11. Khitbah

209 8 1
                                    

Sang pemilik hati, kau tetapkan hatiku atasnya. Menepis segala keraguan, tidak semua hati siap menemani. Namun, kamu membuka luas untuk diriku yang begitu kosong.

Sore ini, senja begitu sangat jingga seolah tersenyum menatap hangat. Aku fokus menyetir mobil, memberanikan untuk diri ini menghadapi orang tua gisel. Tak lama diperjalanan, rumah yang menjadi tujuanku sudah berada di depan mata.

Bismillahirrahmanirrahim. Langkah kaki yang mantap memulai semuanya, "Assalamualaikum."

"W-waalaikumussalam." Seseorang dibalik jendela samar, menjawab dari dalam rumah. Membukakan pintu, ku tahu dari tatapannya, kurasa beliau adalah ibunda gisel.

Aku saling menatap, dan segara memberikan tanganku untuk mencium tangannya. "Eh, nak Fariz."
"Iya, bu." Aku tersenyum menatapnya.
"Mari masuk, masuk sini."

Tak selang beberapa waktu, mobil abi datang dan alif ikut menemani.

"Loh, kok ada datang tidak memberi pesan dulu toh pak. Kami belum masak, jika ingin bersilahturahim."

"Disini aku datang bukan sekedar silaturahim, ada hajat yang harus ditunaikan untuk anakku." Jelas abi, kepada ibunda gisel.

"Loh, hajat apa toh?."
"Nanti biar, nak fariz yang menjelaskan secara rinci."

Kemudian kami masuk ke ruang tamu, ibunda gisel menyuguhkan secangkir teh dan makanan ringan yang tersedia di dapurnya. Sedangkan, ayahanda gisel  keluar dari kamarnya dan segera duduk.

"Silahkan, jelaskan." Pintanya menatapku

"Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum. Bu, pak. Disini saya datang karena hajat saya. Untuk menkhitbah anak bapak, dan ibu Gisela rossa. Dengan mantap hati ini memilih anak bapak dan ibu, saya tidak ingin menjalin hubungan tanpa status yang jelas. Hanya menjaga jodoh orang lain, maka dari itu saya benar-benar ingin menikahi gisel. Atas dasar Cinta karena Allah."

"Apa yang bisa kamu berikan?."

"Saya, tidak memberikan harta. Walau saya memiliki perusahaan yang besar."

"Lalu apa? Mau dikasih makan apa anak saya?."

"Saya punya Allah, jika saya memberikan harta. Saya akan tergila-gila dan bekerja keras hingga fokus terhadap urusan dunia. Saya punya hafalan surah 30 JUZ. Mungkin ini akan menjadi mahar gisel, saya tidak hanya ingin membahagiakannya di dunia, namun saya ingin menjadikannya Ratu di surga bersama orang-orang yang bertakwa."

Kemudian gisel dipanggil oleh ibundanya, gisel keluar dari biliknya. Menatap rendah pandanganku, dengan hijab menjuntai panjang.

"Kamu sudah mendengarkan semuanya, kan nak?." Tanya ibundanya

"Alhamdulillah, sudah bu."

"Lalu, apa jawabanmu?."

"InsyaAllah, atas izin Allah dengan rahmatnya. Aku mengatakan iya untuk menjadi penyempurna imanku."

"Alhamdulillah." Kami berucap syukur, aku tidak tahan menahan rasa haru.

"Baik, kita tentukan tanggal pernikahannya."

Aku adalah manusia yang mencari, mencari sesuatu hal yang tidak aku miliki. Namun, saat ini aku sedang mencari sebagian dari pelengkap imanku. Bukan hanya menjadi ratu tercantik didunia, namun menjadikannya ratu di akhirat bersamaku.

Untuk dirimu Gisella Rossa

30 Juz MaharmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang