The Beginning

95 3 5
                                    

"Heii!!... Dzofi bangun, sampai kapan kamu mau tidur?! Hari ini hari keberangkatan kamu kan?!"

Gue dengar suara seorang wanita yang menyeru nama gue, dengan enggan gue buka kelopak mata yg terasa masih berat dan kemudian gue lihat kak Ulva. Dia merupakan sepupu perempuan gue, anak dari Paman Faths, dia lebih tua satu tahun dari gue. Setelah kedua orangtua kami gugur dalam tugas, kami berdua tinggal bersama dikediaman Kakek kami.

Kini dia udah berdiri di samping ranjang sambil bertolak pinggang.

"Huuaahhh... hari ini?" ujar gue sambil menguap, juga bingung ada apa dengan hari ini, seingat gue hari ini masi free. Udah gitu di luar Masih gelap dan dingin pula.

dengan nada sedikit jengkel Kak Ulva jawab "Kamu ini gimana?! Kakak ambil cutikan tujuannya buat bantuin kamu di sini! Otomatis kamu berangkat ikut gelombang awal, bareng sama orang-orang yang selesai cuti buat kembali ke Planet Novus!"

"Terus?" timpal gue masih setengah paham.

"Terus TERUS!" ujarnya sambil mukul kepala gue pakai spatula kayu. "jadwal berangkat Kakak 11 September jam 8:44, itu hari ini TAU!"

"HAH! HARI INI?!!!" seru gue kaget.

Sontak gue langsung liat chronometer dan nunjukkin pukul 4:23.

Ah masih jam segini. Ujar gue dalam hari sedikit lega.

"Kita perlu 1 jam buat berangkat ke cosmodrome loh" sahut Kak Ulva pecahin rasa lega gue, sial!

"Te-terus apa yang harus aku siapin kak?! Aku belum siapin pakean, barang-barang pribadi, surat surat, tiket entah ditaruh mana.."

"Udah Dzofi jangan panik!" ucap Kak Ulva biar gue tenang.

"Tapi sekarang waktu yang tepat buat panik" jawab gue.

"Hadehhh..." ujar kak Ulva sambil hembusin nafas panjang, "udah kamu mandi dulu sana, peralatan dasarmu biar Kakak coba rapihin, kamu nanti tinggal nambahin peralatan pribadi yang perlu kamu bawa"

"Ah! benaran?! Terimakasih kak" ucap gue girang dan spontan memeluk kak Ulva sambil mencium pipi kirinya saking senangnya, "Jarang-jarang Kakak mau bantuin aku hehe.."

"U-udah sana cepetan mandi ih!" balas dia sambil dorong gue menjauh, "Kamu mandi biasa sampe 3 jam!". Tanpa gue sadari Kak Ulva wajahnya merah padam.

"roger that ma'am".balas gue

.

Byar Byur Byar Byur...

Di kamar mandi, gue berusaha selesai secepat mungkin, yaitu dengan multitasking buang hajad sambil gosok gigi dan sampoan, mandi gaya koboi begini gue lakuin emang kalau-kalau sangat dikejar waktu..

Setelah mandi, gue langsung bergegas nyiapin peralatan pribadi yang gak mungkin Kak Ulva sentuh, kaya celana dalem misalnya.

"Obat Maag, check. Antimol biar gak mabok angkasa, check. dan bawaan yang gak kalah penting kalo mau pergi jauh; permen Hexos, entah mengapa kalo pergi jauh kayanya gak afdol kalo gak bawa permen yg satu ini, check.".

saat hampir selesai nyiapin barang-barang bawaan, tiba-tiba gue teringat sesuatu, yaitu barang pemberian Mendiang Kakek, Kakek ngasih ini alat setelah gue bisa memperbaikinya, kemudian dia berkata kalau suatu saat gue pasti bakal membutuhkannya.

Kamipun berangkat sekitar pukul 6, karena masih tersisa cukup waktu sebelum kami ke Cosmodrome, kami sempatkan mampir ke makam Kakek untuk menziarahinya.

Beberapa menit kami berdua bersimpuh di depan nisannya, kusyu kami bermonolog dalam batin,

"Kek, aku akan mengikuti jejak Ayah, juga jejak mu, aku tau aku belum bisa sebaik kalian, aku tau aku juga tidak sama seperti kalian ber dua yang menjadi seorang warrior, namun semoga dengan ini aku bisa melindungi orang-orang yang aku sayangi dengan caraku, kumohon, awasi kami dari atas sana, karena.. perjalanan hidup ku baru akan dimulai..."

Journey For IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang