chapter 1: Awal Mula Kesialan

3.9K 408 68
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apa pun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Sehun/Lisa

Selamat membaca...

.

Flower Road

chapter 1: Awal Mula Kesialan

.

Lisa kini hanya bisa guling-guling di atas kasur.

Rose yang melihat kelakuan temannya pun hanya diam sambil memakan snack—atau lebih tepatnya memang tidak peduli, sih. Mari kita mengingat apa yang Lisa lakukan sebelumnya; ya, benar, melempar sebuket bunga pada kakak kelas bernama Oh Sehun—si pria dingin yang tak memiliki ekspresi macam patung pancoran. Lisa tidak mau berjodoh dengan Sehun. Dia kan ingin hidup bahagia dengan tawa serta canda di setiap waktu—bukannya diam membatu seperti orang tekanan batin. Rose masih asyik makan snack, sambil menonton sinetron India yang ada di televisi.

"Bagaimana ini..." Lisa masih merutuki kesalahan fatal yang ia buat. Tidak percaya yang menangkap sebuket bunga itu adalah Sehun, bukannya Chanyeol. Astaga, Lisa ingin terbang ke angkasa. Hidupnya dibuat gundah-gulana. Ingin berak pun tidak tenang rasanya. Selalu terbayang-bayang masa depan yang suram dengan Sehun.

Rose yang merasa terusik pun berkata, "Itu karena kamu belum tahu bagaimana sifat asli kak Sehun. Mungkin saja aslinya dia receh seperti kak Chanyeol atau kak Jongin."

Benar, tidak ada yang tahu bagaimana sifat asli mereka.

Lisa bangkit dari acara guling-gulingnya, duduk lalu menyenderkan kepalanya pada bahu Rose, "Rosie, bagaimana ini... aku jadi malu sekarang."

Tentu saja. Apa yang akan dipikirkan Sehun setelah ini? Menganggap Lisa tidak waras? Atau menganggap Lisa adalah orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa? Apa pun itu, pasti imej Lisa sudah rusak di mata Sehun. Gadis itu kembali guling-guling sembari melayangkan sumpah serapah—entah pada siapa ia ucapkan.

"Arrrghhh!! Dasar pecel lele! Nasi padang! Bakso aci! Sate ayam! Seblak kuah! Tidak pakai sayuran! Banyakin sosisnya!"

Ya, memang seperti itu umpatan Lisa. Tidak baik katanya berkata kasar—nanti malah menambah dosa saja. Sudahlah dosa menumpuk seperti cucian Rose yang tidak dicuci sembilan bulan, ditambah kicauan tidak jelas yang acapkali keluar dari bibir manisnya. Lisa masih ingin merasakan indahnya surga.

Rose di sebelah hanya memandang sejenak, lalu kembali menonton sinetron India. Menurutnya, kicauan Lisa tidaklah penting—ia lebih senang melihat Shaheer Sheikh ketimbang sahabatnya yang sudah berguling-guling macam babi di dalam lumpur. Kalau melihat wajah Shaheer bawaannya begitu adem macam ubin masjid, kalau melihat wajah Lisa bawaannya panas macam setan ketika dibacakan surat Yasin.

"Aku mau pindah sekolah saja!" ujar Lisa, Rose masih tidak peduli.

Lisa memeluk guling erat-erat. Andai saja guling yang dipeluk adalah Chanyeol, sudah pasti gadis itu tak akan melepaskan barang sedetik pun. Masih dengan kegiatan menjedutkan kepala ke atas kasur, Lisa terus-menerus berteriak sembari mengeluarkan ungkapan nyeleneh yang dapat membuat telinga rusak. Contohnya Rose sekarang—ia amat terganggu dengan kicauan Lisa. Tak tahan, gadis itu pun melemparkan bantal ke wajah cantik Lisa yang sudah nampak seperti mayat hidup.

"Bisa diam tidak, hah?! Lihat! Shaheer sedang menangis! Aku tidak kuat!" teriak Rose sembari menunjuk-nunjuk ke arah televisi.

Lisa merutuk dalam hati. Di saat dirinya sedang gundah-gulana begini, sahabat karibnya malah lebih memilih melihat pria tampan di televisi. Dasar teman bangsat. Rose nampak biasa saja—memang lebih asyik melihat Shaheer di televisi ketimbang melihat Lisa. Bisa-bisa katarak katanya.

Flower Road [Hunlisa; Sehun/Lisa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang