Bandung, 2013
Bel berbunyi, murid sekolah Garuda masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Anak-anak berlarian sebelum petugas piket sekolah menangkap mereka dan memberi hukuman pada anak-anak badung.
Pagi ini kelas XI-C belajar Matematika. Ibu Yunita memberi tugas pada mereka. Ruangan kelas senyap. Hingga suara ketukan pintu kelas membuat mereka menoleh, ternyata kepala sekolah datang dengan seorang anak laki-laki yang sangat asing dengan lingkungan sekolah mereka.
Kepala sekolah melangkahkan kakinya dan memperkenalkan anak laki-laki itu pada ibu Yunita. Setelahnya kepala sekolah keluar dari kelas mereka. Anak laki-laki itu berdiri tegab menghadap pemilik kelas.
"Perkenalkan nama saya Arya. Saya murid pindahan dari sekolah di Jakarta. Mulai hari ini saya akan belajar di sini. Semoga teman-teman bisa menerima saya dengan baik di kelas ini."
"Cakep banget ya, Bu." Seru Anita salah satu murid di kelas tersebut.
"Boleh minta nomor teleponnya, nggak?" Tambah Tata semakin membuat suasana kelas yang mulai berisik semakin tak terkendali dengan sorakan bersahutan murid lainnya.
Lalu ibu Yunita mempersilahkan Arya duduk di kursi kosong. Di kelas ini tersisa dua kursi. Yang satu dibarisan kedua tepat di depan meja guru. Satunya lagi diurutan terujung ke tiga sebelah kiri ibu Yunita yang disisinya sudah diisi oleh seorang cewek dengan rambut kuda dan sejak tadi Arya perhatikan sama sekali tidak ingin melirik ke arahnya dan tetap focus dengan selembar kertas dihadapannya.
Arya dengan senang hati berjalan menuju tempatnya. Saat Arya sudah duduk di sana, barulah perempuan bermata kelereng hitam itu menoleh padanya. Arya tersenyum dan tidak mendapat respon apa pun darinya.
"Arya." Tangan Arya terulur memperkenalkan diri.
"Kaina." Jawabnya tanpa repot-repot membalas jabatan tangan Arya. Dia masih pada angka-angka di sana.
Lalu Arya menuliskan sesuatu di selembar kertas dan menyodorkannya pada teman barunya itu.
Hai, gue Arya.
Mulai hari ini lo teman gue.
Mata Kaina membulat membaca selembar kertas yang disodorkan padanya. Kaina menoleh dan bersedia memperingati tapi Arya sudah focus pada selembar kertas soal yang baru saja diberi ibu Yunita padanya.
Suasana kantin siang ini ramai sekali. Arya melirik ke sekeliling untuk mencari tempat duduk. Arya membawa semangkuk somay dan es teh manis ke arah sebuah kursi kosong di sudut kantin. Di sana sudah ada seorang cewek duduk menikmati makan siangnya.
"Gue boleh duduk di sini?" tunjuk Arya pada kursi yang memang tidak berpenghuni di depan cewek itu. Tidak ada respon apa pun namun Arya tetap saja mendudukkan bokongnya di sana. Arya tidak peduli dengan puluhan mata yang memperhatikan dirinya dan perempuan yang ada di depannya ini.
"Hei, lo kok jutek terus sih sama gue?"
"..."
Mata Arya melirik beberapa perkumpulan cewek-cewek di dalam kantin ini. "Lo nggak ikutan ngumpul kayak mereka?"
"..."
Arya kehabisan kalimat. Sampai seorang cewek yang sengaja berjalan melintasi mereka bergumam, "ganteng sih tapi sayang pilihannya buruk." Dan Arya sangat jelas mendengar kalimat olokan itu. Kaina berdiri dari tempat duduknya. Kaina pergi dari keramaian di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK KARA
Romance'Kesalahan yang kita buat di masa lalu menyakitkan dia yang seharusnya mendapatkan cinta selayaknya' _____ Ini kisah mereka yang menjalani hidup dengan kebohongan beralasan demi kebaikan masa depan dan keluarga. Pernikahan yang dilaksanakan dengan d...