13

41.1K 860 21
                                    

Alvito memijat kepalanya, barusan mamanya menelepon dan menangis lagi, bercerita tentang hidupnya yang nelangsa setelah perceraian. Hati Alvito sakit. Kehidupan mamanya hancur setelah perpisahan itu.

Dulu mama meminta agar Alvito ikut dengan papanya, karena dia sadar dia tidak bisa memberikan kehidupan yang nyaman untuk Alvito. Apalagi saat itu Alvito sedang giat-giatnya merintis usaha, dia butuh saran papanya. Papa memang sangat berperan pada keberhasilan Alvito.

Beberapa tahun lalu Alvito mengajak mamanya tinggal bersama dia. Dia juga telah membeli rumah, walau tidak sebesar rumah lama mereka. Tapi beliau tidak mau. Mama Alvito berkata dia tidak ingin Alvito bertengkar dengan keluarga barunya. Terutama papanya yang sekarang membenci mama. Sekalipun papanya tidak pernah mengatakan hal itu, Alvito bisa merasakan.

Hati Alvito terasa kosong dan hampa sejak lama. Sampai kehadiran Mischa dalam hidupnya, tapi sayang itu tidak bertahan lama. Cinta? Apa itu? Begitu cepat perasaan manusia berubah.

Lamunannya terhenti saat Alvito melihat kelender. Dia tersenyum senang. Berduaan di rumah dengan Mischa? Siap-siap sayang.

"Sibuk bang?" Alvito menoleh saat karyawannya masuk ke ruangan.

"Oh kamu Bram. Kenapa?"

"Ada tawaran kerjasama dari komunitas kayu. Ini proposalnya." Bram duduk di depan meja Alvito.

Alvito menerima proposal itu, "Bagus juga. Ya boleh saja, memang kita perlu merangkul komunitas. Kamu temui saja penanggung jawabnya."

"Oke bang. Oh iya kemarin saya ketemu adik Bang Vito. Mischa."

Alvito menoleh, memang di kantor pembawaan Alvito sangat ramah sehingga karyawannya tidak segan berbincang, bahkan untuk masalah pribadi.

"Oh ya?"

"Ternyata sempit kota ini bang. Padahal saya sering mendengar nama adik abang itu." Bram tertawa.

"Kamu bikin aku penasaran Bram."

"Teman akrab saya, naksir berat dengan adik abang sudah lama. Dia sering cerita ke saya."

"Oh, Mischa memang banyak penggemar." Alvito tersenyum.

"Susah ya bang punya adik cantik."

"Merangkap jadi bodyguard, tapi nggak dibayar," jawab Alvito. Mereka berdua tertawa.

"Kasian si Lando, banyak saingan."

Alvito bergumam. "Kamu teman Lando?"

Bram mengangguk.

"Jadi kemarin kalian, maksudnya kamu dan Lando bertemu dengan Mischa?"

"Iya, jadi kaya double date bang. Soalnya Mischa bersama temannya juga."

Oh Sialan.

Alvito tertawa. "Asyik ya jadi anak muda."

Bram berpamitan keluar dari ruangan Alvito.

"Mischa, kamu mau main-main?" Alvito melirik smartphone-nya.

Ada pesan dari Mischa yang belum sempat di balas.

"Abang pulang jam berapa hari ini?"

Alvito mengetik pesan balasan.

''Nggak pulang"

"Kenapa?"

"Malas saja."

"Ih kenapa gitu sih?"

"Sedih."

"Apa sih?"

"Abang diselingkuhin."

"Apaan sih????"

Behind Your Smiles (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang