Undangan Makan Malam

24 2 0
                                    

Arya membatalkan keinginannya untuk pulang ke Bandung. Arya memutuskan untuk tetap tinggal di Jakarta. Setelah pertemuan di rooftop rumah sakit dengan Kaina, Arya yakin sekali ada sesuatu yang dirahasiakan Kaina pada dirinya. Ialah Kara.

"Mbak di sini ada nama dokter Kaina Novilda?" Malam itu pun Arya tetap berada di rumah sakit. Berharap akan bertemu lagi dengan Kaina. Arya memaksa resepsionis memeriksa daftar nama dokter yang bekerja di rumah sakit Anugrah.

Nihil.

Arya sungguh tidak percaya jika Kaina bukan seorang dokter di rumah sakit ini. Dia sangat percaya melihat seragam putih yang melekat di tubuh Kaina sore tadi. Arya teringat dengan seorang perawat yang menjaga Kara waktu itu.

Sialnya Arya tidak tahu nama perawat centil itu. Arya mengelilingi rumah sakit namun sama saja, perempuan itu tidak ada.

Arya meninggalkan rumah sakit dengan keadaan kacau. Hatinya resah, pikirannya hanya pada Kaina. Wanita yang disayanginya selama ini telah ditemukannya lagi. Kekasih yang sangat dicintainya selama ini ternyata masih hidup.

"Wine!"

Seorang bartender memberi segelas minuman. Arya meminumnya dengan sekali teguk. Arya memintanya berkali-kali hingga kepalanya sudah terjatuh di atas meja bar tanpa ia sadari. "One more." pintanya. Namun seseorang mencegahnya. Mengajaknya pergi dari tempat itu.

"Lo mau mati?"

Arya memandang wajah orang itu dengan samar. Arya tersenyum miris dengan keadaannya. "Bukan urusan lo!"

"Anjir. Nggak di situ juga tempat lo mau mati."

Matahari menelisik wajah tampan Arya. Perlahan mata Arya terbuka dan melihat ruangan yang ia tempati. Ini adalah kamarnya. Segera bangkit dari tempat tidur, Arya berjalan menuju dapurnya. Jalan perlahan sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing.

Melihat sesosok pria duduk di sofa dengan segelas kopi dan televisi yang menyalakan film kartun Doraemon. Egha melirik ke arah Arya yang berjalan menuju dapur dan tidak mempedulikan dirinya. Egha Alexander adalah teman kuliah Arya. Saat mereka lulus, Egha memutuskan kembali tinggal di Jakarta.

"Nggak jadi pulang ke Bandung lo?"

Arya tidak ingin menjawab pertanyaan Egha. Dirinya masih merasa pusing akibat minuman yang sangat over ia nikmati semalam. "Mending elo yang pulang."

"Anjir! Gini amat balasan lo sama teman yang udah nolongi lo lagi teler? Untung lo nggak dilempar security keluar." Ucap Egha nggak terima.

"Lo juga bisa gue lempar dari apartment ini." balas Arya sarkastik.

"Taik! Lagian kalau lo mau cewek di Jakarta juga banyak." Kata Egha masih ditempatnya. Egha tidak peduli dengan perkataan Arya yang sudah sangat jelas mengusirnya. "Terus Ina yang lo sebut semaleman itu siapa, men?"

*

Kritis

Siang ini rumah sakit Anugrah sedang mengalami kekacauan. Pasien bernama Rini mengalami koma setelah menjalankan operasi. Kaina frustasi melihat kondisi Rini saat ini. Harapan Kaina tidak seperti takdir yang Tuhan inginkan.

Bimo duduk di samping Kaina yang sedang menangis. Pasalnya ini kasus yang seharusnya tidak harus Kaina paksakan. Ini hasil egonya yang berharap akan kesembuhan pasiennya. Namun Tuhan tidak semudah itu mengabulkannya.

CINTA UNTUK KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang