Matahari telah menampakkan dirinya. Burung-burung berkicau menyambut datangnya matahari.
Semua orang sudah melakukan aktivitas mereka seperti biasanya.
Begitu juga dengan Alina, ia sudah bangun sedari tadi. Alina kemudian membuka gorden jendela agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam kamar Senja.Alina berbalik dan menatap Senja yang masih menutup matanya. Alina menghela nafas, kemudian ia berjalan mendekati ranjang Senja. Alina mengusap pelan rambut Senja dan menatap Senja dalam. Alina memikirkan kapan Senja akan membuka matanya hingga sebuah suara memanggilnya.
“Mama...”
Alina melihat ke arah Sky sudah membuka matanya dan duduk sambil sesekali menguap.
Alina tersenyum melihat tingkah Sky dan berjalan ke arah Sky yang masih mencoba mengumpulkan nyawanya.
“Sky, udah bangun?” Tanya Alina setelah berjongkok di depan Sky.
“Udah, Ma. Mama, Senja belum bangun?” Tanya Sky saat melihat Senja yang masih menutup kedua matanya.
Alina menghela nafas kemudian ia menggeleng sambil tersenyum menatap Sky.
“Belum, Sayang.”“Yaudah, sekarang Sky cuci muka terus kita sarapan.” Ucap Alina sambil mengajak Sky ke kamar mandi.
Saat mengantarkan Sky ke kamar mandi, terdengar suara pintu kamar Sky diketuk. Alina kemudian menyuruh Sky mencuci mukanya dahulu saat ia akan membukakan pintu.
Ketika pintu terbuka terlihat Jihan, Beesya, Nana, Zania, dan Quila di depan kamar Senja. Mereka terlihat membawa beberapa makanan di tangan mereka. Alina menyambut mereka dengan senyuman dan dibalas oleh mereka.
“Hai, ayo masuk.” Ucap Alina sambil menggiring mereka masuk.
“Al, gimana Senja? Udah baikan?” Tanya Beesya sambil melihat ke arah Senja.
“Senja belum bangun dari tadi. Tadi pagi-pagi , dokter ke sini mengecek terus dia bilang kondisi Senja udah normal. Tinggal tunggu dia sadar aja.” Ucap Alina yang bersamaan dengan keluarnya Sky dari kamar mandi.
“Hai, Sky.” Sapa Nana dengan centilnya yang dibalas dengan senyuman Sky.
“Kami tadi pagi dengar dari Beesya kalo Senja kecelakaan. Makanya kami langsung datang ke sini sama bawa makanan. Belum makan kan kalian?” Ucap Zania.
“Sky sini sama Aunty. Sky belum makan, kan?” Tanya Quila sambil melambaikan tangannya pada Sky dan memberikan sebuah roti pada Sky saat Sky berada di depannya.
“Al, bisa bicara sebentar?” Tanya Jihan pada Alina yang diangguki oleh Alina.
“Kalau gitu ikut aku. Sky tunggu di sini, ya. Makanannya di makan aja.” Lanjut Jihan.
Mereka kemudian keluar dan berdiri di depan kamar Senja. Jihan menatap Alina tajam.
“Al, aku dengar Senja kecelakaan dan kehilangan banyak darah.” Jihan berhenti sebentar dan menatap Alina lekat.
“Iya, benar.” Ucap Alina sambil menganggukkan kepalanya pelan.
“Dan kudengar saat itu persediaan darah di rumah sakit yang sesuai dengan Senja habis. Jika mengambil dari rumah sakit pusat akan membutuhkan waktu lama. Lalu ke mana kau mencari darah untuk Senja?” Tanya Jihan.
“Jihan, ada apa?” Tanya Quila.
“Aku sempat melihat Alina masuk ke dalam rumah mewah dan keluar dengan membawa Sky dengan emosi.” Ucap Jihan sambil menatap Alina.
Alina menghela nafas kasar. Mungkin ini sudah saatnya memberitahukan kepada mereka tentang bajingan itu, Ayah kandung Sky dan Senja.
“Saat mendengar Senja kehilangan banyak darah dan membutuhkan darah secepatnya. Saat itu yang ada di pikiranku hanya satu, Ayah kandung Sky dan Senja. Setelah memikirkan semua risikonya, aku segera pergi ke rumah bajingan itu dan meminta bantuan agar ia mau memberikan darahnya untuk Senja. Tapi ia menolak dan mengatakan lebih baik Senja tak mendapatkan darah dan mati. Aku yang mendengar itu murka. Apa ia tak memiliki sedikit rasa kasihan pada anaknya sendiri yang sedang membutuhkan darahnya?” Ucap Alina dengan nafas memburu saat membayangkan kejadian Javier tak menolak untuk memberikan darahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Baby
Romance"SIALAN, BAWA PERGI KEDUA ANAK HARAM INI." "Mereka anakmu." "AKU TAK PERCAYA, JALANG. DAN JANGAN MENAMPAKKAN DIRI KALIAN DI HADAPANKU LAGI." "SATU HAL LAGI, ANAKKU HANYA KASYA BUKAN MEREKA."