6

16 5 1
                                    

Mengingat kejadian dua tahun lalu membuat memori otak keluarga itu terputar.

Tak sadar air mata rita sudah turun sangat deras membayangkan hal buruk itu.

Tatapan benci mamanya semakin terlihat jelas. Sedangkan yang lain menunduk sedih.

Plak!

"belum puas kau membunuh anak ku huh?!" bentak siska

Namun tak ada jawaban dari rita selain ia menangis sangat deras.

"belum puas kau mebunuh anak ku huh?!" siska mengulang kalimatnya sambil menjambak rambut rita dengan kuat.

"maa sudah ma cukup ma! Rita ga salah ma" lerai devan. Lalu ia mendekap siska kedalam pelukannya.

"dia sudah membunuh anak ku pa.hiks.. Hiks.. " tangisan siska mulai mereda

Devan yang tak ingin keadaan semakin kacau segera menenangkan siska. Dan acara makan malam hari ini mereka batalkan.

Dengan kekuatan yang ntah datang darimana rita menjawab semua perkataan orang tuanya.

"maa, paa, abang, kakak apa kalian tau keadaan aku Selama beberapa tahun tidak mendapat kan kasih sayang dari kalian?" tanya rita dengan suara serak

"apa kalian tau betapa tersiksanya aku?" suaranya mulai melemah.

"dan selama ini kalian menjauhiku, menyakitiku. Itu aku terima!" ia berkata dengan suara yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"maa, pa, abang dan tata." kini suaranya kembali melembut.

Yang dipanggil hanya melihat keaumber suara namu tidak menyahut. Seisi rumah menangis mendengar pertengkaran akibat kejadian dua tahun silam.

"kalian boleh benci sama aku. Tapi toloooongg banget aku minta sama kali-" belum siap rita melanjutkan ucapannya,  ia sudah mendapat tamparan dari sang mamah tercinta:"(

Plak!

"Cukup!"

"aku tidak ingin melihatmu"

"sudah cukup aku melihat mu dan membiarkan mu tinggal disini selama dua tahun!  Dan saat nya kau angkat kaki dari rumah ini!" tegas siska dengan suara yang serak namun keras.

Rita menoleh ke papanya berharap papanya tak menyetujui permintaan ibunya.

Namun apalah daya rita yang kini tak punya pundak sebagai tempat ia tuk bersandar.

Devan memberikan kunci mobil dan sebuah kunci yang belum pernah sama sekali rita pegang.

"silahkan kamu bereskan barang-barang kamu. Lalu angkat kaki kamu dari rumah ini." ujar devan dingin, namun berat baginya untuk mengatakan itu.

Devan menarik nafas sejenak sambil memejamkan matanya.

"itu kunci mobil, silahkan kamu gunakan mobil itu sebaik mungkin. Dan itu kunci apartement saya yang ada dijalan raja permai." ucap devan dingin.

"silahkan kamu gunakan salah satu apartemen saya,  dan masalah uang tiap bulan akan saya transfer ke rekening mu." devan meninggalkan rita tanpa menunggu jawaban dari anak perempuan bungsunya itu.  Ia membawa siska ke kamar untuk mengistirahatkannya.

Siska sempat pingsan karena nangis terlalu lama.

Rita menatap abang dan saudara kembarnya. Sedangkan yang ditatap? hanya masa bodoh, lalu mereka pergi kekamar masing-masing.

"bibi hiks.. " rita berlari ke pelukan bi inah.

"sabar ya nak,  kamu pasti kuat kok Hiks..." ujar bi inah sambil mengusap punggung rita dengan lembut.

"yaudah rita prepaer dulu ya bik" rita melepaskan pelukannya lalu mengusap matanya dan tersenyum.

Tersenyum palsu tepatnya.

Rita berencana berangkat nanti malam.
----------
Setelah 10 menit perjalanan, akhirnya rita sampai juga di apartement papanya. Lumayan luaslah untuk rita yang hanya tinggal sendiri.

Fasilitas di apartemen nya lumayan lengkap. Tetapi kulkasnya tidak ada isi sama sekali. Mungkin ia akan mengisinya nanti dengan makan yang diperlukannya beberapa bulan kedepan.

Untuk saat ini ia akan membeli makanan itu dengan uang tabungannya.

Ia beranjak untuk membereskan apartementnya dan mulai menata barangnya.
Setelah selesai, rita duduk disofa empuk dan didepannya terdapat tv yang sedang menyala.

'ya allah,  apa yang barusan terjadi?  Hiks.. Untuk kedua kalinya aku berantam dengan keluarga ku sendiri.  Hiks.. Hiks.. Ampuni aku tuhann hiks..'

'arrggghhh' rita menjambak rambutnya frustasi.

Tanpa fikir panjang ia mengambil silet yang ada didalam tasnya.

Perlahan-lahan ia mulai menggoresi tangannya menggunakan silet.

Ya,  rita memang suka menyakiti dirinya sendiri jika beban hidupnya sudah sangat besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya,  rita memang suka menyakiti dirinya sendiri jika beban hidupnya sudah sangat besar. Ia mengidap penyakit self injuring.

Luka yang digoreskannya ketangan, itu tak sama banding dengan luka batin yang ia alami selama dua tahun terakhir.

Rita sangat pandai dalam menutupi luka ditubuhnya. Ia akan menggunakan baju panjang berwarna gelap jika pergi kemana-mana agar tidak ada yang melihat goresan lukanya.
----------

Sudah dua bulan rita tinggal diapartement papanya. Ia terlatih untuk lebih hidup mandiri dari sebelumnya. Terkadang ia harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya. karna sisa uang jajan nya tidak mencukupi bahkan jauh dari kata cukup!

Bayangkan saja, papanya hanya mengirimkan ia uang dua ratus lima puluh ribu setiap bulannya.

Apakah itu cukup? Tidak!  Jauh dari kata cukup.

Belum lagi untuk membeli perlengkapan sekolah lainnya. Dan terkadang jika makanannya habis, ia melakukan puasa.

Terkadang orang tuanya lupa mengirimkan uang. Ralat ayahnya. Selama ini ibu nya tidak pernah mengiriminya uang.

Walaupun rita sudah meminta kepada ayahnya tetap saja ayahnya memberi berbagai macam alasan. Bukan nya ayah nya tak mau mengirimkan,  hanya saja setiap ayahnya ingin mentransfer uang kepada rita,  ibunya selalu menghalangnya.

Maka dari itu rita mencoba untuk lebih menghemat.

Miris bukan.?



#tbc

Gimana? Bosen ya? :"
.
.
.
Absurd ya? Wkwkw
.
.
.
.
.
Mon maap baru pemula :")
.
.
.
.
.
Jangan lupa voment!😚

Luka yang membekasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang