Chapter VI

14.8K 2.2K 95
                                    







Tubuh Jaemin membeku, masih membeku bahkan saat Jeno duduk tepat di sampingnya pun. Hingga akhirnya ia menghela nafas dan menyerah, tidak ada gunanya menghindari Jeno yang super ceria itu jika berada di dekatnya. Entah ini hanya perasaannya saja atau apa memang benar begitu adanya. Jaemin masih ingat betul, di pertemuan pertama mereka Jeno adalah anak pemurung yang selalu terbully entah dengan alasan apapun itu yang menimpanya. Jaemin terkadang tak bisa mengerti, alasan di balik orang-orang yang membenci Jeno, apa hanya karena dia masuk ke universitas dengan beasiswa? Jika itu memang benar, maka sungguh tidak adil sama sekali bagi Jeno dan well, Kenapa Jaemin jadi memeperhatikan pemuda itu sekarang. Jujur saja, ini gila. Jantungnya berdebar-debar sekarang.

"Aku ingin bicara. Boleh aku mengatakan sesuatu padamu?" Jaemin ingin sekali berlari dan mengatakan tidak ada yang perlu mereka bicarakan. Mereka tidak ada urusan apapun saat ini, tapi entah mengapa tubuhnya tak mau di ajak berkompromi. Masih berdiam diri di sana dengan posisi yang sama, sedang otaknya terus meneriakkan agar segera lari dari sana dan kembali ke mansion lalu mengunci diri di kamar. Yah, meskipun Mark tetap akan dapat masuk dan membuka kunci pintu dari dalam. Pada akhirnya, Jaemin menghela nafas dan menyerah pada keadaan.

"Silahkan.. aku akan mendengarkan." Jeno tersenyum meski tanpa Jaemin menoleh ke arahnya sekalipun. Ia merasa di beri kesempatan, entah kenapa ia meyakini bahwa apa yang ia rasakan saat ini memang perlu di ungkapkan. Ia hanya ingin mengakui perasaannya dan berada di sisi pemuda manis itu yang terlihat seperti menyembunyikan sebuah rahasia yang tidak bisa ia bagi pada siapapun.

"Aku.. menyukaimu." Jaemin langsung menoleh, menatap tepat kedalam manik mata Jeno. Mencoba mencari-cari suatu kebohongan yang berada di balik ungkapannya barusan. Ia tidak ingin percaya selama ia masih belum bisa menerima jika dirinya adalah seorang submissive.

"Kau?"

"Sungguh, aku pun awalnya mencoba menyangkal perasaanku sendiri." Jeno terlihat menerawang ke depan, entah apa yang pemuda itu perhatikan.

"Rasanya benar-benar nyaman hanya dengan berada di sampingmu." Jeno kembali bersuara dengan tatapan masih menerawang ke depan. Jujur saja, entah apa yang ingin Jaemin rasakan saat ini menjadi buram. Antara bingung, bahagia, sedih dan kesal bercampur jadi satu dengan satu perasaan lebih mendominasi, bahagia.

Dan kembali jantung itu berdegub kencang dan menggila, Jaemin ingin sekali menghajar jantungnya yang tak bisa bertindak dengan normal, tapi jika hal tersebut ia lakukan maka tamat sudah riwayatnya.

"Aku merasa lancang telah menyukaimu dan jatuh cinta padamu." ungkap Jeno akhirnya, jujur ia merasa sesuatu tiba-tiba membuatnya sedih. Jaemin terdiam setelah pengakuannya itu dan hal tersebut sukses membuat Jeno berpikiran suatu hal yang membuat dirinya sendiri kecewa. Dia merasa jika Jaemin bahkan tak menyukainya sama sekali, itu terasa sakit. Apakah ini yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan? Sesakit inikah? Padahal Jaemin belum mengutarakan apapun, tapi sudah sebegini sakit hatinya. Apalagi jika sampai Jaemin menolaknya baik secara halus maupun kasar, akan jadi seperti apa hatinya.

Di sampingnya, Jaemin masih berdiam diri. Mencoba menenangkan jantungnya yang semakin menggila setelah kalimat Jeno barusan, ini sensasi yang berbeda dari hanya sekedar degub jantungnya yang menggila, ini seperti rasa hangat memenuhi ruang hatinya. Oh, apa Jaemin sudah gila? Kenapa rasanya ia seperti tengah merasakan sesuatu yang berbeda di dalam hatinya.

Terdengar helaan nafas dari Jeno yang masih setia duduk di sampingnya hingga pemuda itu menoleh kearahnya dan Jaemin mau tak mau juga ikut menoleh dan menatap wajah entahlah, wajahnya seperti bersedih saat ini. "Maafkan aku, aku telah lancang. Lupakan saja apa yang ku katakan barusan, aku permisi dulu Jaemin." Jeno berusaha tak terlihat patah hati di hadapan pemuda manis itu, dan berusaha pergi untuk mencari tempat agar rasa sakit yang ia rasakan sepihak berkurang. Jeno melangkah seperti biasanya, meninggalkan Jaemin yang masih tak bersuara.

Moonwalk ✔| Nomin ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang