Prolog

8.5K 476 47
                                    

"Astaga, aku tidak mengerti." gadis itu hanya terkekeh tidak jelas sembari melihat galeri ponselnya, "Tampan. Tampan sekali kamu, Park Chanyeol."

Namanya Lalisa Manoban—biasa dipanggil Lisa. Umurnya baru saja menginjak lima belas tahun. Tahun pertama di sekolah menengah atas. Sudah tiga bulan menjalani masa remajanya sebagai murid dengan pakaian putih abu-abu. Sedang dalam fase di mana hormon labilnya bergejolak tak tentu arah. Diam-diam—ah tidak, Lisa selalu mengatakan jika dirinya sangat mengagumi kakak kelasnya yang memiliki telinga lebar macam telinga gajah. Sebut saja pria yang berhasil mencuri hatinya adalah Park Chanyeol—murid yang menyandang status sebagai mantan dari ketua ekskul basket. Kebetulan, Chanyeol adalah murid tingkat akhir—maka dari itu kini ia disibukkan dengan kegiatan bimbel serta belajar untuk persiapan masuk ke jenjang perguruan tinggi.

Roseanne Park hanya bisa geleng-geleng kepala ketika melihat Lisa. Sudah biasa sebenarnya Rose dihadapkan sedang situasi seperti ini; berawal Lisa yang akan terus-menerus menceritakan tentang Chanyeol sunbae, lalu berakhir dengan teriak-teriak tidak jelas sembari memukul bahunya kencang-kencang.

"Kalau suka, ungkapkan saja. Jangan ditahan." celetuk Rose.

Lisa mendadak bungkam. Menatap Rose dengan tatapan tajam, "Kamu mau aku mati di tangan para fans-nya?"

Iya, Chanyeol kan anak famous di sekolahnya. Tentu saja banyak yang suka pada laki-laki itu. Bukan, jangan menganggap Lisa anak pemalu yang hanya bisa meratapi nasib percintaannya lewat layar ponsel. Asal kalian tahu, Lisa ini sedikit—tidak, dia sangat bar-bar. Bisa saja gadis itu nekat menyatakan cintanya pada Chanyeol di tengah-tengah lapangan sekolah—kalau perlu datangkan saja kepala sekolah (agar menjadi saksi cintanya yang terlampau tinggi pada kakak kelasnya).

Masalahnya hanya satu; fans-fans Chanyeol tak kalah ganas. Bisa diamuk nanti Lisa kalau tiba-tiba menyatakan perasaannya. Gadis itu sadar diri; biaya perawatan rumah sakit itu sangat mahal. Tapi Lisa sempat berpikir untuk memakai pelet—yang tentu saja langsung dihadiahi bogeman di kepala. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Rose.

Saat ini, kantin memang sangat ramai—apalagi di jam istirahat begini. Rose yang sedang asyik memakan makan siangnya pun harus tersedak ketika segerombolan gadis-gadis berteriak dan berjalan tergesa-gesa seperti ingin mengantre sembako. Lisa—yang kebetulan sedang asyik menikmati ketampanan Chanyeol lewat layar ponselnya pun harus terganggu dengan suara kantin yang mulai berisik.

Awalnya Lisa ingin marah, tapi tidak jadi. Tentu saja—ternyata di meja seberang ada Chanyeol dan kawan-kawan. Pantas saja gadis-gadis berteriak ricuh. Tiga sekawan (yang biasa disebut trio bangsat oleh kaum hawa) yang dipimpin Chanyeol pun memesan beberapa makanan dan minuman. Banyak anak gadis yang senyum-senyum tidak jelas—termasuk Lisa. Mimpi apa dia semalam bisa melihat Chanyeol sekarang.

Rose hanya bisa geleng-geleng kepala sembari melanjutkan kegiatannya memakan makan siang.

Tiga sekawan (oh, atau sebut saja trio bangsat?) itu berisikan Park Chanyeol, Kim Jongin, dan Oh Sehun. Visual mereka bukan kaleng-kaleng. Latar keluarga mereka juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Sudahlah tampan, kaya—siapa sih yang tidak mengidam-idamkan mereka sebagai suami di masa depan kelak? Hati Lisa sudah cenat-cenut tak karuan. Rasanya ingin memasukkan Chanyeol ke dalam karung, lalu membawanya pulang ke Thailand—hadiah untuk ibunya di rumah yang menginginkan menantu tampan dan juga kaya.

"Hei, tidak usah dilihat terus. Makan saja makananmu, nanti keburu dingin." ucap Rose. Lisa hanya mangut-mangut sembari cengengesan.

Susah memang yang sedang dilanda jatuh cinta.

"Lice," panggil Rose. Lisa yang sedang menyeruput makanan pun menoleh, "Ya?"

Rose kembali melanjutkan pertanyaannya, "Dari tiga sekawan itu... aku tertarik."

Flower Road [Hunlisa; Sehun/Lisa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang