Merahasiakan Rahasia

22 2 0
                                    

Kaina terpaku di kursi yang ia duduki saat melihat seseorang yang berada satu meja dengannya malam ini. Dia adalah Arya. Pria yang Kaina harap tidak akan ditemukannya lagi saat ini duduk tepat di depannya.

Arya menyuapi makanan di piringnya sambil menatap Kaina tanpa ingin menoleh ke siapa pun. Bahkan tawaran juwita untuk menambah lauk pun tidak diindahkan Arya. Hingga suara prof Reon lah yang mengalihkan wajah Arya sebentar lalu kembali pada Kaina.

"Kai, dia Arya. Anak teman saya yang saat ini merenovasi rumah sakit Anugrah." Prof Reon memperkenalkan anak sahabatnya itu namun Kaina sangat enggan menyunggingkan senyum ramahnya pada Arya. Kaina hanya menoleh sekilas lalu kembali pada piringnya.

"Dan Arya, dia Kaina dokter di rumah sakit saya. Kaina ini sudah bertunangan dengan anak saya, Bimo." Ujar Prof Reon pada Arya.

Arya tersedak dengan makanan yang belum sempat ia telan sepenuhnya. Arya terbatuk-batuk mendengar penjelasan yang dilontarkan Prof Reon. Pria tua itu membanggakan hubungan pria lain dengan wanitanya. Arya sangat tidak terima dengan ini semua.

Arya menatap tajam pada Kaina yang semakin terlihat kaku di tempatnya. Sedang Kaina menahan sesak di dadanya ketika keadaan ini tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya. Ini sangat menyulitkan bagi Kaina.

"Om ini minum." Gadis kecil yang duduk di sebelah kanan Kaina berdiri menghampiri Arya dan memberikan segelas air putih padanya. Arya tertegun melihat gadis kecil yang kalau diperhatikan matanya sangat mirip dengan dirinya. Arya menerimanya sambil tersenyum lalu meminumnya.

Arya berdehem lalu mengalihkan pandangannya pada sesosok pria yang duduk di sebelah kiri Kaina dan mengulurkan tangan kanannya pada pria itu, "selamat buat lo yang udah masuk ke dalam kehidupan wanita secantik dia." Mata Arya menunjukkan isyarat ke arah Kaina.

Bimo menerima uluran tangan Arya dan mengatakan terima kasih dengan bangga. Keadaan malam itu sangat awkard untuk Arya terlebih Kaina yang sejak awal datang tidak banyak bicara. Malam itu adalah awal bagi Arya dan Kaina.

Awal bagi mereka harus berpura-pura saling tidak mengenal. Awal bagi Arya mengetahui kenyataan pahit yang harus Arya terima. Awal bagi Kaina dengan keadaan dilema yang ia hadapi.

Setelah undangan makan malam di rumah Prof Reon yang ternyata hanyalah perkenalan Arya dengan keluarga Prof Reon juga calon menantunya. Hah, calon menantu. Tunangan anaknya. Arya tersenyum getir ketika mengingat bahwa wanitanya sudah menjadi milik orang lain.

Arya kacau bukan main. Hatinya babak belur saat melihat bagaimana sikap perhatian yang diberikan Bimo pada Kaina saat itu tepat di depan mata Arya. Dirinya hanya menjadi butiran debu yang tidak sama sekali dianggap keberadaannya oleh Kaina di sana.

Saat mellihat kedekatan Kara dengan Bimo dan keluarga prof Reon, Arya semakin hancur. Arya sangat yakin dengan gadis kecil itu adalah anaknya. Anak yang dikandung Kaina enam tahun yang lalu. Anak buah cinta mereka. Arya sangat yakin saat melihat wajah Kara yang hampir mirip dengan wajahnya.

Arya melirik dirinya di layar gawai miliknya. Arya mengingat-ingat bentuk wajah bulat Kara persis seperti wajah Kaina. Lalu bibir Kara tipis seperti Kaina. Kulit putih Kara seperti Kaina. Rambut lurus Kara seperti rambut Arya. Mata gadis kecil itu persis seperti Arya berwarna coklat. Lalu hidung Kara seperti dirinya. Dan Arya yakin, wajah Kara perpaduan wajah mereka berdua.

Arya memutarkan mobilnya pulang. Arya mengambil satu botoh whisky di dalam kulkas. Arya butuh minuman untuk menenangkan pikirannya. Lalu Arya membawanya pergi ke arah rooftop. Tempat yang paling disukai Kaina dan Arya ingat sekali Kaina yang sangat suka jika mereka berdua sedang berduaan di rooftop sekolah mereka untuk menatap keindahan kota Bandung.

"Kenapa cinta bisa buat gue gila?" omongan Arya mulai melantur saat setengah botol whisky sudah habis ditelannya. "Kenapa wanita yang gue cinta ngejauhi gue?" Arya terduduk diatas lantai atap dan meletakkan botol minuman itu di samping kanannya. Menekukkan kedua lututnya sambil memeluk dirinya sendiri.

"Kenapa cinta pertama gue sekarang memilih orang lain dari pada gue? Salah gue apa?" Arya berteriak kencang menyalahkan dirinya sendiri di atas atap apartement miliknya. Arya merancau tidak karuan, meluapkan segala sakit yang Arya rasakan.

Tubuh Arya bergetar dalam dekapan dirinya sendiri. Wajahnya ia tenggelamkan di antara lututnya. Arya menangis.

Hembusan angin malam membisikkan sesuatu di telinga Arya. Arya menyadari sesuatu, dirinya tidak boleh menyerah. Sudah bertahun-tahun dirinya mencari Kaina. Arya tidak boleh kalah. Kaina miliknya, cintanya, wanitanya. Arya tidak akan rela melihat Kaina bahagia dengan pria lain. Arya tidak akan pernah sanggup.

*

Kaina sudah berada dalam kamar tidurnya. Malam ini Kara tidur berdua dengannya. Gadis kecilnya sudah terlelap beberapa menit yang lalu. Kaina memandang wajah Kara yang tidak bisa dipungkiri dominan wajahnya dan lelaki yang telah meninggalkannya.

Arya datang lagi ke dalam kehidupan Kaina setelah enam tahun mereka berpisah. Kenapa saat Kaina sudah melangkah maju namun masa lalu menariknya kembali untuk berhenti? Kaina meneteskan air matanya saat tangan Kaina terulur membelai wajah Kara.

"Bunda harus gimana sayang?"

Perlahan Kaina hapus air mata yang sempat terjatuh ke wajah Kara. Beruntung Kara tidak terusik dalam tidurnya. Kaina mengecup pipi Kara lalu pergi menuju balkon. Malam ini tidak banyak bintang. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Segelas teh hangat menemani Kaina malam ini. Diteguknya perlahan sambil menghirup aroma teh hijau digenggamannya. Angin malam membelai tubuh Kaina hinggal mengigil. Ditariknya selimut yang sejak tadi sudah melekat ditubuh Kaina.

"Kenapa dia datang lagi?" bisik Kaina pada dirinya sendiri. Kaina menatap langit malam yang perlahan meneteskan rintik hujan. "Aku harus gimana?" Air mata Kaina perlahan jatuh kembali bersamaan dengan hujan yang jatuh.

Kaina membekap tubuhnya dalam selimut. Bergetar dan sesak di dadanya mengantarkan air mata yang lebih deras lagi. Kaina menyadari sesuatu bahwa enam tahun ini hanya ada Kara di hidupnya.

Kara buah hatinya yang sangat Kaina sayangi. Kara tidak boleh mengetahui siapa ayah kandungnya. Kara tidak boleh bertemu dengan Arya lagi. Kaina menjauhakan Kara dari Arya. Kaina sangat takut dengan kemungkinan yang akan terjadi. Arya mengambil Kara dari hidupnya.

____

CINTA UNTUK KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang