Setelah kejadian perkelahian tempo itu, Naufal dan Adhit dikeluarkan dari sekolah, karena sudah menyekap Arka dan berkelahi. Hari ke hari hubungan perteman Ain dan Arka pun semakin membaik, bahkan lebih dekat dari sebelumnya.
"Ka sekali lagi aku minta maaf ya". Ujar Ain seraya mentap hamparan langit
"Tak apa, saya bersyukur dengan adanya perang dingin diantara kita berdua kala itu". Ucap Arka seraya menatap Ain dan tersenyum tipis
"Karena dari situlah aku mengetahui bagaimana sifatmu". Lanjutnya
Sudah satu tahun Arka dan Ain menjalin hubungan perteman, dan mereka pun dilanda kegelisahan, dikarenakan kurang dari satu langkah lagi mereka akan dipertemukan dengan perpisahan
"Aku tidak menyangka jika sebentar lagi kita akan lulus". Ujar Ain
"Saya pun begitu". Ucap Arka seraya fokus dengan layar handphonenya
"Apa kamu tidak sedih". Tanya Ain
"Sedih, akan tetapi aku tidak mau terlarut didalamnya, aku akn biarkan seperti air yang mengalir saja". Jelas Arka
"Oh ya nanti malam apa kau ada acara". Tanya Arka seraya menatap mata ain lekat
"hm, tidak ada memangnya kenapa". Ucap Ain penasaran
"Temui aku ditaman dekat komplekmu sehabis ba'da isya". Ucap Arka
"Untuk?". Tanya Ain
"Temui saja dulu". Ucap Arka singkat
Taman komplek yang sederhana dengan penerangan yang temaram sangat memdukung perasaan Arka saat ini, kotak yang ia genggam pun berulang kali ia buka tutup.
"Arka". Panggil Ain dari kejauhan
"Iya ain ayo kesini". Ucap Arka berteriak
Ain pun menghapiri Arka dan duduk bersebelahan dengannya
"Ada apa kamu meminta ku kesini". Tanya Ain penasaran
"Oke akan aku jelaskan". Jawab Arka
"Ai, mungkin menurut saya, saya adalah cowok tercuek, saya sulit untuk menaruh bahkan menitipkan hati saya bahkan perasaan saya, akan tetapi keadaan itu berbalik saat saya mulai mengenalmu dan dekat dengan mu, entah apa yang ada pada dirimu, sehingga membuat saya nyaman dan ingin menitipkan hati dan perasaan saya kepadamu, Ainira Danila Rahma apakah kau ingin berta'aruf denganku". Jelasnya seraya membuka kitak yang berisikan cincin
Ain yang melihat perkataan Arka hanya bisa tercengang dan tak dapat berkata-kata, hanya tetes air mata bahagia yang dapat mewakilkan kebahagian Ain
"Jujur aku kaget, aku pikir aku hanya bisa merasakan perasaan ini sendiri nyatanya tidak, kamu juga punya perasaan yang sama denganku". Ucap Ain seraya menepis air matanya
"Arka jika kamu tanya mau apa tidak, sudah sangat jelas, ku mau jawabnya". Lanjutnya.
Malam itu mungkin bukan akhir kisah diantara Arka dan Ain, melainkan awal dari sebuah perjuangan yang baru akan dimulai
Sore ini Arka dan Ain bertemu di sebuah taman dan pertemuan ini untuk pertama kalinya seusai perpisahan sekolah mereka,
"Ka". Tanya Ain lembut
"Iya kamu kenapa". Tanya Arka
"Aku bingung apa aku batalkan saja ya, beasiswa ke Oxford". Tanya Ain
"Jangan itu peluangmu, saya tidak ingin, hanya gara-gara saya kamu membatalkan beasiswamu, biarkan saya tetap disini, saya ikhlas jika kita harus berjauhan". Jelas Arka
"Sungguh". Ucap Ain
"Iya sungguh, bahkan saya akan menantimu kembali, sampai kapanpun". Ucap Arka seraya mentap lekat Ain
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabit
Nouvellespertemanan adalah awal dari segalanya entah itu percintaan atau permusuhan. Rasa dendam memang tidak ada habisnya untuk memperebutkan kekuasaan, otak harus bisa berasumsi dan berintuisi dengan cepat, akankah Arka Adhi pratama akan bisa melewatkan in...