke lantai bawah, dimana kamarnya berada. Namun sebelum itu, Ali melangkah ke dapur, ia mengambil minum.

Setelah minum, Ali kembali mengisi gelasnya untuk di bawanya ke kamar. Ali meletakkan gelas di atas nakas lalu ikut bergabung dengan Prilly di dalam selimut.

Ali pun memeluk pinggan Prilly dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Prilly, menghirup aroma Prilly dalan dalam, sebelum akhirnya terlelap.

Pagi harinya, Ali terbangun karena suara alaram yang sengaja dia setel jam lima pagi. Dengan malas, Ali bangkit dari kasur dan mematikan alaram agar tidak membangunkan Prilly yang masih tidur dengan nyenyak. Padahal biasanya, istrinya itu akan bangun pagi, tapi akhir akhir ini Prilly jarang bangun pagi.

Dengan wajah mengantuk, Ali pun harus terpaksa mandi. Setelah mandi dan berpakaian rapi, Ali melihat Prilly yang masih tidur nyenyak, padahal sudah jam setengah enam.

"Papa."

"Papa."

Suara Vano dari luar kamar terdengar begitu nyaring.  Ali pun bergegas membuka pintu kamar untuk menemui anaknya.

"Papa!"

Vano berseru senang karena mendapati Ali masih di rumah dan ia pun langsung meminta untuk di gendong.

Dengan senang hati, Ali pun menggendong Vano. "Kok cuma sendiri sayang, adikmu dimana?" tanya Ali.

Ali pun membawa Vano keluar kamar agar suaranya tidak membangunkan Prilly.

"Masih tidur Pa." ucap Vano, ia memeluk leher Ali dengan erat dan menenggelamkan mukanya di ceruk leher Ali.

"Kenapa Vano sudah bangun?" tanya Ali, kini ia duduk di sofa ruang tamu.

[1:2] Perfect Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang