Kilas Balik: Satellite

3.6K 500 46
                                    

"Take me to the stars, fly me to the moon."

ㅡ Laboum's Satellite.

***

Minho daritadi grusah-grusuh karena Jisung tiba-tiba memintanya bertemu di sungai Han. Mereka berdua memang sudah lulus dan memutuskan langsung kembali ke kampung halaman, rencananya untuk menikah tapi ada satu dan lain hal yang membuat mereka masih tidak bisa menikah. Jisung hanya menghubungi lewat pesan dan ketika Minho telepon, tidak diangkat. Tidak biasanya, makanya Minho panik.

Minho masih berkutat dengan acara mencari jaket, walau dia sudah membawa jaket tapi dia harus mencari satu lagi untuk sang kekasih karena kekasihnya itu selalu lupa membawa jaket. Kasihan tubuh kurusnya yang tidak bisa terkena hawa dingin nanti bisa sakit.

Ah, akhirnya berhasil ditemukan keberadaan jaket di antara tumpukan baju-baju kotor yang berceceran, ingatkan nanti untuk orang tampan itu membersihkannya. Perencanaan perusahaan membuatnya kalang kabut. Dia ingin segera mengikat Jisung tapi orang tua Jisung masih belum percaya padanya.

Minho ingat perkataan papa Lee sewaktu menyetujuinya kuliah teknik empat tahun lalu, "Tapi jangan coba-coba menyesal setelah mengambil keputusanmu ini. Papa tak mau mendengar kamu menangis mencari pekerjaan."

Jadi dia berusaha berdiri sendiri dengan kerja keras sendiri pula, dia tidak mau meminta bantuan sang papa karena itu janjinya.

Lelaki itu berangkat menggunakan kendaraan pribadinya. Langsung saja dia menuju sungai Han guna bertemu Jisung. Sampai sana, dilihatnya sosok kurus itu duduk di salah satu bangku dengan pandangan lurus ke arah sungai. 

"Han Jisung!"

Lelaki yang sedang menikmati pemandangan sungai Han itu pun menoleh. Tersenyum meski senyum yang dia pancarkan sarat akan kesedihan, mata itu tidak bisa berbohong.

"Sudah kubilang untuk memakai jaket di malam hari," Minho langsung memasangkan jaket yang khusus dia bawa untuk terkasih.

"Dunia jahat sekali sih kak," mengabaikan peringatan Minho, Jisung berucap lirih.

"Hei kata siapa?"

Jisung bergeming.

"Kamu hanya belum menemukan kebaikan dunia."

"Memang kakak sudah?" Jisung bertanya heran. Dia sandarkan kepalanya pada bahu Minho. Mencari kenyamanan yang selalu lelaki itu bawa dan itu membuat Jisung merasa selalu terlindungi jika berada di sisi Minho.

"Eum-" Minho tersenyum, "-aku sudah, bertemu denganmu menurutku sudah merupakan salah satu kebaikan dunia."

Pertahanan air mata Jisung runtuh, langsung dia dekap erat kekasihnya yang paling dia sayang itu. Menyalurkan semua rasa yang dia punya hanya untuk orang yang sudah berhasil mengisi relung hatinya dan tidak dia sisakan pada jajaran mantan yang demi apapun sangat banyak.

"Aku rindu kak," tangisan Jisung semakin deras. Betapa dia rindu dengan kekasihnya ini karena sudah hampir satu minggu tidak bertemu.

Satu minggu yang lalu, Jisung membawa Minho menemui orang tuanya tapi tidak direspons dengan baik oleh ayah Han.

"Kamu punya apa untuk menikahi putra saya?" Tanya ayah Han sewaktu Minho mengutarakan keinginannya untuk menikahi Jisung.

Minho memang belum punya pekerjaan. Tapi dia bersungguh ingin menikahi Jisung. Meski Jisung telah ikut meyakinkan ayahnya jika Minho adalah lelaki yang tepat sebagai pendamping hidupnya namun ayah Han masih belum luluh.

Jadi bisa dikatakan jika bukan sekali dua kali Minho mendapat penentangan dari orang lain. Ketika akan menikahi Jisung pun dia ditentang oleh keluarga Jisung karena mereka merasa Minho belum bisa membahagiakan putranya. Meski mereka tahu jika Minho dari kalangan berada.

"Kenapa ayah menentang kita kak? Apa kita tidak pantas bahagia?" Disela isak tangisnya, Jisung kembali bersuara.

Minho hanya mampu mengelus puncak kepala Jisung berharap kekasihnya segera tenang.

"Ayah Han hanya belum percaya, anaknya akan bahagia dengan kakak. Kamu kan tahu kalau kakak sekarang masih pengangguran?"

Lagi. Jisung bergeming.

"Kamu tahu apa yang ayah katakan pada kakak satu minggu lalu?"

"Apa?" Jisung menatap Minho penasaran bak tupai yang sedang meminta sesuatu dari majikannya, tentu saja itu membuat Minho gemas lalu berujung mencubit kedua pipi Jisung.

"Ayah berkata jika Jisung adalah sosok yang manja, dilihat dari luar saja kamu terlihat kuat tapi kamu sebenarnya anak yang rapuh. Beliau sering memergokimu menangis kala malam hari tapi kamu tidak pernah bercerita pada keluargamu. Ayah Han mau suamimu nanti benar-benar bisa membuatmu jujur dan dapat berbagi masalah, tentunya yang selalu dapat membuatmu bahagia dan merasa berkecukupan."

Jisung kembali terisak, ayah Han hanya mau yang terbaik untuk dirinya tapi dia selalu berpikir negatif.

"Tunggu kakak sebentar lagi Ji, tunggu kakak membawamu bertemu bintang dan bulan di atas langit impian. Sampai saat itu, tolong bertahan. Tolong bertahan bersama kakak. Akan kakak buktikan pada orang tuamu jika kakak mampu menjadi rumah tempatmu pulang lalu membangun rumah impian bersama."

Pelukan Jisung semakin erat, elusan Minho pada rambut Jisung pun semakin kerap. Dalam hati sama-sama bersyukur karena sudah dipertemukan satu sama lain.

"Ayo sekarang pulang, kakak antar kamu," Minho berucap setelah mereka lama saling berpelukan dan merasa Jisung sudah tidak menangis. Dia eratkan jaket yang menutupi Jisung supaya semakin hangat.

"Jadi kamu sering menangis sayang?" Nada Minho seperti meledek dan itu membuat Jisung malu.

"Huhu iya menangis untuk banyak hal, merasa bahwa aku tidak berguna dalam hidup, selalu menjadi beban keluarga karena tidak seperti kedua saudaraku, dan yang paling banyak masalah kekasih. Aku kan sering berganti pacar dulu kak, andai aku bertemu kakak sebelumnya pasti aku tidak akan sering sakit hati karena bertemu orang terbaik," Jisung memang selalu jujur dengan Minho.

"Yang terbaik memang yang datang terakhir. Terima kasih sayang telah mengizinkanku menjadi yang terbaik," Minho mencium kening Jisung sebelum benar-benar bangkit dari bangkunya.

Mereka berjalan menuju parkiran dengan memandang langit yang tampak cerah malam ini ditambah genggaman erat tangan mereka yang bertautan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Ngetik kilat lagi >< semoga nggak ada typo ehehe

Maafkan aku malah buat kilas balik lagi huhu ini dapet ide setelah dengerin lagu satelitte dan kkeutnaji anheul iyagi, mau aku up di buku melebur bersama minsung tapi setelah dipikir-pikir cocok juga jadi kilas balik di sini biar gak makin bersarang ini buku. Ehhh btw hasratku menulis masa kehamilan hilang mulu kawanㅠㅠㅠ maaf ya kalau lama updatenya.

Bonus kalian di chap sebelumnya membuatku bahagiaaa, terima kasih sangaatt ♡♡♡♡

Entitas Candu | minsung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang