04. Selimut Membalut Duka

192 15 0
                                    

Segala yang hidup, apa yang dilakukan selain beribadah?
Sudahkah kita mengingat kematian, untuk amal di tempat keabadian?
Sudah kah kita mempersiapkannya?

Pagi ini, Abi mengajakku untuk ikut kerja bersamanya. Di perusahan Tissu yang abi milikki, alhamdulillah nyiur pagi, embun direrumputan segar aromanya. Aku mampu melihat pagi, atas nikmat yang Allah Berikan. Duhai Allah, dzat yang menciptakan. Yang tidak pernah terduga, apa yang aku butuhkan selalu engkau cukupkan. Hanya saja terkadang sikap manusia nan rakus, selalu ada.
Kuatkan hatiku dijalanmu yaAllah.

"Assalamualaikum, selamat pagi ummi." Sapaan pagiku, sambil mencium kening ummi.

"Waalaikumussalam, duduklah. Mari kita sarapan bersama."

Sebelum berangkat kerja, abi dan aku sarapan pagi bersama dirumah. Agar terbiasa makan bersama keluarga dan masakan ummi, dibanding harus beli dan makan diluar.

"Abang, itukan jatah ku." Suara aisyah mendengus kesal.

"Haha, kamu tuh lucu ya." Kucubit pipi mungil adikku.

"Gimana bang? Hari ini ikut abi?."

"Iya, Lif. Aku ikut abi, mungkin sudah waktunya juga kan abi istirahat."

"Cie, katanya disana ada seorang gadis loh kak temennya ummi dan abi dari german. Cuman dia kerja disana, benerkan abi?."

"Bener Alif, ituloh anaknya temen abi. Baru pulang dari German, sama sepertimu dia menuntut ilmu. Bedanya kamu ke mesir, dia ke german. Hidup memang sudah digariskan jalannya masing-masing."

"Siapa namanya abi?."

"Waduh, Alfariz Yusuf kenapa kamu secepat ini. Kamu terlalu cepat untuk agresif!." Haha tawa sekeluarga dimeja makan, menertawakanku.

"Iya, rasanya ummi ingin segera menimang cucu."

"Tuh bang Gerak Cepat dong! Kan tinggal nikah saja, apa susahnya?."

"Lif, menikah itu bukan untuk ukur setahun dua tahun. Namun akan kekal abadi selamanya, jika abang menikah dengan seorang wanita. Apakah abang bisa membahagiakannya? Surga dan nerakanya ada ditangan abang. Abang tidak mau, abang salah membimbing. Jika waktunya abang akan menikah, dan memberikan cucu untuk Abi dan Ummi. InsyaAllah."

"Aisyah, jadi ingin tahu bang. Menurut abang apa itu sebuah pernikahan?."

"Pernikahan ibaratkan dua kunci, yang ingin menuju gembok yang sama. Dimana jodoh itu, adalah cerminan hidup kita. Jika kita baik, maka jodoh kita akan baik, sebaliknya jika kita buruk, maka jodoh kita akan buruk. Jodoh itu adalah kunci, yang ingin menuju tujuan yang sama. Yakni gembok apa itu gembok? Gembok itu sang maha pencipta yang memiliki surga dan neraka. Jika, kunci-kunci ini baik. Maka surga menyambutnya, jika kunci-kunci buruk maka neraka akan menghantamnya."

"MasyaAllah, nak. Kamu terlalu dalam menyikapi jodohmu, semoga Allah memberikan jodoh yang terbaik, yang mampu kau tuntun ke syurga."

"Terima kasih, Abi."

"Ayo cepat dimakan, keburu dingin deh nasi yang ummi buat."

T

akdir membawaku pulang, dan aku percaya takdir Allah. Allah akan mendatangkan jodoh, yang baik dunia dan Akhirat.

30 Juz MaharmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang