Chapter 3: Titik Awal

25 7 0
                                    


      Ruang rapat sudah tidak asing lagi jika diisi dengan Arka, Kasa dan Arman, sudah menjadi agenda mereka sepulang sekolah pasti mampir ke ruang rapat terlebih dahulu
"Akhirnya usai sudah tugas kita ya ka". Ujar Arman
"Iya, tidak disangka masalah ini lebih cepat usai sebelum perkiraan". Ujar Kasa seraya melihat buku agendanya
"Buat apa diperlama jika bisa dipercepat". Ujarnya

     Di taman belakang sudah tak asing lagi jika sepulang sekolah Naufal merokok disana dikarenakan disana jauh lebih aman dibandingkan tempat ia merokok sebelumnya.
"Kalau memang bukan Ai yang melaporkannya pada Pak Adi lantas siapa?".Ujarnya seraya menggaruk tengkuknya
"Aku tahu siapa yang telah membocorkannya". Ujar seseorang laki-laki sedikit berisi
"Kau siapa?". Tanyanya
"Perkenalkan namaku Adhit". Ujar Adhit seraya memberikan tangan untuk berjabat tangan
"Namaku Naufal". Ujarnya seraya menjabat tangan
"Oke kita duduk dulu aja agar ngobrolnya bisa lebih santai". Ujar Adhit seraya menunjuk bangku taman yang tak jauh darinya

     Setelah mereka berjalan tak butuh waktu lama untuk menuju bangku taman mereka langsung memulai pembicaraan
"Yang membocorkan kelakuanmu pada Pak Adi adalah PDS". Ujar Adhit tersenyum sinis
"PDS, apa itu?". Tanya Naufal heran
"PDS itu Polisi Disiplin sekolah mereka adalah organisasi terselubung yang tugasnya meyelidiki anak-anak bermasalah sekaligus anak-anak yang mendapatkan beasisiwa sepertimu". Jelas Adhit
"Lalu anggota dari PDS itu siapa saja". Tanya Naufal
"Diantaranya ada Kasa, Arka dan juga Arman, bahkan dulu sewaktu kelas X Arka adalah ketua dari PDS, seharusnya dia bisa dua periode menjabat akan tetapi dia dicalonkan menjadi ketua OSIS saat itu, lantas ketuanya diganti menjadi Arman". Jelas Adhit
"Yang aku heran kok kamu bisa tau sebegitu dalamnya tentang PDS". Tanya Arka heran
"Sebenarnya aku adalah salah satu anggota PDS, akan tetapi sekarang aku ingin membalaskan dendamku pada organisasi itu". Ucap Adhit kesal
"Balas dendam?". Tanya Naufal
"Iya, ku ceritakan sedikit apa alasanku untuk membalaskan dendamku pada organisasi itu". Ucapnya

       1 tahun lalu, Arka dan Adhit mengemban amanah sebagai ketua dan wakil PDS
"Saya lantik secara sah Arka Adhi Pratama dan M. Adhitya Rahman sebagai ketua dan wakil ketua PDS periode 2018-2019". Ucap Pak adi seraya mengagkat tangan mereka berdua.

     Tak terasa hampir satu periode Arka dan Adhit menjadi ketua dan wakil PDS. sekarang Arka tengah berbincang serius dengan Pak Adi di ruang BK
"Saya dapat info dari pembina OSIS jika kamu akan dicalonkan menjadi ketua OSIS untuk periode tahun ini". Ujar Pak Adi
"Lantas siapa yang akan menggantikan saya Pak?". Tanya Arka
"Maka dari itu saya panggil kamu Arka untuk meberikan saran terbaik siapa yang akan menggantikanmu". Ujar Pak Adi
"Apakah bapak sudah ada calonnya". Tanya Arka
"Sudah". Jawab Pak Adi singkat
"Calonnya itu ada Adhit dan Arman, menurut kamu siapa yang paling cocok". Tanya Pak Adi
"Menurut saran saya, Arman lebih pantas pak, intuisi dan asumsinya Arman pada masalah mulai terasah, jikalau Adhit lebih cocok di penyimpulan masalah dan ambil langkah". Ujar Arka

      Ternyata dibalik pintu Adhit mendengarkan segalanya, amarahnnya pun memuncak
"Awas saja kamu Arka saya akan balas dendam ke kamu tunggu saja nanti balasannya". Ujar Adhit seraya mengepalkan tangan

     Saat ini walaupun mentari sedang menunduk dan langit biru tengah di gantikan posisinya oleh abu-abu, aura yang meyelimuti Adhit tetaplah panas, dikarenakan amarah yang menggebu-gebu.
"Sejak saat itu saya sudah tak lagi koopertif dengan PDS". Ujar Adhit nanar
"Jadi kamu marah dikarenakan posisinya Arka tidak bisa didapatkan olehmu". Tanya Naufal
"Iya, dan lagi menurutku intuisi dan Asumsiku jauh lebih terarah darinya, aku juga sudah biasa hadapi masalah dibandingkan Arman". Ujar Adhit
"Kalau boleh tau yang membocorkan perihal masalahku siapa". Tanya Naufal
"Yang membocorkan itu Arka". Ucap Adhit
"Arka, tau darimana dia jika saya merokok dalam ruang rapat". Tanya Naufal heran
"Kau itu bodoh atau tidak pakai otak selama ini ruangan-ruangan yang ada disekolah menggunakan kamera pengintai kecuali disini". Ucap Adhit seraya menunjuk taman
"Lalu apakah kau ada rencana untuk menghancurkan Arka, gara-gara dia beasisiwaku di cabut oleh pihak sekolah". Tanya Naufal
"Aku sudah memiliki rencana malah sudah saya rancang sedemikian rupa agar berhasil". Ujar Adhit
"Apa rencananya". Tanya Naufal penasaran
"Kau ikuti saja permainanku". Ucap Adhit

      Kelas XI MIPA 1 yang awalnya berisik seketika hening dikarenakan kedatangan wali kelas mereka yang terkenal galak yaitu bu Nina.
"Oke anak-anak setelah 1 bulan kemarin ibu cuti, sekarang ibu akan tukar tempat duduk kalian". Ujar Bu Nina
"yahhh". Ucap siswa siswi XI MIPA 1 serentak
"Arka kamu pindah duduk dibelakang Ainira". Ujar Bu Nina seraya menunjuk meja nomor 2 paling pojok
"Arman kamu duduk dengan Arka". Ucap Bu Nina
"Oke sekarang ibu sudah menukar tempat duduk kalian sekarang kita mulai belajar biologi membahas sistem peredaran darah manusia". Jelas bu Nina

      Bel istirahat sudah memenuhi antero sekolah mengisyaratkan pemberhentian sementara kegiatan belajar dan mengajar untuk mengisi perut di kantin
"Ya sudah sebelum ibu akhiri jangan lupa PR kalian adalah membuat dan menjelaskan sistem peredaran darah manusia sesuai kelompok yang ibu buat tadi, oke sekian Wassalamualikum". Ucap Bu Nina seraya pergi meninggalkan kelas

     Sekarang Ain tengah sibuk mencatat tugas untuk biologi, tiba-tiba ada seseorang dihadapannya
"Arka bisa nggak sih kamu itu nggak ngagetin". Ujar Ain seraya mencatat
"Kamu tahu darimana jika itu saya". Ujar Arka
"Aku hafal aroma parfum kamu". Ucap Ain
"Saya kira kamu itu bukan tipe orang yang pengingat". Ucap Arka
"Maksud kamu aku itu pelupa". Ujarnya
"Ya tidak begitu juga, Oh iya nanti sepulang sekolah kita kerjakan tugas dari bu Nina tadi ya, kamu tidak ada acara kan". Tanya Arka
"tidak". Ucapnya singkat
"Ya sudah saya ke kantin ya". Ucapnya seraya pergi
"kebiasaan deh Arka belum di jawab sudah pergi". Ucap Ain seraya mengeleng-gelengkan kepala

      Sesuai janji sepulang sekolah Arka dan Ain mengerjakan tugas di rumah Ain
"Rumah kamu sepertinya sepi saja sejak tadi". Tanya Arka
"Iya bunda sama ayah lagi ada tugas di luar kota, aku ditinggal sama mang ujang dan bi nimah tapi kalau malam mereka pulang". Jelas Ain
"Lantas kalau malam kamu dengan siapa". Tanya Arka
"Sama sepupu aku kak Salma". Ujar ain

     Kurang lebih 30 menit mengerjakan hening tanpa obrolan akhirnya tugas mereka selesai
"Akhirnya tugas selesai". Ujar Ain seraya menyeka keringat
"Iya, akhirnya". Ucap Arka
"Kamu kenapa Ai kok raut wajah kamu seperti bingung gitu, ada yang kamu tidak mengerti dari materinya?. Tanya Arka
"Tidak apa ka, tapi aku masih tidak mengerti dengan sikap orang-orang yang ada di sekitarku akhir-akhir ini". Ucap Ain seraya menopang dagu
"Memangnya kenapa". Tanya Arka
"Tiba-Tiba saja Naufal temanku sedari kecil menjauhiku, Dafira teman organisasiku juga menjauhiku, dan kamu semakin dekat denganku, dan peristiwa mangkuk bubur itu". Ucap Ain terpotong

      Tiba-Tiba tetes demi tetes air menjatuhi pipi Ain seraya ia terisak kecil
"Aku tidak mengerti dengan semua ini ka". Ucapnya
"Saya tahu ini bukan hal mudah buat kamu tapi saya yakin jika kamu bisa melewatinya, saya memandang kamu berbeda dari perempuan diluar sana, saya yakin kamu bisa". Jelas arka
"Terimakasih ka atas kata-kata motivasinya". Ucap Ain seraya tersenyum terhadap Arka

      Seseorang dari kejauhan menngintip kebersamaan Arka dan Ain
"Awas saja kamu Arka, setelah ini kamu tidak akan pernah bisa menjadi pahlawan lagi, tunggu saja permainanku". Ucap seseorang berbaju hitam

SabitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang