14

42.7K 881 26
                                    

Mischa menahan nafasnya, mama dan papa telah berangkat ke Banjarmasin. Bisa satu minggu atau lebih. Tangan Mischa yang berada di genggaman Alvito berkeringat. Mereka mengantar mama dan papa ke bandara.

Bukan baru kali ini mereka ditinggalkan berdua, hanya saja kali ini jelas berbeda. Mischa seketika memikirkan hal-hal yang akan di lakukan oleh Alvito padanya, juga yang akan dia lakukan.

"Ayo pulang," kata Alvito kepada Mischa. Mischa mengikuti langkah Alvito.

Di perjalanan pulang Mischa lebih banyak diam, memandang melalui kaca mobil. Alvito juga demikian. Dia beberapa kali melirik pada Mischa. Mischa mendahului Alvito masuk ke rumah. Menuju meja makan untuk makan siang. Mischa menyiapkan makan untuk dirinya dan juga Alvito.

"Wah udang saos." Mischa terpekik.

"Jangan banyak-banyak nanti alergimu kumat," tegur Alvito.

Mereka menikmati makan siang berdua. Alvito memandang wajah Mischa yang kepedasan, bibirnya memerah. Spontan Alvito menciumnya.

"Bang." Mischa terpana, dengan mulut terbuka. Mischa menoleh ke sekeliling mencari keberadaan Bibi Teti.

Alvito pun terperangah, "Maaf."

Mischa seketika berhenti makan. Duduk dengan gelisah. Alvito melanjutkan makan, sambil terdiam. Tak percaya dengan apa yang dia lakukan tadi.

"Bagaimana mas, mbak, enak?" Bibi Teti datang mencairkan suasana. Bibi Teti duduk bergabung dengan mereka.

"Bibi sudah makan?" tanya Mischa. Bibi Teti mengangguk.

"Oh iya bi, mulai besokkan mama dan papa ke banjar seminggu, bibi liburan aja," kata Alvito, semakin membuat Mischa kehabisan nafas.

"Serius mas?"

"Iya. Tenang aja gaji tetap full sebulan. Soalnya aku sibuk di kantor, Mischa juga menginap di rumah temannya. Sayang nanti makanan mubajir."

"Asyik deh kalau begitu." Bibi Teti gembira mendengar itu.

Mischa merasa panas di wajahnya, dadanya berdetak cepat dan semakin cepat. Alvito meliburkan Bibi Teti, padahal Bibi Teti biasanya pulang menjelang magrib. Alvito juga meliburkan Tukang Kebun mereka.

Alvito selalu terlihat tenang, Mischa melihatnya melanjutkan makan dengan santai. Bahkan di depan mama dan papa, Alvito selalu pandai menyembunyikan perasaannya.

Alvito kembali ke kantor siang itu, meninggalkan Mischa di rumah. Mischa menyelesaikan tugas kuliahnya, jangan sampai nanti dia kelupaan.

Menjelang sore Bibi Teti pamit pulang, tinggal Mischa sendirian di rumah. Mischa mengunci pintu rumah kemudian ke kamar. Mengunci pintu kamar. Rumah mereka besar dan luas, sendirian lebih baik di kamar.

"Bang Alvito." Mischa membisikkan namanya. Mischa sudah sangat merindukan Alvito. Mischa memandangi wajah Alvito di smartphone-nya. Tampan. Mischa beringsut dari tempat tidur dan mandi.

Sambil mengeringkan rambutnya dengan hairdryer Mischa mengoleskan lotion ke tubuhnya. Mama mengabari kalau mereka telah sampai di Banjarmasin. Mischa merasa tubuhnya merinding, kenapa Bang Alvito belum pulang? Lama sekali menunggu waktu berlalu, mata Mischa mulai mengantuk, sampai dia tertidur Alvito tidak muncul.

Behind Your Smiles (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang