2

112K 1.6K 17
                                    

Dua hari berlalu, Mischa masih terkurung di kamar. Alvito hanya membuka pintu saat memberikan makanan. Mischa berusaha memakannya, ya, dia bukan wanita lemah yang pasrah akan keadaan. Dia harus kuat kemudian dia akan menghajar abang gilanya itu.

Ceklek. Pintu terbuka lagi. Mischa menatap nanar tubuh tegap lelaki itu, yang dua hari ini ada dalam pikirannya. Kali ini Alvito memasuki ruangan itu, kemudian mengunci pintu dengan cepat.

"Mischa." Panggilnya lembut seraya tangan menjambak rambut seolah frustasi.

"Apa maumu?!" teriak Mischa dengan kemarahan, air menitik di ujung matanya. Alvito mendekatinya, kemudian duduk di samping Mischa.

"Maafkan abang, sayang," bujuk Alvito lembut.

Mischa menepis tangan yang berusaha memeluknya itu dengan kasar.

Maaf? batin Mischa. Setelah semuanya?

"Abang mencintai Mischa, abang khilaf." Alvito menggenggam tangan Mischa.

Apa? Maksudnya? Mischa tercekat. Mischa ingin menarik lagi tangannya tapi genggaman Alvito terlalu kuat. Alvito yang melihat keterdiaman Mischa langsung mendekapnya erat.

Mischa meronta.

"Kalau terjadi apa-apa abang akan tanggung jawab," bisiknya.

"Brengsek! Brengsek! Alvito penjahat!" jerit Mischa.

"Itu juga pertama buat abang, karena abang ingin Mischa menerima abang. Makanya itu terjadi. Kamu mau kan maafin abang?"

"Nggak ..." Mischa menangis, tapi rontaannya mulai melemah."Mischa sangat sakit."

"Mischa nggak sayang abang?" tangan Alvito mengusap pipinya halus.

Mischa menatap wajah di hadapannya, kembali seperti biasa. Tidak seperti dua hari yang lalu di mana dia berubah menjadi begitu liar.

"Se-sekarang nggak." Air mata mengalir di kedua mata Mischa. Mischa sangat menyayangi abangnya, sangat ....

Alvito mencium bibir gadis itu pelan, tubuh Mischa bergetar. Ingin dia meronta tapi kedua tangannya ditahan oleh satu tangan abangnya. Perasaan aneh menelusup dada Mischa.

"Abang akan lakukan apapun, apapun supaya kamu maafin abang. Mischa sayang abang?"

Mischa bingung, namun, dia kemudian mengangguk pelan.

"Maaf, abang kasar sama kamu." Permintaan maaf dari abangnya terdengar tulus. Apa yang membuat abangnya bersikap begitu? selama ini Alvito sangat penyayang dan baik.

"Kenapa abang mengurung Mischa?" Mischa bertanya lirih.

Alvito tersenyum, suara Mischa mulai lunak dan memanggilnya dengan sebutan abang lagi.

"Soalnya abang tau kamu marah. Jadi abang menunggu. Masih sakit?"

Mischa mengangguk terisak. Dia bukannya sakit, hanya merasakan perasaan yang berbeda.

Alvito mengambil sesuatu dari saku celananya seperti berbentuk salep.

"Kemarin abang menyesal, jadi abang menemui Tante Rika."

Behind Your Smiles (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang