2

19 4 2
                                    

"Biasalah sayang, anak pungut ini selalu buat masalah" siska berdiri lalu melipat tangannya di depan dada. Dan melihat rita dengan sinis.

Jleebbb...

Rasanya tubuh rita seperti ditusuk ribuan pisau. Rita memang sudah kebal dengan siksaan mereka yang main tangan, tapi rita belum kebal jika dikatain oleh keluarga nya. Karna mereka Orang yang rita sayang.

"yasudahlah ma biarin aja,  toh dia juga kan yang bersihkan? Lebih baik hari libur ini kita gunakan untuk jalan-jalan" ajak tata

"benar juga ya sayang, yuk kita sarapan dulu" siska dan tata pergi meninggalkan gadis malang itu.

Rita bangkit, ia sudah selesai membersihkan kaca tersebut. Ia berjalan ke kamar nya yang berada disamping dapur.  Ralat lebih tepatnya di samping kamar mandi.

Saat ia berjalan menuju kamarnya,  ia melihat keluarganya sedang makan dimeja makan tepatnya dibawah tangga. mereka makan sambil tertawa bahagia. Rita hanya bisa tersenyum tipis walaupun ia tidak bergabung.

Papa, mama, abang,  bahkan kembarannya tidak peduli kepadanya.  Mereka menganggap rita sebagai pembantu,  lebih tepatnya dibawah pembantu!

Hanya sang bibi dan pak sopir yang peduli padanya.

Rita termenung melihat mereka, tanpa ia sadari semua orang yang ada dimeja makan itu menoleh ke dia.
Belum sadar akan hal itu tata pun menyindirnya.

"Iyyyuhh bau banget ihh, jadi hilangkan selera makan gue gara lo!" gerutu tata sebal sambil mengibas-ngibaskan tangannya dan menutup hidungnya.

"heh anak pungut ngapain lo diri disitu?" kini alfares, abang mereka yang berbicara sambil menaikan satu alisnya

Rita yang tersadar pun langsung menunduk
"maaf" ucapnya lirih

"udah habisin makanan nya biar kita langsung pergi" ujar Devan papa mereka

-------------------

"Yuhuuu aku seneng banget maa, akhirnya aku dapat beli semua yang aku mau" girang tata saat di mall

"iya sayang buat kamu apasih yang gak" ucap siska sambil mengelus puncak kepala anaknya.

Sedangkan devan, dia sedari tadi hanya diam dan mengikuti langkah kaki istri dan anaknya.  Di sedang memikirkan anaknya rita.

Bagaimana dengan rita? Dia kan juga anaknya, mengapa ia diasingkan?  Sebesar apapun salah nya dia tetaplah anak mereka. Tapi mungkin saat ini mereka belum memaafkannya

Devan yang asik termenung pun tak sadar jika mereka sudah didepan mobil yang akan mau pulang

"mas, kamu kenapa menung sih?? Daritadi juga aku panggilin tapi gak nyaut-nyaut" siska melambai-lambaikan tangannya didepan wajah suaminya.

"heh,  engg- emm gapapa" devan nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Tau ah,  aku sebel sama kamu"devan pun tak berniat meladeni istrinya

Devan menyetir sambil menung memikirkan rita,  anaknya.

Dilain sisi, rita sudah selesai mandi makan dan sudah selesai bantuin bibinya bersihkan rumah.

Kini mereka bertiga sedang ngumpul bareng di dapur sambil bercerita sesekali tertawa.Bibinya sudah 9 tahun bekerja disini, sedangkan pembantu satu lagi baru 2 tahun tapi mereka bertiga sudah akrab.

Bi inah sudah dianggap rita sebagai ibunya sendiri begitupun sebaliknya sedangkan sekar sudah dianggap sebagai tantenya.

Sekar dan rita berselisih 8 tahun. Sekar berumur 24 thn, sedangkan rita dan tata 16 thn.

"Bi" panggil rita

"iya ta? " bibi memanggilnya seperti memanggil anak sendiri. Bi inah mandul sehingga dia diceraikan suaminya dan ia menjadi janda sudah lama sebelum bekerja di rumah nyonya siska.

"mereka semua benci aku ya" tanya rita sambil bersender di pundak bi inah

"enggak kok,  mereka semua sayang sama rita. Tapi mereka cuman mau rita jadi anak yang mandiri aja" ujar bu inah,  ia sangat sedih.

Tes.  Satu tetes air mata bi inah turun

Luka yang membekasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang