Jeongin dan Seungmin baru datang dari sekolah. Jeongin bingung kenapa kakaknya yang pertama tidak menyambut kedatangan mereka, karena penasaran Jeongin bertanya.
"K-Kak, Kak Jeong dima-." Pertanyaan Jeongin langsung dijawab walaupun belum sepenuh kalimat dia sebutkan.
"Gak tau." Inilah jawaban singkat dari Seungmin.
"Tapi, tadi kaka telponan sama-." Kembali dipotong, tapi kali ini lebih ke bentak.
"Gua bilang gak tau! Kalo lo mau tau telpon aja sendiri!" Jawaban Seungmin kasar. Dia gak pernah sebelumnya kasar begini termasuk ke Jeongin. Marah pun gak sampai yang nyakitin, tapi sekarang sering terjadi ke Jeongin.
Jeongin menghela napas kasar, lalu mempertahankan agar airmatanya tidak turun.
'Kapan kak Umin bisa berubah?'batin Jeongin.
• di kamar •
Seungmin menghempaskan tubuhnya ke kasur miliknya bersama Jeongin. Jeongin yang melihat itu hanya tersenyum.
"K-Kak, Jeje atau kak Umin duluan yang mandi?" Tanya Jeongin. Tapi, pertanyaannya sama sekali gak dijawab.
"Yaudah, Jeje mandi duluan ya!" Ucap jeongin setelah itu berlari ke kamar mandi.
Seungmin membuka matanya perlahan dan memastikan bahwa Jeongin sudah benar-benar masuk ke kamar mandi. Seungmin lagi-lagi merasa bersalah kepada dirinya sendiri.
Dia belum bisa menjadi kakak yang baik untuk Jeongin, kalo pun baik Seungmin pasti sudah tidak akan mendengar Jeongin terus terkena masalah dengan trio cabe di sekolah. Seungmin terlalu sulit untuk membenci karena rasa sayang yang terlalu dalam kepada Jeongin.
Rasanya ingin jujur tentang semua hal yang didengar olehnya, tapi mungkin ini bukan saat yang tepat untuk mengakui penyesalan.
Tak terasa, Jeongin pun sudah selesai mandi. Dan, bingung melihat kakaknya yang seperti... Salah tingkah? Atau bagaimana? Tapi, Jeongin gak mau terlalu mikirin hal gak penting semacam itu.
• malam hari •
Jeongin masih disibukkan dengan tumpukan beberapa buku didepannya. Masih kelas 10, tapi sudah sibuknya kayak anak kuliahan aja. Itulah yang ada dipikiran Jeongin.
Seungmin tersenyum kecil saat melihat Jeongin yang sangat fokus ke tulisan di setiap lembaran itu.
"Lo tidur di ruang tamu ya? Nih udah gua siapin, gua mau tidur disini sendirian." Sahut Seungmin kemudian dijawab anggukan oleh Jeongin.
"I-Iya, aku mau tidur, kak." Jeongin takut. Masih takut.
"Selamat malam, kak Umin!" Ucap Jeongin setelah itu mengambil bantal, selimut serta bonek rubah kesayangannya. Namanya Ayen.
Jeongin nge gabut diruang tamu. Bingung mau ngapain, akhirnya terlewati di otaknya pikiran jail untuk telpon Hyunjin malam-malam begini. Jeongin dan Hyunjin telponan, dan biasalah isinya gak berpaedah. Isinya cuma adu bacot, Hyunjin bantuin Jeongin kerjain pr, terus adu bacot lagi.
Setelah selesai menelpon Hyunjin, Jeongin mematikan telponnya kemudian berubah disofa.
"Ayen, kamu tau gak? Aku sedih banget tau kalo Kak Umin dingin sama bentak aku begini. Sedikit kesepian kalo aku sama kak Umin doang, kamu mau kan temanin aku disini?" Perbincangan Jeongin ternyata dilihat sama Seungmin dari kejauhan. Seungmin hanya tersenyum lalu kembali masuk ke dalam kamar.
• 01:00 am •
Seungmin baru selesai dari tugasnya dia sebagai wakil ketua osis. Seungmin sedikit peregangan setelah lelah mengetik, tiba-tiba muncullah Jeongin dipikirannya Seungmin. Anjayy.
Seungmin akhirnya turun dan melihat muka damai milik Jeongin, sangat terlihat jelas sampai ingin sekali Seungmin memeluk erat adiknya. Seungmin menghampiri Jeongin.
"Kaka kejam ya sama kamu? Maafin kaka yaa, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk kaka jelasin semuanya." Ucap Seungmin sambil mengelus surai lembut milik Jeongin.
Seungmin menggendong belakang Jeongin, sedangkan Jeongin mengalungkan tangannya dileher Seungmin. Sesampainya dikamar, Seungmin langsung merebahkan Jeongin.
"Yang nyenyak ya, kesayangannya kak Umin." Setelah itu, Seungmin mengecup pipi Jeongin. Dan, tidur disamping Jeongin.
• keesokan harinya, 06:00 am •
Jeongin bangun dari tidurnya, dan terkejut kalo ini sudah jam enam. Biasanya dia bangun jam 5, dan dia langsung buru-buru membereskan tempat tidur. Ia tambah terkejut melihat Seungmin sudah siap, dan ia pun menunduk ketakutan.
"Kenapa disitu, buruan mandi! Gua tunggu dibawah!" Suruh Seungmin.
"Sebelumnya, Jeje minta maaf, kak. Jeje salah udah terlambat bangun." Jeongin hanya bisa menunduk.
Seungmin mendongak kepala Jeongin, dan yang ia lihat mata Jeongin berlinang airmata.
"Gua gak butuh maaf lo, buruan mandi." Ucap Seungmin sambil menghapus airmata Jeongin, dan dijawab anggukkan oleh Jeongin.
• 06:45 am •
Jeongin menuruni tangan ter buru-buru dan langsung menghampiri Seungmin sambil tersenyum.
"Lo tuh ya, segitu takutnya gua marahin gara-gara telat? Liat rapiin rambut aja gak becus." Ucap Seungmin sambil merapikan rambut adiknya lalu berjalan lebih dulu. Jeongin cuma bisa senyum-senyum nahan bahagia. Dia berharap ini awal dari akhir yang bahagia.
• di sekolah •
Kini semua murid kelas X IPA 4 sedang berkumpul di aula sekolah. Gedung itu gak dipake tapi dirawat dengan baik sama pihak sekolah jadi aman-aman aja.
"Guys! Jadi, hari ini gua mau ngasih bukti yang paling nyata buat yakinin kalo bukan Jeongin yang nyuri." Teriak Ryujin dan yang lain cuma bingung apalagi Jeongin.
"Di cctv pertama sekaligus klip pertama terlihat jelas banget, kalo disitu ada catatan buku punya Remi." Ryujin menunjukkan ke arah layar proyektor itu.
"Dan, klip kedua ada seseorang masuk terus dilihat baik-baik itu Olivia."
"Kalian liat? Siapa yang megang buku catatannya Remi?" Tanya Ryujin dan semua murid menunjuk ke Olivia kecuali Jeongin. Masih gak percaya ini ceritanya.
"Klip ketiga tapi dari kamera beda tempat disitu terlihat jelas bahwa Olivia punya kunci buatan untuk masukkin buku milik Remi ke lokernya Jeongin." Pernyataan Ryujin membuat semua murid terkejut plus kagum atas usaha yang Ryujin dan kawan-kawan lakukan.
"So, liat kan siapa yang sebenarnya ngelakuin?" Tanya Ryujin pelan sambil tersenyum licik ke arah Olivia.
Olivia hanya diam, terutama Remi dan Jeongin. Masih gak percaya apa yang barusan dijelasin sama Ryujin, dan kenapa bisa Olivia ngelakuin itu ke Jeongin. Apakah Jeongin parasit dihidupnya sampai harus difitnah dengan cara yang gak disangka-sangka ini.
"Dan, sekarang kuncinya udah bisa hancur ditangan gua." Ryujin hanya menatap kasihan ke Olivia sambil menghancurkan kunci buatannya(Olivia) itu dengan tangan kosong.
Tak habis pikir Olivia bisa ngelakuin hal sekeji ini. Seharusnya, manusia bisa memanusiakan manusia lain dengan haknya sebagai seorang manusia.
HELLOOO GAESSS DOUBLE UPDATE NIHH UHUYYY!! KONFLIKNYA BELUM NGENA YAA? NANTI DIBIKIN YANG LEBIH NGENA OKEE?!
JANGAN LUPAA TINGGALKAN JEJAKK YAA!!!rinn.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴀɴɴᴏʏɪɴɢ ʙᴏʏ >> ʜʏᴜɴᴊᴇᴏɴɢ
Fanfictionbaca saja, pasti nanti kamu suka. warning! bxb! bagi yang tak suka dengan bxb, lebih baik pergi. start ; 081119 end ; 211219