03. Assalamu'alaikum Indonesia

206 12 1
                                    

Aku adalah gersangnya sahara dipadang pasir, namun dengan bersholawat hatiku sejuk. Laksana hutan hijau nan rindang.

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD KAMA SHOLLAITA 'ALA IBROHIM WA 'ALA ALI IBROHIM INNAKA HAMIDUN MAJID. ALLAHUMMA BAARIK 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD KAMA BAARAKTA 'ALA IBROHIM WA' ALA ALI IBROHIM INNAKA HAMIDUN MAJID.

Sholawat yang senantiasa aku lantunkan, sejak perjalanan dari Kairo, mesir menuju Jakarta, Indonesia. Alhamdulillah aku kembali dengan Selamat, masyaAllah aku mampu melewati hari-hariku bertahun-tahun di negeri orang. Jauh dari Tanah air, orang tua, sanak saudara. Akhirnya aku bisa membawa sebuah kebanggan yang datangnya dari Allah SWT.

Assalamualaikum, Indonesia ucapan pertamaku. Aku melangkahkan kaki setelah lepas landas dari pesawat, wusssh anginnya menyapa Tanah airku Indonesia. Sungguh, aku bangga padamu.

Kulihat didepan sana, sudah ramai orang. Aku masih menelisik menyusuri setiap Sudut Bandara, mencari keluargaku. Adakah yang hari ini menjemputku? Jam yang melingkar ditanganku menunjukkan waktu ashar, aku berfikir untuk sholat ashar sejenak di masjid dekat sini. Setelah sholat, rasanya lega kewajibanku gugur dan tertunaikan.

Aku melanjutkan langkahku, seseorang dibelakang memukul kecil punggungku. "Muhammad Alfariz Yusuf!."

Aku menoleh, seketika aku tidak mampu mengutarakan apapun. Aku memeluknya erat, bersimpuh kemudian aku membungkuk menyentuh kaki itu.

"Ummi, yaAllah kaifa haluk?." Aku sangat gembira, melihat ummi dan abi. Aku memang dibesarkan dari keluarga yang Alhamdulillah berkecukupan tapi ummi dan Abi tidak mendidikku dengan materi, mereka mengajarkanku bagaimana menjadi anak yang sholeh, bertanggung jawab dan selalu taat kepada Allah. Terkadang memang aku bicara dengan ummi dan abi menggunakan bahasa campuran, indonesia dan arab. Karena ummi berasal dari keturunan Lebanon, sehingga penutur bahasa yang digunakan bahasa Arab.

"Alhamdulillah, ana bikhoir masyaAllah. Anakku, alfariz yusuf."

"Ummi wa abi, ana rindu. Rindu kalian berdua, anakmu jauh berada di negeri orang. Berusaha menjadi seseorang yang engkau impikan." Sambil memeluk keduanya.

"Bang, ga liat ada adikmu?." Suara agak melengking itu. Ya, aku memiliki 2 orang adik. Aku anak sulung, dan yang kedua adalah Mohammad Alif Yusuf Akbar, dan yang bungsu adalah Aisyah Yusuf al-mubarok.

"Bawa oleh-oleh apa bang?." Suara berat Alif terdengar.

"Halah, abang ga bawa apa-apa. Abang, baru saja membantu orang disana, uang abang habis. Inipun abang bisa pulang udah alhamdulillah, tidak terjebak di Kairo."

"Kalaupun terjebak, tidak apa-apa. Biar aku jadi anak sulung hahaha." Alif sambil tertawa lepas, aku hanya memukul kepalanya pelan. Dasar adik durhaka!.

"Kak ceritakan, kehidupan mahasiswa disana? Sulit?." Aisyah dengan penuh keingin tahuan.

"La, biasa aja. Cuman ya gitu disana Alhamdulillah banget, panas."

"Ya sama aja, seperti di Indonesia." Alif ikut masuk kepembicaraan.

"Hei, sudah-sudah. Lebih baik, kita pulang dulu makan lalu istirahat dan tidur. Kasian abangmu ini Lif, Syah. Baru sampai dari Kairo." Ucap Abi, dan merangkul ummi untuk segera pergi dari bandara.

***

Sudah sampai dirumah, aku disuguhkan masakan-masakan khas Indonesia dan Timur tengah yang Ummi buatkan. Kalau makanan indonesia mungkin sangat aku rindukan, karena disana agak sulit mencari makanan kesukaan ku walau banyak, rumah makan indonesia. Namun rasanya berbeda tidak sama, sehingga membuatku tetap ingin menikmati makanan khas indonesia dan dibuat di indonesia.

Seusai makan, abi mengajakku keruangannya.
"Fariz, kemari nak."

"Iya, abi."

"Bagaimana, kabarmu disana? Kamu menemukan kesulitan?."

"Tidak terlalu buruk abi, aku bisa menyelesaikannya sendiri."

"Lalu apa tujuanmu selanjutnya?."

"Tidak tahu abi, aku binging."

"Besok kamu ikut Abi, ke perusahan abi. Abi rasanya lelas ingin beristirahat."

"Loh abi, tidakkah itu terlalu cepat?."

"Abi sudah semakin tua nak, daya kerja abi, dan berfikir abi sudah tidak terlalu cepat dan kuat lagi. Abi sudah menua, terlebih ummimu. Yang sangat menimang cucu."

"A-abi, baiklah besok aku akan ikut abi."

"Kamu akan memiliki masa depan, selalu berpegang pada Al-Quran dan Hadis nak. Sebab, jika abi sudah tidak ada umur. Yang akan menjadi teman abi di akhirat adalah, 3 amalan yang akan senantiasa menjadi kekal.
Pertama amal jariyah, kedua ilmu yang bermanfaat, dan terakhir adalah anak yang sholeh dan sholihah."

"Abi, jangan bicara seperti itu. Aku memohon kepada Allah agar abi dan ummi selalu dipanjangkan usianya, agar mampu melihat dan menimang cucu dan bahagia bersama abi."

Abi tersenyum, haripun sudah larut. Abi kembali ke kamar, dan aku membaringkan tubuhku untuk menyesuaikan dengan kasur yang ada. Mempersiapkan hari esok, untuk belajar memimpim perusahaan seperti Abi.

Demi dzat yang menguasai langit dan bumi, aku memohon kepadamu. Untuk kebahagiaan tiada tara untuk kedua orang tuaku, mereka bersusah payah merawatku sejak kecil. Jauhkan aku dari perbuatan dosa, yang melukai hati keduanya.

#note. Aku akan update setiap malam minggu dan malam senin. Dua kali update! Bismillah.

30 Juz MaharmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang