Chapter XVI

11.5K 1.6K 55
                                    

Sorry for typo....







.









Jeno mengangkat wajahnya, sekelilingnya gelap, sunyi, tenang, sepi, tak ada apapun yang bisa di lihat. Begitu senyap bagai terkurung di sebuah ruangan kedap suara nan gelap. Jeno menghela nafas, begitu gelap hingga kilas masa lalu berputar di kepalanya, bayangan-bayangan kebahagiaan kecilnya bersama mendiang sang ibu terlintasㅡ Jeno tersenyum manis.




Sejenak ada keraguan hingga kemudian hatinya di teguhkan oleh kenyataan yang ia sadari, dirinya telah meninggalㅡ apakah kini ia berada di dunia arwahㅡ Jeno tak tahu sama sekali, hanya ada kilas balik masa lalu menyeruak kepermukaan. Menampilkan frame masa lalu yang di penuhi kebahagiaan sederhana dari mendiang sang ibu.



"Kau disini nak, kemarilah." Jeno tertegun, suara sang ibu terdengar mengalun dengan lembut. Tiba-tiba cahaya terang bersinar dari arah belakang, sang ibu berdiri dengan senyum cantiknya, mengulurkan tangan untuk Jeno raih.



"Ibu sudah menunggumu bersama ayah."  Terlihat seorang pria paruh baya dengan wajah tampannya melambai di balik tubuh sang ibu, senyum terpancar dari wajah keduanya. Jeno terharuㅡ  senyum manisnya bertengger di wajah sembari membawa langkah kaki menghampiri sang ibuㅡ berniat untuk meraih tangan wanita cantik itu dan menggenggam tangannya dengan  erat. Hingga satu tarikan membuat tubuhnya terdorong ke belakangㅡ Jeno menoleh dan tersentak kaget.


"Tempatmu bukan disini,  kembalilah." Jeno mengernyitkan keningnya, kenapa pria iniㅡ astaga!




"Kau?"





"Ada seseorang yang menunggumuㅡ cepatlah pergi, posisimu disiniㅡ biar aku yang menggantikkan." Jeno terdorong oleh pria bernama Ethan dengan ruangan gelap yang terasa  begitu sepi. Tak ada lagi cahaya yang tadi ia lihat, bayangan sang ibu menghilang.









 Tak ada lagi cahaya yang tadi ia lihat, bayangan sang ibu menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Nyonya Na tetap menarik tangan Jaemin meski beberapa kali putra bungsunya itu hampir melukai tubuhnya, mata gelapnya tak lagi memancarkan cahaya keceriaan. Matanya tertutup oleh kabut gelap pekat yang sulit untuk ia  tembus, berkali-kali wanita itu memanggil nama sang anak dan mencoba menarik  pemuda itu dari alam bawah sadarnyaㅡ namun hasilnya nihil. Keputusasaan yang ia rasakan benar-benar tak bisa di tembusㅡ seolah tuli, Na Jaemin mengamuk di sana. Menghancurkan beberapa sudut bangunan, sedangkan sang ibu berusaha sekuat tenaga agar putra bungsunya mampu menarik dirinya agar segera tersadar.


"Sayang." Nyonya Na kembali memanggil Jaemin, namun pemuda itu tak mendengar sama sekaliㅡ sibuk menghancurkan sekitarnya dan menatap nyalang kesegala arah. Aura hitam pekat itu begitu jelas terlihatㅡ rasa keputusasaan, kemarahan dan kesedihan bergelung menjadi satu. Na Jaemin di selimuti kegelapan iblisㅡ bola mata putihnya berubah menjadi hitam, tanda akan kegelapan sudah berhasil mengambil alih dirinya.


Moonwalk ✔| Nomin ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang