Sorry

50 10 1
                                    

Benaya tampak berjalan sendirian, ia menundukkan wajahnya. menggandeng tasnya serta memegang buku Diary yang tanpa sengaja di baca oleh teman temannya.

HINGGA...

Brukk..

"Akhh...". Benaya meringis kesakitan. Ia tersandung oleh kaki seseorang, siapa lagi kalau bukan Millard.

Benaya memandang Millard dengan tatapan tajam, lalu kembali berjalan menghiraukan Millard. Entah mengapa dia sangat tidak ingin bertengkar.

"Woi.. cewek aneh". Merasa bahwa dirinya yang di maksud dia kemudian membalikkan arah, memandang Millard dengan tatapan yang masih tajam bahkan lebih tajam.

"APA".

"Buset cewek cantik kok kasar". Millard mulai melangkahkan kakinya, ia bahkan ingin menarik rambut gadis itu, namun perlakuan bodohnya itu ditahan oleh seseorang.

"Willy?.. eh maksudnya Augusto?".

"Lo kalau laki laki jangan suka nindas cewek dong".

"Lo ngak usah halangin gue deh"

"Kalau gue mau?".

"EMANG LO SIAPANYA? PACAR?". Millard mulai emosi, baru kali ini dia di halangi, biasanya semua orang takut padanya, bahkan sampai ada yang menghindar.

"gue bukan siapa siapanya tapi gue ngak suka ngelihat cewek di tindas".

Brukkk...

Satu tinjuan mendarat di pipi Augusto sehingga terdapat memar di sudut bibirnya.

"Sialan lo".

Augusto yang tidak mau kalah kini  ia membalas pukulan dari  Millard. Sedangkan Benaya ia tampak kaget, Benaya sangat tidak suka melihat orang Berkelahi, ia membenci itu. Benaya terjongkok sambil menutupi telinganya, ia menangis.

Augusto yang menyadari bahwa Benaya menangis ia mulai memandang Benaya dan berjongkok menyesuaikan dirinya dengan Benaya, sedangkan Millard ia tidak tahan lagi dan tidak mau melanjutkan perkelahian mereka berdua.

"Ben, lo kenapa?". ucap Augusto sambil mencoba memegang pundak Benaya.

"Lo jangan ganggu gue hiks..., Willy dimana nana rindu, biasanya kalau ada orang yang bertengkar Willy selalu menghindari nana dari mereka. Willy di mana hikss...". Augusto mengkerutkan keningnya, ia sadar bahwa pertengkarannya dengan Millard tadi membuat Benaya kembali teringat masa lalunya.

"Benaya....". Augusto mulai berkata lirih, ia memandang wajah Benaya yang kembali pucat dan itu membuatnya takut bahwa Benaya pingsan lagi.

"tinggalkan gue sendiri gusto".

"tapi.."

BRUKK

kekhawatiran dari Augusto benar benar terjadi, sungguh baru kali ini dia mulai antusias sama cewek semenjak Jessie meninggalkan dirinya.

Augusto mulai mengangkat tubuh Benaya yang terasa sedikit berat, lalu membawanya ke ruang UKS meski ia belum terlalu menghapal semua ruangan tersebut.

Augusto membuka pintu yang ia yakin bahwa itu adalah ruang Uks. ia memasuki ruangan tersebut dan meletakkan tubuh Benaya di ranjang uks, ia kemudian memanggil seorang perawat dan meminta tolong agar Benaya segera di periksa.

Perawat tersebut memeriksa denyut nadi Benaya. ia kemudian menghampiri Augusto yang duduk di sofa.

"Apakah Benaya suka memakan obat penenang?". Augusto kaget dengan apa yang barusan dia dengar.

"saya tidak tahu".

"sebaiknya kamu menjaga dia baik baik, jangan membiarkan dia memakan obat itu terlalu banyak". ucap perawat itu. Augusto memandang Benaya dengan tatapan sedikit khawatir, lalu kemudian mengkerutkan dahinya.

Terjebak masa laluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang