Bisa dikatakan Ain sudah berhari-hari setiap pulang sekolah selalu mampir ke ruang rapat, dikarenakan mengurus keperluan acara sekbidnya yaitu kegiatan bulan bahasa.
"Ai, aku pulang duluan ya, soalnya sudah mau maghrib nanti aku diomelin lagi sama kedua orang tuaku". Ujar Nayira memohon.
"iya sudah tidak apa-apa aku aja yang kerjain proposalnya sampai selesai, lagi pula aku tidak sendirian diruangan ini masih ada Arka juga". Jelas Ain.
"Oke aku duluan ya". Ujar Nayira seraya meninggalkan Ai.
Saat Ain sedang terfokus terhadap layar laptopnya tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, yang membuatnya terlonjak kaget. "Astagfirullah Arka kenapa kamu nggak panggil nama aja sih, kan kalau seperti ini bikin aku kaget". Ujar Ain
"Saya udah panggil nama kamu dari tadi, hanya saja dirimu tidak sadar jika saya panggil, kamu terlalu fokus hingga tidak mendengar panggilan saya". Jelas Arka
"Oh, seperti itu maafin aku ya, Ka". Ujar Ain seraya tersenyum malu.
"Oh, iya kenapa kamu memanggil aku Ka kalau boleh tau". Lanjutnya bertanya
"Saya hanya ingin tanya mau sampai kapan kamu disini". Jawab Arka
"Aku sebentar lagi juga mau pulang kok, Ka". Ujarnya
"Apa kamu sudah menghubungi orang tuamu untuk menjemput". Tanya Arka
"Belum". Ucap Ain singkat
Ain pun mulai menelpon Bundanya untuk memberitahukan supir dirumahnya untuk menjemput.
"Ai, bunda lagi di luar dianter mang ujang ke supermarket untuk belanja bulanan". Ujar Bunda
"Yah, terus Ai gimana dong bun". Tanya Ai
"Apa Arka sudah pulang". Tanya Bunda
"Masa iya, aku dianterin sama Arka lagi sih bund, ini udah yang ketiga kalinya, aku nggak enak sama Arka". Jelas Ain
"Ya sudah, kamu pokoknya pulangnya sama Arka, bilang sama dia nanti bunda ganti bensinya". Ujar bunda
"Yaudah deh bund". Ucap Ain lesu
Lalu Ain pun menghampiri Arka yang sejak tadi sudah menunggunya di pintu gerbang sekolah
"Bagaimana Ai, kamu ada yang jemput atau tidak". Tanya Arka
"Tidak, Ka aku tidak dijemput lagi". Ujarnya lesu
"Sudah tidak apa-apa kamu bareng sama saya saja seperti kemarin-kemarin". Ujar Arka
"Ayo". Lanjut Arka seraya menepuk-nepuk jok motor R15 miliknyaLalu Di tengah perjalanan hanya ada keheningan yang menyertai Ain dan Arka, dan keheningan itu terbuyarkan karena Arka mengerem mendadak
"Arka, kamu kenapa kok ngerem mendadak gitu sih". Ujar Ain takut
"Saya ngerem mendadak itu biar kamu itu sadar jika sedari tadi saya itu ngajak ngobrol kamu". Jelas Arka
"Kamu dari tadi ajak ngobrol aku". Tanya Ain polos
"Iya". Jawab Arka singkat
"Kamu saya lihat-lihat dari kemarin lebih banyak merenung dan melamun apa ada yang kamu pikirkan Ai". Tanya Arka
"Iya Ka, aku lagi banyak banget pikiran". Ujar Ain
"Masalah organisasi apa yang lain". Tanya Arka
"Organisasi Ka". Jawab Ain singkat
"Emangnya kenapa kalau saya boleh tau".Tanya Arka
"Bukannya aku nggak mau beri tahu kamu tapi aku perlu waktu karena ini sedikit sensitif". Ujar Ain
"Ya sudah, saya akan tunggu, tetapi jika ada masalah apapun itu kamu cerita ya ke saya" jelas Arka
"Iya Ka". Jawab Ain singkatLagi-lagi keheningan menyelimuti Ain dan Arka hingga tiba di kediaman Ain
"Makasih ya, Ka". Ucap Ain seraya tersenyum
"Iya sama-sama, saya pulang dulu ya, titip salam buat bunda sama ayah kamu". Ujar Arka
"Iya Ka, Hati-hati ya". Ujar Ain seraya melambai-lambaikan tangan
Para siswa-siswi sudah meramaikan lapangan sekolah untuk melihat penampilan tari modern sebagai pembuka acara bulan bahasa. Ain yang sedari tadi tengah sibuk kesana kemari,lebih memilih duduk untuk istirahat sejenak. Ain pun terlonjak kaget saat ada air mineral dingin yang menyentuh pipinya.
"Astagfirullah Arka kamu ngagetin aja". Ujar Ain kaget
"Nih buat kamu saya lihat kamu sepertinya sangat lelah, untuk menggantikan Naufal". Ujar Arka seraya memberikan air mineral
"Iya Ka". Jawab Ain singkat seraya menerima air mineral pemberian Arka
"Kamu kenapa kok lesu gitu, ada masalah?". Tanya Arka
"Kamu itu cenayang atau apa sih, Ka". Tanya Ain
"Loh kok malah kamu balik nanya ke saya, lagi pula saya bukan cenayamg atau apapun itu, saya hanya bisa melihat dari raut wajah kamu". Jelas Arka.
"Memangnya terlihat banget ya, Ka". Tanya Ain polos
"Iya sangat terlihat, ada apa kalau boleh tau". Jawab Arka
"Naufal sulit sekali aku hubungin dia, sekalinya bisa dihubungin malah adanya aku yang di marah-marahin sama dia, aku juga bingung sebenarnya apa salah aku sama dia, seiap kali aku temui dia, dia selalu sinis denganku". Ujar Ain
"Jadi hal yang membuat kamu melamun sejak kemarin itu Naufal?". tanya Arka
"Iya ka". Jawab Ain singkat
Tiba-Tiba obrolan mereka terhenti oleh kedatangan Kasa dengan nafas terengah-engah.
"Ka, Kamu kemana aja sih saya cariin juga, eh kamu malah asyik ngobrol berdua sama Ai". Ujar Kasa dengan nafas terengah-engah
"Saya kebetulan lewat, terus saya kasih air mineral ke dia". Ujar Arka seraya menunjuk Ai
"Ayo ka, Kamu ikut saya ini penting". Ujar Kasa seraya meraih lengan Arka
"Ya sudah saya pergi dulu ya Ai". Ucap Arka seraya meninggalkam Ain
Di ruang rapat terlihat pemandangan yang tak enak semua nampak serius walaupun di ruangan itu hanya terdapat 3 orang
"Gimana sudah ada perkembangan". Tanya Arka
"Sudah dan menurut saya ini tidak seperti intuisi kita ka". Jawab seseorang lelaki jangkung yang menggunakan pakaian serba hitam
"Lantas bagaimana apa ada yang salah dari intuisi awal". Ujar Kasa
"Bukannya salah tetapi saya bingung gerak-geriknya sulit untuk di buat kesimpulan". Ujarnya
"Lalu, buat apa ada PDS kalau tidak bisa selesaikan, kinerja kalian setiap tahunnya menurun, terutama kamu man sebagai ketua". Ujar Arka dengan nada 3 oktaf seraya menggebrak meja
"Saya sudah usaha Ka untuk menggantikan kamu, tapi intuisi saya belum terasah". Ucap Arman
"Ka, menurut saya kamu tidak usah semarah itu, masalah ini tidak terlalu berat, tetapi tidak dapat dikatakan ringan, tapi ada baiknya jika kamu tidak semarah ini". Jelas Kasa
"Tapi sa, ini masalah ini menyangkut dengan Ai". Ujar Arka seraya meununduk
"Saya tidak ingin dia menjadi sakit karena terus menerus menyalahkan dirinya". Lanjutnya
"Kalau saya boleh tau Ka, awal masalahnya apa?". Ucap Kasa seraya menggaruk tengkuknya
Seminggu seusai pembagian sekbid bersama dengan MPK, Ain harus bergegas mengurus proposal kegiatan bulan bahasa dan ia sepulang sekolah langsung memasuki ruangan rapat tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan saat ia membuka pintu terlihat sangat jelas jika ada seseorang tengah duduk dan menyilangkan kakinya diatas meja sambil merokok dan Ain pun terlonjak kaget karena tak menyangka atas pemandangan yang ia lihat.
"Fal, Kamu selama ini merokok". Ujar Ain sambil menutup mulutnya
"Iya Ai, tapi aku mohon kamu jangan bilang-bilang ya aku janji deh setelah ini nggak akan merokok disini lagi". Ujarnya memohon
"Iya tapi kamu janji ya nggak akan merokok di ruang rapat lagi". Ucap Ain seraya memberikan jari kelingkingnya
"Janji". Ucap Naufal
"Yaudah deh aku pulang dulu ya". Ujar Naufal seraya meninggalkan Ai
Seminggu setelah pertemuan Ai dengan Naufal yang memergokinya merokok tibalah Naufal dipanggil oleh Pak Adi sang Guru BK
"Fal apa benar kamu sering merokok, diruang rapat". Ujar Pak Adi tegas
"Iya pak memang, tetapi akhir-akhir ini sudah tidak kok". Ujar Naufal seraya menunduk
"Kamu tau kan fal, perbuatan kamu ini bisa fatal akibatnya".Ujar Pak Adi
"Saya tahu pak, tapi saya akhir-akhir ini sedang frustasi pak". Ucap Naufal
"Apa begini cara kamu menghingkan Frustasi". Tanya Pak Adi
"Dengan terpaksa Fal, saya mencabut beasiswa kamu". Ujar Pak Adi
"Pak saya mohon saya masih butuh beasiswa itu".Ucap Naufal seraya menggenggam tangan Pak Adi
"Sudah terlambat". Ujar Pak adi
Naufal keluar ruang BK dengan muka lesu
"Ini pasti gara-gara Ai ngadu ke Pak Adi, tenang aja aku nggak bikin kamu senaang lihat saja pembalasanku". Ucap Naufal seraya mengepalkan tangan
Di lorong sekolah Naufal dan Ain berpapasan
"Assalamualaikum Naufal kok muka kamu ditekuk gitu". Ucap Ain seraya menunjuk wajah Naufal
"Waalaikumsalam, nggak usah sok baik deh kamu". Ujarnya seraya meninggalkan Ai
Percakapan Pak Adi dengan laki-laki bertubuh jangkung itu terlihat sangat serius
"Kinerja kamu bagus man, tidak salah Arka menjadikan kamu sebagai penggantinya untuk menjadi ketua Polisi disiplin sekolah". Ujar Pak adi seraya menepuk pundak Arman
"Saya belum ada apa-apanya pak dibandingkan Arka". Ujarnya menunduk malu
Kasa mengangguk-angguk bertanda paham apa yang diceritakan Arka padanya.
"Kalau kata saya nih ka, ada baiknya Arman mengaku saja jika ia yang membocorkannya". Ujar Kasa
"Itu namanya langkah gegabah saya tidak mau identitas PDS diketahui selain saya, Kamu, Arman dan anggota lainnya". Ujar Arka
"Saya ada jalan tengah jika kamu setuju ka, kita pertemukan Pak Adi dan Naufal, agar Pak Adi bisa menjelaskan jika yang membocorkan itu bukan Ai". Jelas Arman
"boleh, juga". Ucap Arka
Setelah acara peringatan bulan bahasa hari itu Ain tidak masuk sekolah dikarenakan terlalu kelelahan dan akhirnya jatuh sakit, dan baru hari ini ia bisa beraktivitas kembali
"Tidak ada kamu rasanya kelas sunyi Ai". Ujar Nayira
"Kamu terlalu berlebihan aku saja anaknya pendiam, lantas tidak ada aku dan adanya aku dikelas sama saja kan". Ujarnya
"Kamu bisa saja merendahnya Ai". Ujar Nayira seraya tertawa kecil
Bel istirahat memenuhi antero sekolah siswa-siswi langsung berhamburan untuk menuju loket pengisi perut atau yang biasa disebut kantin.
"Ai, kamu mau pesan apa". Tanya Nayira
"Aku mau pesan bubur sama teh hangat aja deh". Jawab Ain
"Yaudah aku aja ya, yang pesan". Ujar Nayira
"Aku juga mau ke toilet dulu deh sebentar". Ujar Ain
Tak lama setelah ke kamar mandi Ain menuju ke meja yang mereka sudah tempati tadi
"Loh kok Nayira tidak ada ya". Ujar Ain bingung matanya seraya mencari keberadaan Nayira
"Astagfirullah, kenapa bubur milik aku banyak kecoa nya". Ujarnya seraya menutup mulut
Orang-orang pun ramai mengerumuni Ain, Lalu datanglah Arka
"Maaf permisi-permisi". Ujarnya seraya menyelip untuk melihat apa yang terjadi
"Kamu kenapa Ai". Ujar Arka
"Itu mangkok bubur aku banyak kecoanya". Ujarnya takut
Tubuh Ain pun lunglai dan terjatuh dalam dekapan Arka. Arka pun bergegas membawa Ain ke UKS
"Arka kamu apakan Ain". Ujar Nayira marah
"Saya tidak apa-apakan dia, hanya saja tadi dia pingsan saat banyak orang yang mengerumuninya dan melihat mangkuk buburnya berisi kecoa". Jelas Arka
"Maafkan aku telah menuduhmu". Ucap Nayira tertunduk malu
"Kau bukannya selalu bersamanya jika kemana-mana, Mengapa tadi Ai sendiri". Tanya Arka
"Aku tadi setelah membawa makanan ke meja kami, aku langsung bergegas menuju toilet untuk buang air kecil, dan aku tidak menunggunya dikarenakan aku sudah tidak tahan lagi". Jelas Jawab Nayira
"Ya sudah jaga dia baik-baik ya, saya mau pergi dulu saya masih banyak urusan". Ujarnya seraya meninggalkan Nayira
Langit sudah tak lagi membiru, ronanya sudah berubah perlahan menjadi jingga, mentari pun perlahan menundukkan pandangannya. Tapi disinilah Arka di ruang rapat, walaupun jam pulang sekolah sudah berlalu 30 menit
"Kita harus bagaimana?". Tanya kasa
"kenapa kamu sangat yakin jika Naufal yang melakukannya pada Ain". Tanya Arman intens
"Entah intuisi dalam diriku mengartikan itu". Jawab Arka
"Saya rasa pertemuan antara Pak Adi dan Naufal harus disegerakan". Ujarnya
"Saya setuju dengan pendapatmu, Ka". Ujar Arman dan Kasa bersamaan
Keesokannya Naufal tengah menunggu Pak Adi diruang BK dengan raut wajah ketakutan
"Naufal, apa kamu tahu apa alasan saya memanggilmu". Tanyanya Tegas
"Maaf pak saya tidak tahu". Jawab Naufal resah
"Apa tidak cukup kamu merokok dan saya cabut beasiswa kamu, apa kamu mau saya keluarkan". Tanya Pak Adi
"Maksud Bapak?". Tanyanya polos
"saya sudah tahu jika kamu yang menaruh kecoa di mangkuk bubur salah satu siswi kan". Tanya Pak Adi
"Pasti anak itu mengadu". Ujar Naufal seraya menaruh lipatan tangan diatas dada
"Tidak siswi tersebut tidak mengadu, banyak saksi yang melihat dan saya melihat itu sendiri dari kamera pengintai". Ujarnya
"Dan saya mau beritahu, bukan siswi tersebut yang mengatakan jika kamu merokok di ruang rapat organisasi tetapi saya juga melihat dari kamera pengintai". Lanjut Pak adi
"kenapa bapak tahu perihal itu". Ucap Naufal gugup
"Jangan kamu kira saya diam saja, saya diluaran sana memiliki intel tersendiri". Ucap Pak Adi
"Sudah kembali ke kelasmu". Ucap Pak Adi
"Oke pak, Wassalamualikum". Ujar Naufal seraya pergi menuju pintu keluar
"Waaalikumsalam". Ujar Pak Adi

KAMU SEDANG MEMBACA
Sabit
Short Storypertemanan adalah awal dari segalanya entah itu percintaan atau permusuhan. Rasa dendam memang tidak ada habisnya untuk memperebutkan kekuasaan, otak harus bisa berasumsi dan berintuisi dengan cepat, akankah Arka Adhi pratama akan bisa melewatkan in...