Broken Record

145 7 2
                                    

Key

Aku menghabiskan siangku bersama Harry. Setelah kami turun dari London Eye, kami tidak banyak bicara lagi. Aku berpamitan dengan Harry lalu berjalan pulang.

"Key!" panggil Aldo ketika aku memasuki teras rumah.

Holy shit. Dia tampan sekali.

Dan hot.

Dan tampan.

Shit.

Hot af.

"Oh, Hi!" balasku lalu tersenyum.

Bagaimana dia tau rumahku? Apa dia psikopat?

"Aku bukan psikopat, bodoh. Aku tau dari Christina, ingat?" ucap Aldo.

Apa dia bisa membaca pikiran?

"Tidak." jawabnya.

"Bagaimana kau bisa tau?!" omelku.

"Menebak, sayang." kata Aldo.

Shit. Jangan sekarang.

Mati.

"Ah, kau susah sekali dibuat blushing." kata Aldo lalu terkekeh.

Untung aku bisa menahan semburat merah bodoh ini.

"Aku bukan perempuan seperti itu, ck." balasku sarkastik.

"Oke. Boleh aku masuk?" Aldo menyengir.

Aku mengangguk. "Ya."

Aku memberikan isyarat agar Aldo mengikutiku masuk kedalam rumahku.

"Rumahmu bagus." komentarnya.

Aku tersenyum simpul. "Silahkan duduk."

"Terimakasih. Hey! Jangan se-formal ini bisa?" tanya Aldo.

"Ummㅡ bisa." balasku singkat.

"Hey! Sofa ini keren! Bisa ditarik menjadi ranjang!" kata Aldo antusias.

Aku hanya terkekeh pelan. "Terimakasih."

"Sama seperti yang punya," gumannya pelan, namun aku bisa mendengarnya.

Aku menunduk lalu berjalan menuju pantry dapur dan membuat teh untuk Aldo.

Aku membawakan teh nya kepada Aldo lalu meletakkannya di meja.

"Jadi, ada apa kau disini?" tanyaku sembari mendaratkan bokongku di sofa.

"Ingin cerita." balas Aldo.

Aku mengangguk. "Silahkan."

"Jadi, aku terjebak di friendzone sekarang. Akuㅡaku tidak mengerti sama sekali lagi tentang jalan otak gadisku. Akuㅡ" suara Aldo mulai bergetar.

Aku menatap Aldo dengan tatapan iba plus sedih, ya, aku juga senasib dengan Aldo.

"Aku mencintainya, sangat, sangat mencintainya. Dan gadis itu, adalah sahabatmu." kata Aldo lalu menyeka air matanya.

Christina?

"Christina?" tanyaku dengan suara rapuh.

Aldo tertawa miris lalu mengangguk.

"Aku bisa membantu." tawarku tidak ikhlas. Hah.

Aku rela melakukan itu walaupun itu sangat melukai hatiku. Lebih baik, orang yang ku sayang bahagia. Lebih baik.

"Back to earth, Key!" bentak Aldo.

"Sorry." ucapku lalu terkekeh.

"Aku ingin makan ice cream, ayo!" Aldo menarik tanganku keluar dari ruang tamu menuju teras.

Kami memilih berjalan kaki menuju kedai ice cream yang terletak hanya beberapa langkah di dekat rumahku.

Kami memesan dua eskrim cokelat. Ternyata kami memiliki persamaan juga.

"Nih," Aldo menyodorkan eskrim cokelat.

Aku tersenyum. "Terimakasih."

"Mau apa lagi?" tanya Aldo.

"Do, aku mau jus jeruk dong." pintaku.

Aldo terkekeh. "Oke. Ada disitu, kamu tunggu disini ya, jangan kemana-mana."

"Pasti balik kan, Do?" tanyaku. Oke. Aku menyadari ada hal aneh.

"Tidak janji, eh, janji!" Aldo langsung berlari ke penjual jus jeruk danㅡ

Bug!

Cotton Candy ✾ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang