Chapter 5: Tugas seorang manusia

14 8 0
                                    

      
   Tepat 1 bulan Ain dan Arka berperang dingin, Ain masih terus memikirkan bagaimana cara membuktikan jika Arka tidak bersalah, Arka pun tengah mencari tahu, siapa yang menyebabkan dirinya dan Ain berperang dingin hingga saat ini
"Sudah satu bulan kita berkutat dengan masalah ini, namun tak kunjung temukan titik terang". Ucap Kasa seraya memainkan pulpennya
"Kan sudah ku katakan kunci masalah ini hanya ada pada Adhit". Ujar Arman
"Oh ya, tumben sekali Arka belum sampai, biasanya dia yang datang lebih dulu". Ucap Kasa heran
"Arka memang tidak masuk, dia sedang sakit karena terlalu mikirkan permasalahan ini". Ucap Arman
   
    Seusai berbincang-bincang di ruang rapat organisasi Arman dan Kasa memutuskan untuk pulang. Di lorong Kasa pun berpapasan dengan Ain
"Ai". Ucap Kasa berteriak seraya menghampiri Ain
"Iya". Ucap Ain
"Kamu ada waktu sebentar?". Tanya Kasa
"Ada, memangnya kenapa". Ucap Ain
"Nanti ku beri tahu kamu ikut dengannku dulu ya". Ucap Kasa
      
     Sesampainya Ain dan Kasa di suatu Cafe di tengah kota, mereka memulai percakapan diiringi musik klassik dan ditemani kopi hangat
"Ai, aku ingin bertanya kepadamu". Ucap Kasa
"Tanya apa sa". Ujar Ain
"Memangnya kamu sedang terjadi perang dingin ya, dengan Arka". Tanya Kasa
"Iya". Jawab Ain singkat
"Aku mungkin tidak begitu tahu dengan masalahmu tapi aku hanya ingin memberi saran kepadamu atas masalah ini". Jelas Kasa seraya menatap Ain lekat
"Apa kamu tahu kita sebagai manusia juga punya tugas terpenting selalin beraktivitas dan beribadah". Lanjut Kasa seraya menatap Ain sekilas
"Tidak, memangnya apa lagi tugas manusia". Jawab Ain cuek
"Tugasnya manusia itu, mendengarkan orang lain dan didengar orang lain". Ujar Kasa
"Maksudmu". Tanya Ain heran
"Maksudku selama ini Arka sering mendengarkan curhatanmu tentang apapun itu, sekarang bertukarlah peran kamu dengarkan penjelasasn Arka agar kamu paham". Ucap Kasa
"Kecewa boleh saja tetapi tidak menutup kemungkinankan untuk mendapatkan kesempatan yang kedua kali kan?". Lanjutnya
"hmmm, iya nanti akan aku pikirkan". Ujarnya
"Ku harap kamu cepat mengambil tindakan". Ujar Kasa
"Iya, namun aku butuh waktu". Ujar Ain
   
     Sudah beberapa hari ini Arka selalu mengurung dirinya di ruang rapat organisasi untuk memikirkan bagaimana caranya agar ia berbaikan dengan Ain, namun lamunanya terbuyarkan dengan kedatangan Kasa
"Kau sedang apa ka disini". Tanya Kasa seraya mendatangi Arka
"Sedang mengurung diri". Ucap Arka cuek
"Kalian tuh sama ya, sama-sama rindu tapi, bingung bagaimana cara menguangkapkannya". Ucap Kasa searaya tertawa kecil
"Sudahlah mungkin sampai lulus kita akan begini". Ucap Arka seraya menundukkan Pandangan
"Aku ada saran untukmu ka". Ujar Kasa bersemangat
"Apa". Ucap Arka tak kalah semangat
"Kamu tuliskan semua kerinduanmu, dan apa yang mengganjal di dalam dirimu tentang dia melalui sebuah surat". Jelas Kasa
"Apa dengan cara seperti ini aku dan dia akan berbaikan". Tanya Arka
"Yakin saja ka, yang penting kau sudah minta maaf". Ujar Kasa seraya menepuk pundak Arka
"Maaf, bukan mengartikan siapa yang benar dan siapa yang salah ka". lanjut Kasa
"oke aku akan coba sa, makasih ya ka atas sarannya". Ucap Arka seraya tersenyum tipis
"Gitu dong ka, senyum jangan murung terus". Ujar Kasa seraya tertawa kecil
      
     rintik-rintik hujan malam ini, menemani Arka didalam kekalutan kegundahan dan kebingungan
"Apa aku ikuti saja saran dari kasa ya". Ujar Arka
     
       Mentari kini tengah malu untuk meunujukkan cahayanya, langit birupun tengah berganti warna menjadi abu-abu. Wajah Arka tampak semangat saat melewati lorong-lorong kelas, tak sengaja Arka berpapasan dengan Ain
"Ai". Panggil Arka
"Ada apa?". Tanya Ain cuek
"Aku harap kamu baca ini". Ujar Arka seraya memberikan sepucuk surat
"hm". Ujar Ain cuek
   
      Jarum jam berdetak seirama dengan detak jantung Ain, ia gugup saat akan membaca sepucuk surat dari Arka.

Sabit🌙

Saya mungkin telah membuat kamu kecewa, namun setidaknya kamu dengarkan penjelasan saya, saya terkadang rindu mempunyai teman sepertimu, Jujur dirimu itu unik, saya itu tipikal yang cuek tapi masih ada ternyata yang lebih cuek daripada saya yaitu kamu, tapi secuek-cueknya kamu sama saya kamu peduli sama saya walaupun hanya dari kejauhan. Saya hanya bisa pasrah setelah ini, jika kamu mau tetap kecewa tak apa saya tak akan marah, tapi yang terpenting saya telah mengutarakan maaf saya kepadamu jika kamu ingin menerima  atau menolak maaf saya itu urusanmu dengan tuhan. Apa kamu tahu kenapa  saya menulis nama penerimanya itu sabit? Saya akan jelaskan. Saya menulis sabit dikarenakan menurut saya kamu adalah cahaya bagi saya tapi bukannya  cahaya yang membuat sang empunya merasakan kepanasan melainkan kau menyejukkan, bulan sabit memang tak utuh dan itu seperti kamu yang memang menyimpan segala senyum diabalik ketidakutuhannmu. Mungkin menurutmu filosofi ini tidak bersebab akibat, tetapi memang ini filosofi sabit menurutku.
Ainira tetaplah menjadi bulan sabitku

                                                 Tertanda
                                             si lelaki kaku

      Ain seketika meneteskan air mata, ia pikir selama ini Arka tidak rindu padanya, ternyata Arka sangat-sangat rindu dengannya. Bel Istirahat berbunyi Ain seketika mengahapus air matanya, yang kini hanya ingin ia lakukan hanya ingin bertemu dengan Arka dan meminta maaf dengannya.
"Arka". Ucap Ain seraya melihat keseluruh penjuru ruang rapat organisasi
"Arka tidak ada disini". Ucap Kasa
"Lantas ia kemana". Tanya Ain
"Mungkin bersama Arman". Ucap Kasa
"Tidak Arka tidak bersamaku". Ucap Arman

      Bunyi ponsel Arman menghentikan pembicaaraan seketika
"Hallo ini dengan siapa ya". Ucap Arman
"Ini Adhit man, apa kau lupa". Ucap Adhit seraya tertawa jahat
"Mau apa kau menelponku". Ucap Arman kesal
"Kau pasti sedang kebingungan kan mencari keberadaan Arka". Ucap Adhit
"Iya memangnya kenapa". Ucap Arka
"Kamu mau tahu Arka sedang dimana". Ucap Adhit
"Lepaskan,lepaskan saya". Ucap Arka dalam telephon
"Kamu jangan". Ucapan Arman terpotong
"Arka dimana sekarang". Tanya Ain
"Arka disekap oleh Adhit". Ucap Arman
"Kau sedang apa disana sa". Tanya Arman pada kasa
"Aku tahu dimana Arka disekap". Ujarnya seraya melangkah mendekati Arman
     
      Ain,Arman dan Kasa bergegas menuju tempat penyekapan Arka yaitu di rooftop sekolah
"Lepaskan Arka sekarang". Ucap Arman seraya mendobrak pintu
"Untuk apa aku melepaskan pahlawan kesianagan ini". Ucap Afhit seraya menunjuk Arka
 
     Tiba-tiba datanglah Naufal dari belakang
"Naufal". Ucap Ain, Arman dan Kasa serentak
"Sudah ku duga jika kau berdua yang membuat kami berperang dingin". Ucap Arka
"Untuk apa kamu lakukan ini Fal". Tanya Ain
"Awalnya ku kira kau yang membocorkan kepada Pak Adi jika aku merokok di ruang rapat organisasi, namun ternyata yang membocorkan itu semua adalah Arka". Jelas Naufal
"Jadi kamu ingin balas dendam". Tanya Ain
"Iya kami berdua ingin membalaskan dendam kepada mausia sok pahlawan ini". Ucap Adhit
    
      Sedari tadi Arman sudah menggepalkan jari-jarinya, dan kekesalanya memuncak dan terjadi perkelahian antara Adhit, Naufal, Kasa dan juga Arman. Ain yang bearada disana tak hanya diam, dia lebih memilih memanggil Pak Adi untu menyelasaikan permasalahan ini.

     Tiba-Tiba suara dobrakan pintu terdengar.
"Cukup sudah-sudah tidak usah berkelahi". Ucap Pak Adi
 
    Perkelahian seketika terhenti dan akhirnya Arka, Adhit, Naufal, Arman dan Kasa dipanggil ke ruang BK untuk menjelaskan kejadian yang terjadi

       

       

SabitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang