TENTANG DIA

396 46 4
                                    

Anak laki-laki tinggi itu kakak kelasku. Terkesan pendiam dan misterius namun selalu jadi incaran banyak gadis karena dia berwajah tampan. Dia juga pintar dan memiliki kulit putih pucat yang membuatku iri sejak pertama kali bertemu denganya. Lalu begitu saja, aku mulai mengisi waktu kosongku untuk memikirkannya.

Zero Azka Mevinzo. 17 tahun, duduk menyendiri di sudut perpustakaan bersama buku tebal yang entah apa judulnya itu. Hari ini, pukul 10.40 wib.

Wahai kakak kelas...

Kau dengan kaca mata barumu itu...sungguh ganteng sekali, hahaha.

Aku tersenyum sendiri menuliskan pikiran gila ku tentangnya. Jangan salahkan aku yang lebay ini. Salahkanlah dia yang terlalu sempurna itu. Entah kenapa aku bersyukur melihat kejadian 5 menit yang lalu, dimana kak Zero baru saja menolak pernyataan ke-89 dari siswi disekolah ini. Aku menambahkan kata hebat untuknya sebelum pergi menuju kelas dengan hati gembira.

Sepertinya dia demam. Ah, jangan bingung kenapa aku bisa tau. Meski wajahnya memang pucat dari dulu. Tapi aku tau kalau dia sedang sakit. Pokoknya aku mengetahuinya begitu saja. Atau mungkin ini efek dari terus mengamatinya selama 2 tahun 11 bulan ini.

Lagi, aku melakukan hal bodoh. Sama seperti sebelumnya, ketika aku menyadari dia sakit. Diam-diam masuk ke kelasnya di jam istirahat, meletakkan obat penurun panas yang tadi pagi ku minta di ruang kesehatan. Berharap kak Zero meminumnya dan cepat sembuh.

Dia terlihat mengerutkan dahi, lalu melihat kanan dan kiri merasa bingung siapa yang mengetahui bahwa dia sedang demam. Aku tersenyum senang karena tak lama setelah itu ia meminum obatnya.

Gadis ke-90 menyatakan cinta di depan pintu gerbang sekolah. Dan kak Zero menolaknya. Namun kali ini ada sunggingan senyum diwajahnya. Sungguh, baru kali ini aku melihatnya. Terpesona namun bingung itulah yang membuat hatiku mendadak merasa tidak enak.

Kali ini jelas ada yang berubah. Dia bukan kak Zero si pendiam nan misterius yang ku kenal. Dia mulai ramah dan tersenyum pada siapa saja yang menatapnya, tak terkecuali aku yang ketahuan mengintipnya dari balik rak buku di perpustakaan.

Tidak. Aku tak suka perubahan ini. Entah kenapa aku merasa ada hal tak mengenakkan terjadi. Hal yang tak ingin ku bayangkan.

Apakah dia sedang jatuh cinta?

9 hari lagi adalah hari kelulusan kakak kelas 3. Dan itu berarti, tinggal 9 hari ini aku berkesempatan mengamatinya seperti ini. Sial sekali! Aku baru sadar aku menyia-nyiakan waktu SMAku dengan hanya berani menuliskan tentangnya di buku catatanku.

Dia berubah jadi sosok seru, super ramah dan makin digilai bahkan bukan hanya oleh para gadis sekolah. Kepopulerannya bahkan membuat para gadis dari sekolah lain jatuh cinta padanya.

Lihat dia! Kak Zero sedang ikut pertandingan basket antar sekolah, malah mendapat sorak semangat dari sekolah lain yang justru memicu keributan. Aku duduk di bangku paling sudut menghindari teriakan para penggemarnya, entah kenapa merasa kesal ketika melihat dia tersenyum.

Kau terlalu populer, aku tidak suka.

Tulisku lagi dibuku catatanku. Berharap dia tau, namun di satu sisi berharap dia tak pernah tau. Aku kan cuma salah satu penggemarnya. Yang diam-diam menikmati ke misteriusannya. Namun sekarang rasa itu berkurang dan terkubur oleh perasaan lain yang sungguh ingin ku abaikan.

Gadis ke-91 duduk bersamanya di kantin sekolah. Aku tau gadis itu teman sekelasnya. Juga tau gadis itu diam-diam memendam perasaan padanya. Sekarang ketakutanku akan dia yang mulai terlihat begitu ramah pada gadis itu membuatku sakit. Tidak, tolong jangan hancurkan perasaan ini.

Unexpected Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang