Chapter IV

16.3K 2.3K 132
                                    










Jeno memasukkan beberapa belanjaan seorang pelanggan saat ini, ia bekerja shift malam untuk menghidupi keperluan sehari-harinya seperti makanan dan biaya kebutuhan hidupnya. Dia hanyalah seorang anak yatim piatu yang tidak memiliki apapun, maka dari itu ia sangat bersyukur bisa berkuliah dengan beasiswa penuh meski harus menahan rasa malu akibat sering di bully. Ia tidak tahu kenapa nasibnya selalu saja sial, padahal ia hanya berteman dengan gadis bernama Park Siyeon itu, tapi rasanya satu universitas memusuhinya, maka dari itu ia dengan terang-terangan berkata pada Siyeon untuk memutuskan ikatan pertemanan mereka. Masih terngiang dalam benaknya jika Siyeon menangis karena ia yang benar-benar sudah tak sanggup lagi untuk menerima segala kearoganan dari teman-teman Siyeon yang tampak sangat membencinya. Jeno tahu dan ia sadar akan posisinya.

"Kau-", lamunan Jeno buyar seketika saat suara di kenalnya memasuki indera pendengarannya. Jaemin menunjuk kearahnya dengan wajah terkejut dan mulut ternganga, sedangkan ia hanya bisa tersenyum.

"Berapa semuanya", setelah lama terdiam dengan hanya memperhatikan kegiatan Jeno yang menscan barang belanjaannya, kemudian Jaemin membayarnya setelah Jeno menyebutkan jumlah nominal yang harus di bayarnya. Selesai dengan itu semua, tadinya Jaemin berniat langsung pergi saja namun Jeno memanggil namanya.

"Jaemin! Bisa bicara sebentar?", Jaemin pun mengangguk entah kenapa, padahal dia benar-benar berharap akan segera pulang kerumah dan tidur di atas kasurnya atau tidak menonton film dengan tanpa gangguan dari Mark yang pergi pariwisata dengan teman satu jurusannya.

"Terima kasih atas bantuan tempo hari..", Jeno mencoba untuk rileks meski kantungnya berdebar begitu kencang, ia mencoba terlihat sesantai mungkin agar Jaemin tak menatapnya dengan aneh kemudian menendangnya karena mengira dirinya mesum, karena jujur saja saat ini ia merasakan panas di wajahnya. Berdekatan dengan Jaemin membuat detak jantungnya berdegub kencang tak karuan. Dan dia takut Jaemin menyadarinya, meski tanpa ia ketahui Jaemin menyadarinya juga dan mencoba menahan kekehannya agar tak terdengar oleh Jeno.

"Tidak masalah, harusnya kau dengarkan saja apa yang dikatakan mereka. Mungkin mereka cemburu melihatmu dekat dengan gadis bernama Siyeon itu", Jaemin entah kenapa berucap panjang lebar dengan memberikan saran yang sudah Jeno laksanakan jauh-jauh hari, Jaemin merasa ada yang aneh terhadap dirinya dan ia seharusnya tak perlu ambil pusing seperti biasanya, tapi mimpi itu kembali terngiang dan ia mencoba untuk mengabaikannya sebisa mungkin dengan wajah datar andalannya.

"Aku tidak berteman lagi dengannya sudah dari semenjak pertama mereka melakukan itu padaku, aku sadar dan tahu dimana posisiku", Jeno menatap lurus kedepan entah apa yang di pikirkan pemuda itu dan Jaemin sungguh tak mau ambil pusing. Namun, lagi-lagi matanya dengan polosnya menatap kearah wajah itu dan mengagumi bentuk rahang Jeno. Ah, ada apa denganmu Na Jaemin...











.






Jaemin jujur saja merasa bingung, ia tak sadar telah menemani Jeno hingga shift kerja nya habis sebelum jam dua belas malam dan dia semakin merasa bingung dengan anggota tubuh dan hatinya serta pemikirannya yang bekerja sama menyambut uluran tangan Jeno saat mengajaknya berteman. Dan lebih sialnya lagi, sekarang mereka pulang jalan kaki berdua, hanya berdua. Dengan keadaan sedikit canggung di antara mereka berdua, Jaemin ingin berteriak tapi tak menemukan alasan untuk melakukannya.

"Biar aku antar", ucap Jeno mencoba memecah keheningan diantara mereka saat ini, Jaemin dapat melihat sesekali kaki milik Jeno menendang kerikil kecil yang ada di depannya dan entah ada apa dengannya hari ini, Jeno begitu menarik atensinya.

"Tak usah, kau saja yang aku antar", ucap Jaemin dengan tenang. Bagaimana bisa ia membiarkan Jeno mengantarnya ke tempat yang jaraknya saja cukup jauh dari posisi mereka, ia tadi meminta Louis mengantarnya ke minimarket untuk membeli yoghurt dan yang lainnya untuk cemilannya ketika ingin menonton film. Stok di kamarnya habis, begitulah alasannya.

Moonwalk ✔| Nomin ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang