"i said you were waiting in bed, why are you here? your wound hasn't healed yet." ujar gadis yang sedang mengambil es batu dikulkas.
"udah kangen." jawab pemuda berambut coklat itu dan memeluk gadis itu dari belakang.
"dih awas ah, dingin nih." ujarnya yang membawa es batu.
"dibilang kangen kok, malah ditinggal. udah nggak lama sayang-sayangan juga." pemuda itu cemberut.
"makannya kalo mau sama aku terus, putusin dong pacar kamu."
"ck, jangan mulai ah."
"emang kenyataan kan, pacar kamu yang itu lebih kamu prioritasin."
"males aku kalo kamu begini, setiap ketemu pasti kita ribut."
"ya iya lah, kapan coba kamu putusin pacar kamu itu? aku capek tau, jadi selingkuhan kamu, kamu nggak mikirin perasaan aku apa?"
"you'll know, i love you and i love her. aku nggak bisa milih, dan kalaupun bisa, aku nggak akan milih antara kamu dan dia."
"bodoamat sama dia, pokoknya kamu harus pilih aku, kamu putusin atau kita putus."
"aku butuh waktu—"
"oke, i give you time."
—
hari ini siyeon dibikin resah gara-gara jeno udah tiga hari ini tiba-tiba ngilang. waktu hari pertama dia biasa aja, karena jeno sering bolos tanpa alasan. hari kedua, siyeon khawatir karena jeno nggak ada kabar sama sekali. dan hari ini hari ketiga, ia resah.
siyeon memandang layar handphone sendu karena handphone jeno juga tak aktif sama sekali.
"oy, yeon. paham, 'kan?"
lamunan siyeon buyar, "hah?"
"hah heh hah heh, nggak ada jawaban lain apa? ngomong gitu terus daritadi." sungut eunbin sebal.
"eh? maaf."
"kenapa sih lo."
"hah emangnya kenapa?"
eunbin berdecak, "lo... lagi ada masalah gitu?"
"enggak kok, nggak ada." jawabnya sembari menggelengkan kepalanya.
"halah nggak percaya gue mah, dari raut wajah lo udah keliatan jelas tau." eunbin mendekatkan diri ke siyeon dan berbisik, "gue udah tau masalah lo."
"hAH? DEMI APA? SIAPA YANG NGASIH TAU LO?!" teriakan siyeon membuat seisi kelas menoleh padanya.
"buset, kaget amat lo kayak abis tau rahasia negara."
siyeon terkekeh, "maaf, abisnya—"
"dari seonho. kemarin dia bilang begini 'eh lo tau nggak, kemarin kan gua papasan nih sama siyeon, wajahnya bete banget, ya wajar sih dia kan anak berpengaruh untuk masa depan sekolah ini, ikut lomba sana sini, eh itu nggak penting. yang lebih penting tuh lo tau kan lomba tari tradisional yang diadain di solo? nah, tau-tau siyeon ikut woi! dia dipilih sama bu erna! eh eh ternyata siyeon nggak bisa, tapi mah bu erna tetep maksa, dia bilang 'kamu kan bisa balet, pasti bisa tari dong' idihhh kayak kekurangan penari banget kesannya ya dan lebih parahnya lombanya lusa woi anjir aduh pusing gue ngomongnya' gitu."
siyeon lega, dia kira eunbin tau soal masalah jeno dan dengan hubungannya. taunya bukan, itu bukan masalah utama. "itu bener sih, tapi—"
"halah nggak usah banyak bacot, aYO GUE BANTUIN NGOMONG SAMA BU ERNA!" eunbin menarik siyeon ke ruang guru. dan siyeon hanya pasrah dibuatnya.
—
"ey ey cantik, mau kemana nih?" goda hyunjin pada adik kelas yang lewat di depannya.
cewek itu gugup bercampur senang, "eh itu mau ke—"
"idih emang lo cantik?? HAHAHAHA MIN SIAPA YANG BILANG DIA CANTIK MIN HAHAHAHA"
"wah pede banget anjir HAHAHAHAHA."
dan air muka cewek tadi langsung berubah masam bercampur kesal lalu ia langsung berlari menjauh dari hyunjin dan seungmin.
yah inilah sifat hyunjin, ganteng-ganteng rada brengsek gitu ditambah seungmin yang mukanya adem tapi nyatanya bermulut pedas, nggak akan pernah gagal membuat segala obyek disekitarnya menderita atau merasa malu.
untung sunwoo dan eric sedang sibuk dengan persiapan lomba futsalnya. kalau gabung, bakal intropeksi diri kali satu sekolah di katain geng bebek (karena mulutnya nggak bisa diem dan berisik).
"duh perut gua sakit anjay ketawa mulu." ujar seungmin sembari memegang perutnya.
hyunjin menyeka air matanya karena terlalu lepas tertawa. "ketawa itu berkah, nambah-nambah berkah ini kita."
"anjir itu bukannya si culun? wah gile dia lepas kacamata anjir." seungmin menunjuk salah satu orang yang sedang berjalan di koridor sekolah.
hyunjin dan seungmin tatap-tatapan, memberi kode mata kalau disubtitle menjadi 'sambat nih?' lalu tanpa babibu mereka beranjak dari kursi dan menghampiri si culun.
"wadaw kacamatanya kemana nih."
"hilang kali ya?"
keberadaan mereka yang sedang mengganggu si culun menarik perhatian siswa-siswi.
"atau... udah operasi lasik kali, jin."
"widih kaya amat pake operasi lasik segala." hyunjin merangkul si culun.
"hyunjin, seungmin, tolong jangan ganggu aku hari ini." ujarnya dengan suara gemetaran.
"lur, apa kata dia tadi?"
"tau nih, ngomong apa ngegumam sih lo?"
"j—jangan ganggu—"
"hEH! LAMBE! JAUHIN TANGAN LO DARI BADAN DIA!" teriakan membahana dari belakang mereka, membuat ketiganya serta siswa-siswi yang menonton mereka menoleh.
disana shin ryunjin siap melempar bola tenis ditangannya, "lepasin atau gue lempar ini bola ke bibir lo biar tambah dower?!"
hyunjin menghela nafas, menarik tangannya dari bahu si culun. dia memberi kode mata kepada seungmin. kira-kira subtitle-nya akan berbunyi, 'siap-siap kabur lur'
hyunjin membalik badan, sehingga ryunjin berada di belakangnya. "iya maaf, sayanggGGGG AKHH KABUR LUR!"
"SAYANG SAYANG KEPALA LO PEYANG!"
bola itu nggak berakhir di bibirnya kok, cuma punggungnya.
—
ngeGASSSS ITU ENAK, JADI, JANGAN LUPA KOMEN YAAA